Share

Bab 5

Author: Kakesa_D
last update Huling Na-update: 2024-12-17 09:46:44

Setelah berhari-hari memantapkan hati, Damira akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar kuliah secara online. Meski dengan koneksi internet yang terkadang lambat, ia dengan sabar mengisi setiap formulir yang diminta panitia pendaftaran. Ia juga mengunggah berkas-berkas yang dibutuhkan, mulai dari ijazah SMK hingga dokumen identitas.

“Semoga ini jalan yang benar,” gumamnya sambil menekan tombol submit pada akhir proses pendaftaran.

Tiga hari menunggu hasil penerimaan terasa seperti tiga minggu bagi Damira. Ia menghabiskan waktu dengan mencoba melupakan kekhawatirannya, tetapi pikirannya terus kembali ke satu pertanyaan besar: Apakah aku diterima?

Pengumuman yang Mengubah Segalanya

Pagi itu, saat membuka email, Damira menemukan pesan dari pihak kampus. Dengan tangan bergetar, ia membuka isi pesan tersebut.

“Selamat! Anda diterima sebagai mahasiswa program D3 di Universitas Suraka.”

Damira menutup mulutnya, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia baca. Matanya berkaca-kaca, tetapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan kebahagiaan.

“Ibu, aku diterima!” serunya kepada ibunya yang sedang di dapur.

Ibunya keluar dengan wajah sedikit bingung. “Kamu diterima, Mira? Maksudnya kuliah itu?”

Damira mengangguk, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Iya, Bu. Aku diterima. Aku bakal kuliah di Kota Suraka.”

Meski masih ada keraguan di wajah ibunya, ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Damira tahu bahwa ibunya masih belum sepenuhnya setuju dengan keputusannya, tetapi Damira merasa ini adalah langkah yang harus ia ambil.

Tahun Pandemi yang Tidak Terduga

Namun, tahun 2020 bukanlah tahun yang biasa. Di seluruh dunia, orang-orang sedang menghadapi pandemi COVID-19. Kota-kota dipenuhi orang-orang yang memakai masker, dan kegiatan sehari-hari berubah drastis.

Kampus tempat Damira diterima pun tidak membuka perkuliahan tatap muka. Semua dilakukan secara daring.

“Jadi kuliahnya cuma lewat layar, ya?” gumam Damira ketika membaca informasi dari kampus. Ia merasa sedikit kecewa karena tidak bisa merasakan suasana kampus yang sebenarnya. Namun, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari situasi yang harus diterima.

Dengan keputusan itu, Damira akhirnya berangkat ke Kota Suraka, meski tidak untuk masuk kelas secara langsung. Ia ingin berada di dekat kampus, sekaligus mencoba mencari pengalaman baru yang mungkin bisa mendukung kehidupannya di kota.

Membantu di Toko Bibi

Setibanya di Kota Suraka, Damira tinggal di rumah bibinya yang memiliki toko kelontong kecil di dekat pasar. Bibinya menyambutnya dengan tangan terbuka, senang melihat keponakannya berani melanjutkan pendidikan.

“Kalau kamu kuliah daring, nggak apa-apa bantu-bantu Bibi di toko. Lumayan buat pengalaman,” kata bibinya saat mereka berbincang di dapur malam itu.

Damira mengangguk. Ia tahu bahwa membantu di toko juga bisa menjadi salah satu cara untuk meringankan beban hidupnya selama di kota.

Keesokan harinya, Damira mulai belajar tentang cara menjalankan toko. Ia membantu menjaga kasir, mengatur stok barang, dan melayani pelanggan.

“Ada yang beli garam, Mi,” ujar Damira kepada bibinya ketika ada pelanggan yang datang.

“Ambil aja di rak paling bawah,” jawab bibinya dengan ramah.

Damira merasa bahwa membantu di toko memberikan pelajaran berharga. Ia belajar bagaimana berkomunikasi dengan berbagai jenis orang, mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaan, serta memahami lebih banyak tentang kehidupan di kota.

Kuliah Daring: Tantangan Baru

Di sela-sela membantu di toko, Damira mengikuti perkuliahan daring. Ia harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru, di mana ia hanya bisa bertatap muka dengan dosen dan teman-temannya melalui layar laptop.

“Ini tugasnya harus dikumpulin minggu depan, ya,” kata salah satu dosennya melalui aplikasi video konferensi.

Damira mencatat dengan tekun, meski kadang koneksi internet yang lambat membuatnya frustrasi. Ia tahu bahwa kuliah daring memiliki tantangan tersendiri, tetapi ia bertekad untuk tetap fokus dan menyelesaikan pendidikannya dengan baik.

Di sela-sela perkuliahan, Damira sering mendengar cerita dari teman-temannya tentang kesulitan mereka selama pandemi. Ada yang kehilangan pekerjaan orang tua, ada yang merasa kesulitan mengikuti pelajaran secara daring, dan ada yang bahkan harus berhenti kuliah karena tidak mampu membayar biaya.

Cerita-cerita itu membuat Damira semakin bersyukur atas kesempatan yang ia miliki. Meskipun situasinya tidak sempurna, ia merasa bahwa ini adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih baik.

Refleksi Tentang Perjodohan

Di tengah kesibukannya, Damira masih sering memikirkan perjodohan yang pernah ditawarkan ibunya. Ia tahu bahwa ibunya hanya ingin yang terbaik untuknya, tetapi ia juga merasa bahwa menikah terlalu cepat bukanlah jawaban untuk hidupnya.

Ketika melayani pelanggan di toko atau mengikuti kuliah daring, Damira sering bertanya pada dirinya sendiri, “Kalau aku nggak mengambil kesempatan ini, apa yang bakal terjadi sama aku? Apa aku bakal hidup seperti kebanyakan perempuan di desaku?”

Ia merasa bahwa keputusannya untuk melanjutkan kuliah adalah cara terbaik untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu. Ia ingin menunjukkan kepada ibunya bahwa ia bisa menjadi seseorang yang mandiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain untuk merasa utuh.

“Aku nggak tahu apakah nanti aku bakal sukses atau nggak. Tapi setidaknya aku berani mencoba,” pikir Damira.

Harapan Baru

Setiap malam, sebelum tidur, Damira sering merenungkan perjalanan hidupnya sejauh ini. Ia merasa bahwa meskipun banyak hal yang masih belum pasti, ia telah mengambil langkah yang benar menuju masa depan yang ia inginkan.

Kehidupan di Kota Suraka mungkin tidak selalu mudah, tetapi Damira merasa bahwa setiap tantangan yang ia hadapi adalah pelajaran berharga. Ia percaya bahwa dengan tekad dan usaha, ia bisa mencapai apa yang ia impikan.

---

Bab ini menggambarkan awal perjalanan Damira di Kota Suraka, di mana ia mulai menjalani kuliah daring sambil membantu bibinya di toko. Meskipun pandemi COVID-19 membawa banyak tantangan, Damira tetap berusaha untuk menjalani hidupnya dengan semangat dan harapan. Bab ini menjadi titik awal bagi Damira untuk membangun kehidupan yang lebih mandiri dan bermakna.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 36

    Hari-hari terus berlalu, dan Damira semakin terbiasa dengan rutinitasnya di rumah sakit. Ia belajar lebih banyak setiap harinya, menghafal istilah medis dalam bahasa Jerman, serta memahami cara menangani pasien dengan profesionalisme yang tinggi. Namun, ada satu hal yang masih sulit ia hadapi—rasa rindu pada keluarganya. Suatu malam, setelah pulang dari shift sore yang melelahkan, Damira merebahkan diri di tempat tidurnya. Ia meraih ponselnya dan membuka galeri foto. Foto dirinya bersama ibunya saat perpisahan di bandara membuat dadanya terasa sesak. Sofia yang sekamar dengannya melirik. “Rindu rumah?” Damira mengangguk pelan. “Iya, Sofia. Kadang aku berpikir, apa aku membuat keputusan yang benar?” Sofia tersenyum. “Kalau kamu tidak ke sini, mungkin sekarang kamu sudah menikah karena perjodohan itu.” Damira terdiam. Ya, benar. Jika ia mengikuti kemauan ibunya dulu, mungkin ia sudah menjadi istri seseorang tanpa pernah mengalami semua ini. Ia mungkin tidak akan pernah tahu bag

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 35

    Damira duduk gelisah di kamar kosnya, menatap layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pengumuman hasil seleksi program pelatihan perawat internasional. "Apa aku lolos?" pikirnya sambil menggigit bibir. Pesan dari Sofia muncul di layar. Sofia: "Damira! Sudah cek pengumuman? Aku deg-degan banget!" Damira buru-buru membuka situs resmi rumah sakit dan mencari namanya di daftar peserta yang lolos. Jari-jarinya gemetar saat menggulir layar ke bawah. Dan di sana, ia menemukannya. Damira Azzahra – Lolos Seleksi Program Pelatihan Perawat Internasional Jantungnya berdegup kencang. Ia menutup mulutnya dengan tangan, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. "Aku... aku lolos!" serunya dengan suara bergetar. Teleponnya langsung berdering. Sofia menelepon dengan suara penuh semangat. “Damira! Kita lolos! Aku nggak nyangka!” Damira tertawa kecil, masih dalam keadaan setengah terkejut. "Iya, Sof! Ini beneran terjadi!" Sofia tertawa di sebe

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 34

    Setelah menerima kepastian bahwa perjodohan itu benar-benar batal, Damira merasa lebih ringan. Kini, ia bisa fokus sepenuhnya pada masa depannya tanpa bayang-bayang paksaan dari keluarga.Ia mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jika ingin bekerja di luar negeri, ia harus mempersiapkan diri dari sekarang. Ia mulai mencari informasi tentang peluang kerja di luar negeri untuk lulusan keperawatan, termasuk syarat, sertifikasi, dan jalur yang bisa ia tempuh.Malam itu, di kamar kosnya, Damira membuka laptop dan mulai mencari informasi lebih dalam.“Bekerja sebagai perawat di luar negeri… butuh sertifikasi tambahan?” gumamnya sambil membaca sebuah artikel.Ternyata, untuk bisa bekerja di luar negeri, ia perlu mengambil ujian kompetensi tambahan dan memiliki pengalaman kerja yang cukup.“Berarti, aku harus mulai dari sekarang,” pikirnya.Ia membuat daftar langkah-langkah yang harus ia lakukan:1. Menyelesaikan magang dengan hasil terbaik.2. Meningkatkan keterampilan bahasa asing, terutam

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 33

    Hari itu, setelah selesai dengan tugas magangnya, Damira duduk di balkon kosnya sambil menikmati secangkir teh hangat. Ia masih memikirkan pesan dari laki-laki yang dulu dijodohkan dengannya.Ia ingin bertanya lebih lanjut, tapi di sisi lain, ia ragu.Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama yang muncul di layar membuatnya terkejut—ibunya menelepon.“Assalamu’alaikum, Bu.”“Wa’alaikumsalam. Kamu sibuk, Nak?”Damira tersenyum kecil. “Tidak, Bu. Ada apa?”“Ibu hanya ingin bertanya… Kamu benar-benar sudah mantap dengan pilihanmu?”Damira terdiam. Ia tahu ibunya pasti sedang membahas perjodohan itu lagi.“Ibu…” Damira menarik napas dalam. “Aku ingin sukses dulu, Bu. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri. Aku tidak menolak pernikahan selamanya, tapi aku ingin menikah di waktu yang tepat, dengan orang yang benar-benar aku pilih sendiri.”Di seberang telepon, ibunya tidak langsung menjawab. Ada jeda yang cukup lama sebelum akhirnya ibunya menghela napas.“Ibu mengerti, Nak.”Jawaban itu membu

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 32

    Hari-hari Damira semakin sibuk. Selain kuliah, ia juga bekerja paruh waktu di restoran. Setiap pagi ia harus berangkat lebih awal untuk mengikuti kelas, lalu melanjutkan pekerjaan hingga malam hari.Terkadang rasa lelah menyerangnya, tapi ia terus mengingat tujuan awalnya—menjadi sukses dan mandiri.Suatu hari, saat sedang membersihkan meja, Sofia duduk di salah satu kursi sambil menatapnya prihatin."Damira, kamu tidak lelah?" tanyanya.Damira tersenyum kecil. "Lelah, tapi aku tidak boleh menyerah. Aku harus terus maju."Sofia menghela napas. "Aku mengerti. Tapi jangan sampai kamu jatuh sakit. Ingat, kesehatan itu penting."Damira mengangguk. Ia tahu Sofia benar. Ia harus lebih menjaga keseimbangan antara belajar, bekerja, dan istirahat.Namun, dalam pikirannya, ia terus bertanya-tanya: Apakah semua ini akan cukup untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri?---Mendapat Tawaran MagangBeberapa bulan berlalu, hingga suatu hari Damira mendapatkan email dari kampusnya."Selamat! A

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 31

    Minggu-minggu pertama di luar negeri terasa begitu menantang bagi Damira. Meskipun ia sudah mempersiapkan diri sebelum berangkat, kenyataan di lapangan jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan.Di kelas, ia harus berkonsentrasi ekstra untuk memahami penjelasan dosen yang berbicara cepat dengan aksen yang berbeda. Ia sering mencatat lebih banyak daripada teman-temannya karena takut ada materi yang terlewat.Suatu hari, saat sesi diskusi kelompok, seorang mahasiswa lokal bertanya padanya, "Apa pendapatmu tentang kasus yang kita bahas tadi?"Damira terdiam beberapa detik, mencoba merangkai kata dalam bahasa asing. "Aku pikir... ini sangat penting untuk... melihat dari perspektif yang berbeda."Mahasiswa lain menunggu, seakan mengharapkan penjelasan lebih lanjut. Damira merasa gugup. Namun, salah satu temannya, Sofia, membantunya dengan mengembangkan ide yang ia coba sampaikan.Setelah kelas selesai, Sofia menepuk pundaknya. "Kamu sudah melakukan yang terbaik. Lama-lama kamu pasti lebih la

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status