Share

Bab 6

Satu Minggu kemudian, Farrel dan Qia akan segera melangsungkan pernikahan. Kedua insan itu sekarang lagi dilanda kegugupan.

"Kamu cantik sekali Qia," puji Clara, sih tukang penata rias.

"Makasih Clara," ujar Qia.

"Kenapa kamu memutuskan untuk menikah muda Qia?" tanya Clara.

"Gue dijodohkan dengan anak sahabat Papa," jawab Qia.

"Ternyata nasib kita sama Qia, dulu aku juga dijodohkan oleh Mama dengan anak sahabatnya," lirih Clara.

"Terus bagaimana sekarang rumah tangga kamu?" tanya Qia penasaran.

"Sekarang kita sudah bercerai, bulan-bulan pertama hubungan kita baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan sikapnya mulai berubah, apalagi disaat kita sudah punya anak, sikapnya berubah total, Ia sering melakukan kekerasan bahkan Ia selingkuh di belakang aku." Clara menitikkan air matanya disaat Ia ingat dengan masa lalunya.

"Kamu yang sabar ya, harus kuat demi anak kamu," ujar Qia menenangkan Clara.

"Maaf ya aku curhat," ujar Clara.

"Iya gak papa," ujar Qia.

"Semoga kamu menjadi keluarga yang sakinah ya, ingat di dalam rumah tangga selalu banyak cobaan, tapi kamu harus bijak untuk menyikapinya, dan jangan pernah mengambil keputusan disaat kamu sedang emosi." Clara menasehati Qia, ia gak ingin suatu saat Qia merasakan apa yang ia rasakan.

"Amin, makasih Clara kamu juga harus kuat ya, jangan sedih lagi," ujar Qia.

"Qia cantik sekali, Mama pangling melihatnya," puji Mama yang datang menghampiri Qia.

"Qia memang dari lahir sudah cantik," ujar Qia menutupi kegugupannya.

Mama memutar bola mata malas, "iyain aja deh, bagaimana kamu sudah siap?" tanya Mama.

"Sudah Ma," jawab Qia.

"Ayo sekarang kita kebawah, semua orang sudah menunggu," ujar Mama.

"Baik Ma." Qia berjalan menuruni tangga didampingi oleh Mama disampingnya, semua mata tertuju kepadanya para tamu memandang kagum karena kecantikan Qia.

Sedangkan kedua insan yang beberapa detik lagi sah menjadi suami istri merasa sangat gugup, tetapi Farrel mencoba untuk menyembunyikan rasa gugupnya apalagi disaat Qia datang dan duduk disampingnya.

"Hai Farrel Gilang Pratama bin Dimas Pratama Saya nikahkan dan kawinkan engkau anak saya Qiana Anuradha Widjaya binti Erik widjaya dengan mahar surat Ar-Rahman, emas seberat 250 gram, uang sebesar 500 miliar dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ujar Erik lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Qiana Anuradha Widjaya binti Erik Widjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Farrel tak kalah lantang dengan satu hembusan napas.

"Bagaimana para saksi?" tanya pak penghulu.

"SAH," ujar mereka bersamaan.

"Selamat ya sekarang kalian kalian sudah sah menjadi suami istri, semoga menjadi keluarga yang samawah," ujar pak penghulu kemudian berjabat tangan dengan Qia dan Farrel.

Setelah selesai akad nikah, Qia dan Farrel bersalaman dengan para tamu yang hadir, mereka memaksa tersenyum agar terlihat bahagia.

Pernikahannya dilakukan dikediaman Qia, yang hadir hanya keluarga inti saja, tidak ada rekan kerja, kerabat, tetangga, maupun sahabat Qia dan Farrel kecuali Putri. 

Walaupun Putri bersusah payah membujuk Qia agar diperbolehkan datang, akhirnya Qia luluh juga, Ia memperbolehkan Putri datang menyaksikan akad nikahnya.

"Qiaa." Putri langsung memeluk Qia menyalurkan rasa senangnya, "lepasin Put gak bisa napas nih gue," ujar Qia sesak karena putri memeluknya sangat erat.

"Eh sorry Qia, habisnya gue senang banget sekarang lu udah nikah dengan orang yang lu sayang, " ujar Putri.

"Karena itu gue gak mau rasa ini terlalu dalam, gue gak mau sakit hati untuk yang kedua kalinya." Qia melihat kearah Farrel yang sedang mengobrol dengan keluarganya.

Farrel pergi ketempat Qia dan Putri berada, putri yang melihat Farrel semakin dekat tersenyum jahil, "Qia lihat tuh suami lu mau kesini," bisik Putri.

"Selamat ya semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, selalu buat Qia bahagia, jangan pernah menyakitinya," ujar Putri kepada Farrel.

"Iya makasih sudah datang," ujar Farrel.

"Kalau begitu gue pamit pulang dulu ya, semoga cepat dapat momongan," ujar Putri berlalu pergi dari rumah Qia.

"Mereka semua sudah nungguin kita." Akhirnya Qia dan Farrel pergi ketempat dimana keluarga mereka berkumpul.

"Kalian mau tinggal dimana?" tanya Dimas Ayah Farrel.

"Qia terserah Farrel saja," jawab Qia

"Sepertinya kita tinggal di apartemen Farrel saja Yah." Farrel tidak ingin orang tua mereka mengurusi rumah tangganya.

"Baik kita setuju dengan keputusan kalian," ujar Dimas diangguki oleh semuanya.

"Kalian juga sering-sering main kesini ya," ujar Sinta.

"Iya betul itu, pintu rumah kita selalu terbuka untuk kalian," ujar Laura.

"Baik Bun," ujar Farrel.

"Oh iya Qia kamu panggil kita ayah dan Bunda ya, sekarang kamu sudah resmi menjadi menantu kita," ujar Dimas. 

"B-baik Yah," ujar Qia.

Orang tua mereka sangat bahagia karena sekarang anaknya telah sah menjadi suami istri, apalagi Erik dan Dimas sangat bahagia karena janji yang pernah mereka lakukan hari ini sudah terlaksanakan dan mereka sekarang menjadi besanan.

Qia pamit pergi ke kamar, karena ingin membersihkan badannya yang sangat lengket, "Qia permisi ke kamar dulu ya," ujar Qia berpamitan kepada semuanya.

Farrel melihat Qia menaiki tangga, "Farrel juga permisi dulu ya." Kedua orang tua mereka tersenyum melihat tingkah Qia dan Farrel. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status