Share

Bab 4

Sesampainya Qia disekolah, ia berjalan ke kelasnya dengan lesu, di dalam kelas ia langsung duduk di kursinya, putri yang melihat Qia menjadi heran dengan sikapnya.

"Qia lu kenapa?" tanya Putri heran.

"Gak papa," jawab Qia lesu, kemudian guru mata pelajaran masuk.

Setelah beberapa jam pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi, Qia beserta sahabatnya pergi kekantin untuk mengisi perutnya yang lapar.

"Kalian mau makan apa, biar gue dan Putri yang pesan" ujar Kanaya kepada Qia dan Rania.

"Samain aja dengan kalian," ujar Qia.

Setelah beberapa menit akhirnya makanannya datang, "pesanan datang," ujar Kanaya.

Mereka makan sedangkan Qia hanya mengaduk makanannya tanpa memakannya.

Putri yang melihatnya tambah heran, "lu kalau ada masalah cerita aja sama gue, jangan dipendam sendiri," kata Putri.

Qia melihat kearah Putri, "pulang sekolah gue kerumah lu ya," lirih Qia, Ia rasa dengan bercerita kepada Putri akan membuat pikirannya sedikit tenang.

"Baik, tapi lu harus cerita semuanya ke gue" ujar Putri.

Qia hanya tersenyum, ia percaya bahwa Putri akan bisa menjaga rahasianya dengan baik.

Dimeja lain, terdapat Rendy, Kevin, dan Andre sedang menikmati makanannya dengan sesekali bersenda gurau, sedangkan Farrel ia hanya melihat makanannya tanpa berminat sedikitpun untuk menyentuhnya.

Andre yang melihat itu menjadi bingung, "Farrel lu kenapa?" tanya Andre heran.

"Gue gak papa" jawab Farrel lesu.

"Lu gak suka dengan makanannya ya?" tanya Rendy ikut bingung dengan sikap Farrel.

"Gue suka kok, cuma gue masih kenyang aja," ujar Farrel bohong. Ia tidak mau membicarakan tentang perjodohan ini kepada para sahabatnya.

"Gue permisi ke toilet dulu ya," pamit Farrel kepada sahabatnya.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Qia pergi kerumah Putri untuk menceritakan tentang perjodohannya.

"Qia ayo kita pulang" ajak Putri yang diangguki oleh Qia.

Qia menelpon Mama untuk minta izin pergi kerumah Putri.

"Assalamualaikum Ma," ujar Qia.

["Waalaikumsalam Qia,"] jawab Mama.

"Mama Qia izin kerumah Putri dulu ya," ujar Qia.

["Iya Qia hati-hati ya,"] 

"Iya Ma, assalamualaikum"

["Waalaikumsalam"]

Sesampainya dirumah Putri, mereka langsung pergi ke kamarnya Putri. Orang tuanya Putri lagi pergi keluar kota.

"Qia lu harus cerita sama gue, sebenarnya lu kenapa?" ujar Putri.

"G-gue dijodohkan dengan sahabatnya Papa." Dia menundukkan kepalanya.

"Lu serius?, tapi lu kan masih sekolah," tanya Putri tak percaya.

Qia membaringkan badannya di ranjang Putri sambil memejamkan matanya, "gue juga bingung harus bagaimana," ujarnya.

"Lu terima perjodohan ini?, terus siapa lelakinya?" tanya Putri penasaran.

"gue masih ragu dengan keputusan gue, tapi gue juga gak mau mengecewakan Mama dengan Papa, gue juga belum tahu siapa lelaki yang ingin dijodohkan dengan gue" lirih Qia.

"Malam ini gue akan ketemu dengan keluarganya," tambah Qia.

"Gue akan dukung keputusan lu, ingat kalau lu butuh teman cerita, gue selalu ada disamping lu" ujar Putri. Bagaimana pun Ia dan Qia sudah sahabatan dari kecil, dan selalu bersama dalam keadaan apapun.

"Makasih Putri, gue beruntung punya sahabat seperti kamu." Lalu Qia memeluk Putri dengan erat, sekarang ia lebih semangat dari sebelumnya.

Qia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 17:30, Ia berpamitan pulang. "Kalau begitu gue pamit pulang dulu ya," ujarnya lalu membereskan sampah cemilan yang ia makan.

"Jangan lupa kasih tahu gue siapa lelaki itu," ujar Putri.

"Siap, assalamualaikum" pamit Qia.

"Waalaikumsalam, hati-hati," respon Putri.

"Assalamualaikum Qia pulang," ujar Qia.

"Waalaikumsalam Qia jangan lupa nanti malam kita ketemu sahabat Papa," ujar Papa.

"Baik Pa, Qia permisi ke kamar dulu," ujar Qia.

"Qia ini Mama belikan baju untuk kamu pakai nanti malam." Mama menyerahkan baju yang ia beli untuk Qia.

"Baik Ma." Qia mengambil baju dari Mamanya dan segera pergi ke kamar.

Setelah memakai baju yang diberikan oleh Mamanya, ia lalu memoleskan wajahnya hanya dengan bedak dan liptint. Ia pergi ke meja makan yang sudah terdapat orang tuanya dan keluarga sahabat Papanya.

"Cantik sekali anak kamu Sinta," puji Laura calon mertuanya.

"Makasih Tante." Qia mencium tangan Laura dan Dimas calon mertuanya.

Qia duduk berhadapan dengan anak sahabat Papanya, lelaki itu masih tidak menyadari kedatangan Qia.

"F-farrel," ujar Qia tak percaya.

"Qia." Farrel kaget melihat gadis didepannya.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Erik, Papa Qiana.

"Qia sama Farrel satu sekolah Pa," jawab Qia.

"Bahkan kita satu kelas," ujar Farrel.

"Bagus dong kalian sudah saling kenal." Mama Qia dan Bunda Farrel tersenyum senang.

"jadi Qia mau dijodohkan dengan Farrel Pa?" tanya Qia masih tak percaya.

"Iya Qia, Farrel anak tunggal dari sahabat Papa" jawab Papa Qia.

"Jadi bagaimana apakah kalian menerima perjodohan ini?" tanya Dimas Ayah Farrel.

"Farrel menerima perjodohan ini." Farrel memandang Qia penuh tanya, "baik Qia juga menerima perjodohan ini." Qia menghela nafasnya, ia berharap ini adalah keputusan terbaik.

"Bagaimana kalau kita adakan pernikahannya Minggu besok?" tanya Sinta penuh semangat.

"Kita terserah kalian aja," ujar Dimas yang disetujui oleh Erik.

Qia dan Farrel melototkan matanya, "Ma Minggu depan terlalu cepat, Pernikahan adalah hal yang sakral, kita juga belum mempersiapkan segala kebutuhan," ujar Qia.

"Iya, kita juga masih sekolah Bun, nikah itu gak mudah, harus dipikirkan matang-matang," ujar Farrel.

"Lebih cepat lebih baik, untuk segala kebutuhannya biar kita yang atur," ujar Laura.

"Terserah kalian saja." Farrel dan Qia pasrah dan setuju dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

"Qia dan Farrel sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini kepada siapapun, yang hadir hanya keluarga inti saja," ujar Qia yang disetujui oleh Farrel.

"Baik kita setuju, pernikahannya akan dilaksanakan tertutup," ujar Erik dan disetujui oleh semuanya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status