Share

Menikah dengan Sahabat
Menikah dengan Sahabat
Author: Larasati Hasu

1. Tidur Seranjang

 

Dua insan berlainan jenis tengah terlelap di atas ranjang. Di bawah selimut bermotif garis berwarna merah, keduanya saling melingkarkan lengan di pinggang. Hingga matahari mulai menampakkan cahaya, satu di antaranya terbangun, dan terkejut mendapati dirinya bersama lelaki yang sedari kecil menjadi sahabat. 

 

"Aaa!" Dita menjerit dan menendang sosok lelaki yang tidur di sampingnya hingga terjatuh ke lantai.

 

"Apaan, sih, Ta?" Radit mengusap-usap bokongnya yang mengahantam kuat ke lantai. Terhuyung menghampiri wanita cantik dengan piyama biru muda di kasur.

 

"Pergi gak, lo! Dasar mesum!" teriak Dita sambil melempari bantal ke arah Radit.

 

"Mesum apanya? Emang lo gue apain semalem?" tanya Radit yang menangkap satu bantal dan melemparkan pelan ke arah Dita.

 

Bayangan Radit yang tengah tidur pulas dengan memeluk pinggangnya ketika ia terbangun tadi membuat Dita menutup wajah.

 

"Napa nutupin muka?" tanya Radit seraya menarik lembut tangan Dita.

 

"Radiiit …!" Dita menatap tajam pada lelaki berkulit sawo matang di hadapannya. "Kenapa lo bisa tidur di kamar gue?!" tanyanya setengah berteriak.

 

"Ini kan kamar kita," jawab Radit santai seraya duduk di hadapan wanita yang baru kemarin ia nikahi.

 

"Tapi kan gue udah larang lo buat tidur di sini. Lo lupa, ya? Atau lo cari kesempatan biar bisa meluk-meluk gue, gitu?" Dita semakin kesal mengingat kelakuan Radit yang ia lihat sesaat setelah membuka mata.

 

"Ooh … jadi gue tidur meluk elo, ya? Kayak gimana posisinya, Ta?" goda Radit, mengerling pada Dita.

 

Sebuah bantal mendarat tepat ke wajah Radit yang tengah tersenyum menggoda.

 

"Pergiii …!" teriak Dita.

 

"Gak asik, ah. Baru nikah udah diusir istri. Awas ya, entar malem," balas Radit, seraya turun dari ranjang.

 

"Nih, entar malem!" Dita mengangkat kepalan tangannya ke arah Radit.

 

"Au, takut …." Bukannya pergi, Radit justru mendekatkan wajah ke tangan Dita yang masih dengan posisi hendak meninju.

 

Dita yang geram melihat sahabat sejak kecil yang kini berstatus suaminya itu mendorong kepala Radit dengan kedua tangan. Sayang, posisinya kurang menguntungkan bagi Dita. Kaki kanan yang hendak menolak kasur agar dapat mendorong Radit dengan kuat malah tertendang oleh kaki satunya.

 

"Aarrg!"

 

Keduanya terjatuh di lantai. Dita menindih tubuh Radit. 

 

Pandangan keduanya bertemu. Jarak wajah yang begitu dekat membuat mereka dapat merasakan deru napas satu sama lain. Pipi Dita merona, terlihat jelas oleh lelaki yang menikahinya karena sebuah sebab.

 

"Ternyata lo lumayan berat," ucap Radit. Melemparkan senyum khas yang menampilkan deretan gigi putihnya.

 

Dita segera bangkit, duduk di tepi kasur. Melemparkan pandangan ke arah pintu.

 

"Elo cantik banget kalau lagi ngambek gitu," goda Radit lagi.

 

"Lo mau keluar atau gue teriak?" tanya Dita pelan, namun mengintimidasi.

 

"Gue harus keluar ke mana, Dita bawel? Di luar ada ortu gue ama ortu lo. Lo mau nikah pura-pura kita ini ketahuan mereka?" tanya Radit. Kini duduk di sebelah Dita.

 

"Kagak ada! Mereka sibuk semua!" jawab Dita ketus.

 

"Gak percaya? Tempelin tuh kuping lo ke pintu. Pasti lo denger bisik-bisik mereka."

 

Dita mengernyit. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Radit.

 

"Gak percaya?"

 

Dita menggeleng.

 

"Menurut lo, kenapa gue yang tadi malem mau tidur di sofa ruang tengah sama Papa, malah jadi tidur di kamar ini?"

 

"Itu sih mau lo doang!" Dita memajukan wajah, menatap mata Radit. Memanyunkan bibir. Kebiasaannya ketika kesal kepada seseorang.

 

Radit menempelkan ujung telunjuknya ke kening Dita. Mendorongnya perlahan. "Jangan deket-deket, entar gue cipok."

 

Ekspresi Dita yang seperti itu selalu terlihat menggemaskan di mata Radit. Ia merasakan debaran yang begitu besar dalam diri ketika Dita berada begitu dekat dengannya. Ada hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Posisinya dan Dita saat ini membuat naluri alami seorang suami muncul begitu saja. Namun, ia harus berusaha melawan hasratnya.

 

"Awas lo berani nyipok gue!" ancam Dita. Beranjak mendekati pintu, menempelkan telinganya di sana.

 

'Apa bener yang dibilang Radit? Ngapain mereka di situ? Mau ngintip? Gak ada kerjaan banget!' batin Dita kesal.

 

"Buka aja, ngapain nguping gitu," ucap Radit yang kini telah memegang handle pintu.

 

"Eh, bentar!" cegah Dita. Merangkul lengan Radit dan menampakkan senyumannya. Membuat Radit kembali merasakan hawa panas di sekujur tubuh. Pemuda itu menarik napas panjang untuk menetralisir degup jantungnya yang saling memacu tak beraturan.

 

Dita membuka pintu dengan gerakan cepat. Kedua orang tuanya, orang tua Radit, serta adik satu-satunya tampak terkejut dan berpura-pura melakukan aktivitasnya masing-masing. Meninggalkan sepasang pengantin baru yang kini terpingkal di depan pintu.

 

"Ada-ada aja, sih. Mau ngapain, coba?" tanya Dita diselingi tawa.

 

"Mau tahu, pengantin baru ini udah bikin cucu atau belum," bisik Radit di telinga Dita. Membuat darah wanita itu seketika berdesir. Pipinya merona.

 

Melihat ekspresi Dita, Radit kembali menunjukkan wajah menggodanya. Senyum khas yang semakin menampakkan ketampanan. Juga kerlingan mata yang membuat Dita bergidik.

 

"Mama …!" Dita lari meninggalkan Radit yang tak kuasa menahan tawa. Wanita polos itu selalu mampu membuatnya tertawa. Unik, begitulah yang Radit nilai dari sahabat kecilnya. Kini gadis itu menjelma menjadi sosok istri, meski hanya sebuah status.

 

***

Pernikahan Radit dan Dita hanyalah pura-pura. Semua itu mereka lakukan agar Dita tidak menikah dengan Arya, lelaki yang di jodohkan orang tua. Lelaki yang pernah menjadi teman keduanya ketika kuliah. Terlihat baik di mata orang tua Dita. Pandai memanipulasi keadaan. Kenyataannya, Arya adalah seorang buaya darat yang suka bergonta-ganti pasangan dan tidur dengan banyak wanita.

 

Dita sudah berusia 26 tahun, tetapi belum pernah membawa pacar ke rumah. Hal itu membuat kedua orang tuanya khawatir, anak perempuan satu-satunya itu akan menjadi perawan tua. Kedua orang tuanya berinisiatif untuk menjodohkan Dita dengan Arya, yang mereka anggap mampu menjadi pendamping putrinya, tanpa mengetahui sosok lelaki itu yang sebenarnya.

 

Perjodohan itu membuat wanita yang kini bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan yang sama dengan Radit mengalami stres. Konsentrasinya di kantor terganggu hingga ia berkali-kali mendapat teguran atasan. Ia bahkan sampai tidak masuk kerja selama tiga hari karena sakit. Memikirkan nasib masa depannya dengan lelaki seperti Arya.

 

Radit mengusulkan ide gila itu pada Dita. Melakukan pernikahan agar Dita terlepas dari keinginan orang tua. Juga lepas dari lelaki buaya bernama Arya.

 

Dita yang awalnya tak setuju dengan ide gila Radit, mau tak mau menerima pada akhirnya. Pernikahan pura-pura yang mampu menyelamatkannya dari seorang buaya darat. Pernikahan pura-pura dengan beberapa syarat yang Dita ajukan pada Radit.

 

***

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sumiryni
Wah, mantap sekali ceritanya. Bagus, keren. ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status