Setelah kepergian keluarga Farrel, Qia selalu memikirkan tentang pernikahannya dengan Farrel.
Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran orang tuanya yang menyuruh Qia menikah muda.
Ia melakukan solat malam untuk meminta petunjuk agar diberikan jalan yang terbaik untuknya dan agar pikirannya menjadi tenang.
Di pagi hari, Qia bersiap untuk berangkat sekolah, ia telah memakai seragam lengkap dengan atributnya.
"Pagi Pagi," sapa Qia.
"Pagi juga Qia," respon Papa.
"Mama mana Pa?" tanya Qia yang tidak melihat keberadaan Mamanya dimeja makan.
"Mama disini Qia." Tiba-tiba Mama berdiri dibelakang Qiana.
Qia terperanjat kaget, "astagfirullah Mama dari kapan Mama dibelakang Qia?, untung jantung Qia gak copot," ujar Qia kaget.
"Maaf Qia," ujar Mama.
"Udah mari makan, nanti Qia telat lagi," ujar Papa menengahi.
Baru ingin makan, ada tamu yang mengetuk pintu rumah Qia, "siapa sih pagi-pagi sudah bertamu?" Qia merasa kesal karena masih pagi udah ada yang bertamu.
"Qia gak boleh begitu mana tau ada yang penting, biar Mama yang bukain pintunya," ujar Mama.
"Gak usah Ma biar Qia saja." Qia lalu membukakan pintu dan kaget melihat siapa yang datang.
"Farrel ngapain kesini?" tanya Qia bingung.
"Itu, anu, hm bokap gue suruh kesini," ujar Farrel gugup.
"Siapa Qia?, Suruh masuk saja," ujar Papa.
"Silahkan masuk," ujar Qia kepada Farrel.
Qia pergi kemeja makan dan diikuti oleh Farrel di belakangnya.
"Eh ada Farrel, ayo Farrel kita makan dulu," ajak Mama.
"Baik Tan," ujar Farrel malu.
"Panggil Mama sama Papa saja, kan calon mertua," ujar Mama.
"Baik Ma, Pa," ujar Farrel canggung.
Selesai makan Farrel menyampaikan maksud kedatangannya kerumah Qia, "jadi kedatangan Farrel kesini, ingin minta izin untuk mengajak Qia berangkat bareng Farrel," ujar Farrel.
"Tapi..." Belum siap Qia berbicara, Mama langsung memotong, "Qia kamu berangkat dengan Farrel aja ya." Mama melototkan matanya agar Qia nurut dengannya.
"Baik Ma, kalau begitu kita berangkat dulu," ujar Qia.
"Assalamualaikum," ujar Qia dan Farrel bersamaan, lalu tidak lupa mencium tangan Mama dan Papa.
"Waalaikumsalam," jawab Mama dan Papa bersama.
"Nanti turunin gue di halte dekat sekolah, gue gak mau ada yang lihat kita berangkat bareng," ujar Qia.
"Gue juga terpaksa jemput lu,, kalau bukan karena Ayah yang nyuruh gue juga gak akan mau berangkat bareng lu." Setelah itu tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, hanya suara motor yang terdengar.
Sesampainya di halte, "berhenti." Farrel pun memberhentikan motornya, Qia turun dari motor, "gue duluan," ujar Farrel lalu meninggalkan Qia di halte.
Akhirnya Qia terpaksa jalan kaki kesekolah, jarak dari halte dengan Sekolah lumayan jauh, sesampainya dikelas Qia berkeringat dan sangat lelah.
"Baju lu kenapa basah gitu Qia?" tanya Andre ketua kelasnya.
"Habis kehujanan," jawab Qia asal.
"Sepertinya cuaca panas deh, kok lu bisa kehujanan sih?" tanya Rendy bingung.
Qia memutar bola mata malas, "gue jalan kaki dari halte kesekolah," ujar Qia jujur, sambil mengkipasi dirinya dengan buku.
"Kenapa gak bilang biar berangkat bareng gue," ujar Putri.
"Tadinya sih gue berangkat dengan calon suami, tapi gue berhenti di dekat halte," ujar Qia.
"Emangnya calon lu kerja dimana?, Kok gak langsung ke sekolah?" tanya Putri penasaran.
"Dia juga sekolah disini, gue gak mau kalau sampai ada murid yang lihat," ujar Qia.
"Siapa?, kasih tau gue dong," ujar Putri.
Qia melihat kearah Farrel yang sedang bercanda dengan sahabatnya, lalu ia melihat putri sambil menghela nafas, "Farrel," ujarnya.
"What?, Farrel mantan lu?" tanya Putri tak percaya.
"Iya, gue juga bingung kenapa sih harus dengan Dia kan masih banyak cowok lain diluaran sana," lirih Qia.
"Terus kalian terima perjodohan ini?" tanya Putri.
"Iya, bagaimana pun kita gak mau bikin orang tua kita kecewa, kita juga gak mau jadi anak yang durhaka," ujar Qia.
"Orang tua kalian tau tentang masa lalu kalian?" tanya Putri.
"Kita gak kasih tau mereka tentang itu, yang mereka tau kita hanya satu sekolah," jawab Qia.
"Itulah yang nama jodoh, sejauh apapun kalian pergi kalau memang jodoh kalian pasti bertemu lagi bagaimana pun caranya," ujar Putri menasehati Qia.
"Kapan kalian akan menikah?" tanya Putri.
"Minggu depan," jawab Qia.
"Bukankah itu waktu yang sangat cepat?, Apakah kalian benar-benar siap?" tanya Putri.
"Kita udah coba untuk ngomong kalau terlalu cepat, tapi keputusan mereka sudah bulat gak bisa dirubah lagi," lirih Qia.
"Lu jalanin aja dulu, kalian juga kan sudah pernah dekat, sekarang kalian harus mencoba berdamai dengan masa lalu, pikirkan untuk kedepannya," ujar Putri menasehati.
"Tapi jangan bilang masalah ini ke siapa pun, termasuk Rani dan Kanaya. Ini cuma rahasia kita berdua," ujar Qia.
"Baik Qia, gue akan menjaga rahasia ini dengan baik, tapi lu gak mau cerita dengan Rania dan Kanaya?" tanya Putri.
"Gue takut nanti mereka keceplosan, lu tau sendiri mulut mereka seperti apa," jawab Qia seadanya.
"Iya juga sih, baik gue janji gak akan menceritakan kepada siapapun," ujar Putri.
"Makasih Put, lu memang sahabat terbaik gue," ujar Qia.
"Sama-sama Qia, lu juga sahabat gue yang paling terbaik." Mereka pun saling berpelukan menyampaikan rasa sayangnya.
Satu Minggu kemudian, Farrel dan Qia akan segera melangsungkan pernikahan. Kedua insan itu sekarang lagi dilanda kegugupan. "Kamu cantik sekali Qia," puji Clara, sih tukang penata rias. "Makasih Clara," ujar Qia. "Kenapa kamu memutuskan untuk menikah muda Qia?" tanya Clara. "Gue dijodohkan dengan anak sahabat Papa," jawab Qia. "Ternyata nasib kita sama Qia, dulu aku juga dijodohkan oleh Mama dengan anak sahabatnya," lirih Clara. "Terus bagaimana sekarang rumah tangga kamu?" tanya Qia penasaran. "Sekarang kita sudah bercerai, bulan-bulan pertama hubungan kita baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan sikapnya mulai berubah, apalagi disaat kita sudah punya anak, sikapnya berubah total, Ia sering melakukan kekerasan bahkan Ia selingkuh di belakang aku." Clara menitikkan air matanya disaat Ia ingat dengan masa lalunya. "Kamu yang sabar ya, harus kuat demi anak kamu," ujar Qia menenangkan Clara. "Maaf ya aku curhat," ujar Clara. "Iya gak papa," ujar Qia. "Semoga kamu menjadi
Selesai membersihkan badannya, Farrel pergi ke ruang keluarga untuk menemui orang tua Qia, orang tuanya sudah pulang beberapa jam yang lalu. Sedangkan Qia memasukkan barangnya kedalam koper untuk dibawa ke apartemen. Setelah selesai Ia menyusul Farrel yang terlebih dahulu pergi keruang keluarga dengan membawa kopernya."Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Erik."iya Pa." Farrel melihat jam di arlojinya."Ya udah kalian hati-hati ya, jaga diri baik-baik," ujar Sinta."Baik Ma," ujar Qia."Farrel tolong gue bawa barang-barang ini." Lalu Qia memberikan beberapa barang kepada Farrel."Banyak banget barang yang lu bawa." Farrel kaget melihat barang yang begitu banyak."Masih ada dikamar," ujar Qia."Dasar cewek," ujar Farrel."Udah gak usah banyak ngomong." Qia merasa lelah menghadapi Farrel dari dulu sifatnya gak berubah selalu nyinyir."Hm iya," ujar Farrel judes.Mereka pergi ke apartemen Farrel, diperjalan
Setelah tiga hari libur sekolah, akhirnya Qia dan Farrel kembali masuk sekolah, mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, Qia dengan sahabatnya begitu juga dengan Farrel, tidak ada yang mengetahui tentang statusnya kecuali Putri.Sesampainya dikelas Qia dan Farrel sudah dihadang oleh para sahabatnya dan memberikan berbagai pertanyaan."Kalian dari mana saja, sudah tiga hari gak masuk?" tanya Rendy."Mana liburnya samaan lagi," ujar Rania."Atau jangan-jangan kalian udah janjian untuk bolos ya?" tanya Kanaya curiga."Bisa jadi juga tu, jangan-jangan kalian menyembunyikan sesuatu dari kita?" Mereka curiga Qia dan Farrel menyembunyikan sesuatu, apalagi mereka libur dan kembali sekolah secara bersamaan.Qia dan Farrel bingung menjawab pertanyaan para sahabatnya, mereka belum siap mengungkapkan tentang statusnya, tetapi para sahabatnya mulai curiga dengan mereka.Putri yang mengerti dengan pikiran Qia dan Farrel pun angkat bicar
Sudah satu bulan mereka berstatus suami istri, hubungan mereka semakin lama semakin harmonis dan rasa cinta semakin besar walaupun mereka saling gengsi untuk mengungkapkannya.Hari Minggu ialah hari yang menyenangkan karena pada hari itu waktunya mereka weekend bersama keluarga, sahabat, pacar, dan sebagainya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:30 alarm sedari tadi berbunyi tetapi sepasang suami istri masih tidur sambil berpelukan."Morning," bisik Farrel ditelinga istrinya.Melihat tidak ada jawaban dari sang istri ia menjahili istrinya agar bangun."Udah ih gelii," ujar Qia menggeliat geli."Salah siapa susah dibangunin.""Kan hari Minggu ga papa lah bangun siang.""Lu harus masak untuk sarapan, gue udah lapar.""Lu masak aja sendiri.""Eh ga bisa gitu, lu kan istri gue jadinya lu harus melayani suami.""Lima menit lagi ya.""Ga ada, nanti kalau gue mati kelaparan gimana? nanti lu disalahkan karena ga mau bikin sarapan untuk suaminya, dan lu akan menjadi janda, emangnya lu mau?" tanya F
Tidak jauh dari tempat penjual ice cream terlihat para sahabat Qia dan Farrel, mereka kaget mendengar semua ucapan yang dilontarkan oleh Qia. Qia dan Farrel juga tidak kalah kaget melihat kehadiran mereka."Seriusan kalian berdua udah nikah?""Apa ini alasan kalian beberapa hari yang lalu tidak masuk?""Jelaskan semuanya sama kita."Para sahabatnya mendesak Qia dan Farrel agar menjelaskan semua ucapannya."Itu semua ga benar, tadi gue cuma ngarang aja agar Farrel ga digangguin sama para cewek itu," ujar Qia."Lo ga bohong kan?" tanya Rania."Gue bicara jujur, lagian ga mungkin kan kita punya anak, kenal aja baru beberapa bulan yang lalu.""Kalian kenapa bisa di taman?" tanya Rendy heran."Gue ga sengaja bertemu dengan Qiana di taman," jawab Farrel."Kalian ngapain kesini? Kenapa bisa barengan?" Farrel balik bertanya."Berhubung lagi weekend jadinya kita putuskan untuk pergi ke taman, kita udah nelpon kalian berdua tapi ga kalian angkat.""Oh maaf ga dengar." Qiana tersenyum."Iya lah
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte yang tidak jauh dari sekolah."Eh Qia, ayo bareng gue." Andrian ketua OSIS sekaligus cowok terpopuler disekolah walaupun sekarang Farrel juga populer. Ia sudah lama memendam perasaannya kepada Qiana."Ga usah kak lagian udah dekat kok." Qiana berlari menuju gerbang."Siapa orang yang ngobrol dengan lu tadi?" Farrel ikut gabung dengan yang lainnya."Dia itu Andrian ketua OSIS, ia terkenal dingin dan ga mau berhubungan dengan perempuan kecuali dengan Mamanya dan Qiana. Ia sangat mencintai Qiana tapi Qiana ga pernah membalas perasaan Andrian," jelas Kanaya."Kenapa? Dilihat-lihat Andrian ganteng loh," tanya Farrel heran."Karena Qiana trauma dengan masa lalunya dan ga mau membuka hati untuk orang baru." Putri menatap Farrel tajam."Dia hanya terobsesi dengan gue dan gue malas berurusan dengan para fans fanatiknya." Qiana meninggalkan para sahabatnya, sekarang moodnya sangat buruk."Eh tumben lu dian? Lu habis kalah main lotre ya?" tanya Geri
Matahari sudah terbenam digantikan oleh cahaya bulan dan bintang. Farrel sangat khawatir karena Qiana belum juga pulang."Hallo, lu lihat Qiana ?" Farrel menelpon Putri menanyakan keberadaan Qiana.["Gue ga tahu, gue belum lihat Qia semenjak ia bolos tadi, emangnya sampai sekarang Qia belum pulang?"] Putri khawatir."Belum, gue udah nelpon orang tuanya tapi Qia ga ada disana, gue juga udah nelpon orang tua gue dan sama aja Qia juga ga ada disana."["Kirim alamat lu nanti kita cari Qia sama-sama, jangan sampai lu pergi sendirian."] Farrel memutuskan sambungan telepon secara sepihak.Putri bergegas ke alamat yang sudah dikirimkan oleh Farrel."Gue takut terjadi sesuatu dengan Qia," ujar Farrel lemah."Lu sih pake acara berantem dengan Andrian, udah tahu mood Qiana dari pagi udah buruk.""Sorry, Andrian duluan yang cari masalah dengan gue."Mereka kaget melihat seseorang yang baru saja masuk."Ya ampun lu kenapa bisa seperti ini." Mereka kaget melihat Qia seperti orang linglung dan terci
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte dekat sekolah, "ingat jangan pernah terima ajakan Andrian untuk berangkat bareng.""Hm iya." Setelah melihat situasi sudah aman, Qiana turun dari dalam mobil Farrel dan berjalan menuju gerbang sekolah."Morning cantik, apa kabar? Gue dengar lu kemaren ga sekolah karena sakit, sekarang gimana keadaan lu udah sembuh?" Andrian menghampiri Qiana di parkiran sekolah."Gue udah ga papa."Farrel yang melihat itu merasa emosi tetapi ia berusaha terlihat tenang, ia berjalan mendekati Qiana lalu sengaja mendorong Andrian sehingga terjatuh."Kalau jalan pake mata dong," emosi Andrian."Sorry gue ga lihat ada orang," ujar Farrel."Masih pagi ga usah berantem." Qiana menarik tangan Farrel agar menjauh dari Andrian."Kamu sih ngapain sama dia, aku kan udah bilang jangan pernah berurusan dengan Andrian.""Masih pagi ga usah bikin mood gue hancur." Qiana meninggalkan Farrel.Sesampainya di depan pintu, Qiana menghembuskan nafas untuk mengontrol emosinya.