Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 71 : Masa Kelam Datang

Share

BAB 71 : Masa Kelam Datang

Author: Kim Hwang Ra
last update Huling Na-update: 2025-07-30 21:34:58

Elena menatapnya tajam, tapi kemudian mendesah pelan. “Aku ngerti, Dan. Tapi kamu harus bisa tahan. Kita nggak kerja di tempat yang bebas konflik, tahu sendiri kan reputasi kantor ini.”

Daniel tak langsung menjawab. Suasana di antara mereka hening sesaat, hanya terdengar suara samar mesin AC gedung dan langkah kaki jauh di belakang.

“Aku janji,” kata Daniel akhirnya. “Nggak bakal sembarangan lagi. Tapi kalau dia ganggu kamu juga, jangan suruh aku diam.”

Elena mengalihkan pandangannya, tak langsung menjawab.

Daniel menoleh. “Lena—eh, maksudku, Elena. Kamu tahu kan, aku... cuma nggak suka orang kayak Lukas bersikap semaunya. Apalagi ke kamu.”

“Aku bisa jaga diri,” ujar Elena pelan, tapi matanya menatap Daniel dengan lebih lembut. “Tapi… terima kasih.”

Daniel tersenyum samar. “Yuk pulang. Aku lapar.”

“Padahal tadi kamu udah makan siang dan makan malam bareng aku,” sahut Elena sambil masuk ke dalam mobil.

“Tapi makan malam bareng CEO itu penuh tekanan. Aku butuh nasi goren
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Karena Visa   BAB 74 : Pertemuan Isabel

    Ruang rapat kecil sudah penuh. Tim Elena duduk satu sisi, tim promosi di sisi lain. Daniel duduk di dekat pintu, membawa laptop dan map dokumen. Elena berdiri di depan layar. “Kita targetkan fase desain selesai akhir minggu. Setelah itu, masuk ke pengujian dan materi promosi,” ucap Elena singkat. “Tim promosi tinggal menyesuaikan.” Ketua tim promosi menggangguk. “Kami siap tunggu file final-nya.” Elena melirik Daniel. “Pak Daniel, update layout-nya sudah dikirim?” Daniel bengong sebentar, lalu buru-buru buka laptop. “Oh, iya. Maksud saya... belum. Itu baru draft, file final masih saya perbaiki.” Elena menatapnya tajam. “Lain kali fokus, ini bagian penting.” Daniel diam, angguk pelan. Suasana jadi agak canggung sejenak sebelum rapat dilanjutkan.Ketua tim promosi berdeham pelan, mencoba mencairkan suasana. “Kalau begitu, kami tunggu file finalnya paling lambat besok pagi ya, Pak Daniel.” “Iya, siap,” jawab Daniel cepat, masih menunduk. Elena kembali melihat ke layar.

  • Menikah Karena Visa   BAB 73 : Masa Lalu

    Suara notifikasi itu terdengar jelas di antara keheningan. Elena ikut melirik ke arah ponsel Daniel yang tergeletak di meja dekat sofa. Daniel buru-buru membalikkan layarnya, seakan tidak ingin siapa pun melihat isinya. Tapi Elena sudah menangkapnya. Wajah Daniel berubah. Tidak seperti sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—gelisah… takut? "Itu siapa?" tanya Elena hati-hati, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. "Bukan siapa-siapa," jawab Daniel cepat, lalu bangkit dari duduknya. Elena menyipitkan mata. "Dan kamu pikir aku akan percaya jawaban kayak gitu?" Daniel tak membalas. Ia mengambil gelas kosong di atas meja dan berjalan ke dapur, pura-pura sibuk. Elena mengikuti. "Daniel, ada apa sebenarnya? Kamu berubah. Dari tadi malam kamu murung setelah lihat ponsel, dan sekarang juga begitu. Siapa yang kirim pesan itu?" Daniel menyalakan keran air. Suaranya mengalahkan suara Elena beberapa detik. "Daniel..." suara Elena melembut, berdiri di sis

  • Menikah Karena Visa   BAB 72 : Kesabaran Daniel

    Jarum jam menunjukkan pukul dua tepat saat Daniel berdiri dari kursinya, menggenggam map laporan di tangan. Ia melangkah ringan menuju meja kerja Elena. Namun kursi itu kosong. Alisnya mengernyit. “Elena kemana?” gumamnya pelan. Ia menoleh ke arah salah satu anggota tim mereka. “Kamu lihat Bu Elena?” “Oh, barusan masuk ke ruangan Pak Grant,” jawabnya tanpa berpaling dari layar. Daniel menegang sejenak. Rahangnya mengeras. “Oh,” sahutnya pendek. Ia menunduk sebentar, lalu kembali menatap map laporan di tangannya. Awalnya, dia berjalan menuju ruang meeting untuk meletakkannya di meja Elena saja… tapi langkahnya berbelok sendiri, membawanya ke koridor tempat ruangan CEO berada. ‘Bukan urusanku…’ pikirnya sambil mencoba meyakinkan diri. Namun tubuhnya terus melangkah. Begitu sampai di depan pintu ruangan CEO, Daniel mengetuk ringan. Tapi tak menunggu jawaban—hanya mendorong pintu sedikit terbuka. “Permisi, saya mau antar—” Kata-katanya terhenti. Matanya membelalak ke

  • Menikah Karena Visa   BAB 71 : Masa Kelam Datang

    Elena menatapnya tajam, tapi kemudian mendesah pelan. “Aku ngerti, Dan. Tapi kamu harus bisa tahan. Kita nggak kerja di tempat yang bebas konflik, tahu sendiri kan reputasi kantor ini.” Daniel tak langsung menjawab. Suasana di antara mereka hening sesaat, hanya terdengar suara samar mesin AC gedung dan langkah kaki jauh di belakang. “Aku janji,” kata Daniel akhirnya. “Nggak bakal sembarangan lagi. Tapi kalau dia ganggu kamu juga, jangan suruh aku diam.” Elena mengalihkan pandangannya, tak langsung menjawab. Daniel menoleh. “Lena—eh, maksudku, Elena. Kamu tahu kan, aku... cuma nggak suka orang kayak Lukas bersikap semaunya. Apalagi ke kamu.” “Aku bisa jaga diri,” ujar Elena pelan, tapi matanya menatap Daniel dengan lebih lembut. “Tapi… terima kasih.” Daniel tersenyum samar. “Yuk pulang. Aku lapar.” “Padahal tadi kamu udah makan siang dan makan malam bareng aku,” sahut Elena sambil masuk ke dalam mobil. “Tapi makan malam bareng CEO itu penuh tekanan. Aku butuh nasi goren

  • Menikah Karena Visa   BAB 70 : Lukas dan Daniel

    Sebuah restoran sederhana tapi tenang. Daniel duduk di seberang Elena, memandangi sepiring ayam panggang dan seporsi nasi hangat yang tersaji di hadapannya. “Ini beneran kamu yang traktir?” tanya Daniel, mencoba tersenyum meski masih terlihat sedikit lesu. Elena mengangguk. “Iya. Anggap saja permintaan maaf karena marah-marah tadi pagi.” “Kalau gitu... makan malam kamu masak sendiri, ya?” Elena mendelik kecil. “Iya, iya. Sudah dijanjikan.” Baru saja Daniel hendak menyuap makanan, pintu restoran terbuka. Seorang pria bersetelan hitam elegan masuk. Meski tempat itu jauh dari kesan mewah, kehadirannya membuat beberapa pengunjung langsung melirik. “Pak Grant?” gumam Elena pelan. CEO itu berjalan langsung ke arah mereka. “Saya tidak mengganggu, kan?” Elena berdiri cepat. “Tidak sama sekali, Pak. Silakan duduk.” Grant menarik kursi di sebelah Daniel dan duduk dengan tenang. “Saya hanya ingin bicara sebentar.” Daniel menegakkan badan, matanya sempat bertemu dengan Elena s

  • Menikah Karena Visa   BAB 69 : Perkelahian Kantor

    Pena di tangan Lukas jatuh ke lantai bersamaan dengan pukulan keras mendarat di rahangnya. Daniel tidak tahan lagi. Selama ini dia bisa bersabar, tapi tidak hari ini. Luka yang dikorek, rasa cemburu yang dibungkam, dan ejekan bertubi-tubi membuat pertahanan itu jebol. “Apa kau pikir aku takut padamu?!” desis Daniel sembari mencengkeram kerah Lukas. Lukas membalas, mendorong Daniel hingga menabrak rak sebelah, beberapa berkas berjatuhan. Dalam hitungan detik, ruang data yang biasanya sepi berubah jadi arena baku hantam. Di Luar Ruang Data Suara benturan keras dan makian terdengar hingga lorong. Seorang staf IT yang kebetulan lewat memutar balik, lalu bergegas memberitahu kepala tim Lukas. Tak lama kemudian, beberapa karyawan mulai berdatangan, penasaran, saling berbisik dan mengintip dari balik pintu terbuka. “Astaga... itu Daniel dan Lukas?” bisik seseorang. * * * * * * * * * * Elena sedang meninjau laporan proyek di dekat printer utama saat suara gaduh itu sampai ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status