Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 53 : Sang Arsitek

Share

BAB 53 : Sang Arsitek

Author: Kim Hwang Ra
last update Huling Na-update: 2025-07-24 00:36:46

Setelah puas tertawa dan bernostalgia di apartemen Daniel, Elena mengajak Daniel untuk keluar sebentar, menikmati udara sore Molgrad. Kota itu tak banyak berubah. Bangunan tua berarsitektur Eropa klasik masih berdiri anggun di sepanjang jalanan. Udara sejuk berhembus lembut, membuat langkah kaki mereka terasa ringan.

“Aku lupa betapa nyamannya Molgrad saat sore begini,” gumam Elena sambil membenarkan scarf di lehernya. “Kota ini tenang, tapi punya banyak kenangan.”

Daniel menyelipkan tangannya ke dalam saku jaket, berjalan di samping Elena dengan langkah santai.

“Terakhir kita di sini… kamu masih jadi Bos galak,” ujarnya menggoda.

"Hei!” protes Elena, mencubit lengannya pelan.

“Aku cuma jujur. Tapi sejujurnya, aku senang kita kembali ke sini bukan karena urusan pekerjaan yang menekan.”

Elena mengangguk pelan.

"Ya… walaupun tujuan kita tetap penting. Aku harus menyelesaikan beberapa hal. Tapi aku rasa… sekarang aku lebih siap.”

“Kalau kamu butuh waktu atau butuh ditemani, bilang aja,”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Karena Visa   BAB 57 : Cemburu?

    Di sebuah ruang kerja sederhana namun tertata rapi, Adi duduk menyandar di kursinya. Lampu meja menyinari wajahnya yang tampak lelah—bukan karena pekerjaan, tapi karena beban yang tak kunjung reda. Di depannya, layar komputer menyala samar. Wallpaper-nya masih sama sejak beberapa tahun lalu: foto dirinya dan Elena saat kuliah. Waktu itu mereka duduk berdampingan di taman kampus. Elena mengenakan kemeja biru langit, rambutnya dikepang setengah, dan wajahnya cerah seperti mentari sore. Di sebelahnya, Adi tersenyum lebar. Tangan mereka saling menggenggam. Masa depan terasa begitu sederhana saat itu. Janji sudah diucap. Elena akan ke Molgrad untuk melanjutkan karier. Adi akan menyelesaikan program dokter spesialisnya. Setelah semua tuntas, mereka akan menikah. Begitu katanya—begitu harapannya. Namun kini, yang tertinggal hanya gambar diam di layar. Dan satu nama yang perlahan menjauh... Elena. Adi menunduk. Matanya terpejam sejenak. Saat membukanya kembali, ada sesuatu yang munc

  • Menikah Karena Visa   BAB 56 : Gara-gara Kecoa

    Daniel refleks menoleh, dan Elena hanya butuh sepersekian detik untuk merespons dengan tenang. “Oh, bukan,” katanya sambil tersenyum datar. “Kami memang masih sering satu arah pulang, soalnya Daniel tinggal di sekitar Perusahaan juga. Jadi dia tahu jalanan dan tempat-tempat di sini, aku minta bantuannya beberapa hari ini.”perempuan 20 an itu mengangguk cepat, seolah menerima jawaban itu tanpa curiga. “Oh gitu… ya ya, masuk akal sih. Kirain…” Dia tidak melanjutkan kalimatnya, hanya tersenyum simpul. “Kak Daniel memang serba bisa ya, jadi andalan banget.” Ia lalu pamit, “Oke, aku balik dulu ya. Sampai besok, Kak!” “Ya, sampai besok,” ujar Elena singkat. Pintu ruangan menutup kembali. Daniel menatap Elena dengan senyum geli. “Kamu cepet banget jawabnya,” komentar Daniel. Elena memungut tasnya dan menatapnya sambil menyipit. “Kalau nggak cepat jawab, bisa satu lantai bikin teori baru soal kita.” Daniel tertawa pelan. “Jadi kita kayak pasangan drama kantor yang diam-diam tinggal

  • Menikah Karena Visa   BAB 55 : Proyek Kerja

    Daniel mengikuti Elena masuk ke ruangannya yang luas dan minimalis. Elena meletakkan dokumen di meja lalu duduk sambil membuka laptop. Belum sempat mereka membahas hasil rapat, pintu diketuk dua kali dan terbuka oleh sekretaris direktur “Permisi, Bu Elena,” ucapnya saat masuk dengan suara hati-hati. “Saya diminta menyampaikan pesan dari direktur utama. Ini terkait proses validasi visa Anda untuk proyek luar negeri.” Elena mengangkat wajahnya. “Masih dipermasalahkan?”Sekretaris itu mengangguk pelan. “Iya, Bu. Katanya… masih ada beberapa keraguan soal bukti hubungan personal yang Anda lampirkan. Dari hasil wawancara internal, sebagian besar karyawan hanya menyebut hubungan Anda dan Pak Daniel sebagai bos dan asisten.” Daniel yang sedari tadi bersandar di dinding ruangan, langsung berdiri tegak. Wajahnya tak menunjukkan kaget, tapi ada ketegasan yang tiba-tiba muncul. “Tanpa bantahan ya?” gumamnya. Ia merogoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah amplop kecil berisi foto cetak

  • Menikah Karena Visa   BAB 54 : Pagi di Molgrad

    Pagi di Molgrad terasa lebih dingin dari biasanya. Matahari bahkan belum muncul sepenuhnya ketika alarm di ponsel Elena berbunyi. Elena bangun dengan sedikit berat, tapi langsung tersadar ketika melihat jam. Ia buru-buru bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terdengar dan Daniel sudah berdiri di ambang pintu kamar sambil mengenakan kemeja, rambutnya masih agak berantakan. "Kamu bangun juga?" tanya Elena cepat sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. "Iya, tapi kayaknya kita harus buru-buru," ujar Daniel sambil mengangkat ponselnya. "Tadi sekretaris dari kantor telepon, katanya kamu harus datang lebih cepat. CEO perusahaan akan hadir langsung dalam rapat pagi ini." Elena terdiam sejenak. "Ya Tuhan, kenapa nggak dari semalam mereka kasih tahu?" Daniel mengangkat bahu sambil berjalan ke arah lemari. "Mungkin mendadak juga. Kamu siapin aja yang penting-penting. Kita nggak sempat sarapan." Sambil memakai sepa

  • Menikah Karena Visa   BAB 53 : Sang Arsitek

    Setelah puas tertawa dan bernostalgia di apartemen Daniel, Elena mengajak Daniel untuk keluar sebentar, menikmati udara sore Molgrad. Kota itu tak banyak berubah. Bangunan tua berarsitektur Eropa klasik masih berdiri anggun di sepanjang jalanan. Udara sejuk berhembus lembut, membuat langkah kaki mereka terasa ringan.“Aku lupa betapa nyamannya Molgrad saat sore begini,” gumam Elena sambil membenarkan scarf di lehernya. “Kota ini tenang, tapi punya banyak kenangan.”Daniel menyelipkan tangannya ke dalam saku jaket, berjalan di samping Elena dengan langkah santai.“Terakhir kita di sini… kamu masih jadi Bos galak,” ujarnya menggoda."Hei!” protes Elena, mencubit lengannya pelan.“Aku cuma jujur. Tapi sejujurnya, aku senang kita kembali ke sini bukan karena urusan pekerjaan yang menekan.”Elena mengangguk pelan."Ya… walaupun tujuan kita tetap penting. Aku harus menyelesaikan beberapa hal. Tapi aku rasa… sekarang aku lebih siap.”“Kalau kamu butuh waktu atau butuh ditemani, bilang aja,”

  • Menikah Karena Visa   BAB 52 : Hidup Daniel

    Mereka masuk ke dalam mobil dan mulai melaju keluar dari area apartemen. Jalanan Molgrad pagi itu tampak ramai namun tertib. Gedung-gedung tinggi berjejer, menciptakan siluet khas kota modern yang terasa kontras dengan suasana hangat dalam mobil.Di dalam mobilDaniel melirik ke arah jendela."Keren ya... Dulu tiap pagi aku jalan kaki dari apartemen ke kantor. Salju, hujan, badai, nggak peduli.”“Kenapa nggak naik bus atau trem?”“Hemat. Dan... kadang aku menikmati jalan kaki pagi-pagi. Bisa nyusun strategi buat menghindari amarahmu tiap pagi,” ujar Daniel menggoda.Elena mengerling ke arahnya.“Aku nggak segalak itu, kan?”“Kadang kamu kayak singa betina pas lapar,” jawab Daniel santai, lalu tertawa saat Elena mencubit lengannya pelan.“Hei, kamu yang maksa ikut ke Molgrad, jangan mengeluh,” sahut Elena.“Siapa yang mengeluh? Aku justru menikmati ini semua.”Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan obrolan ringan dan tawa kecil, sampai akhirnya mobil mereka mulai memasuki kawasan y

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status