Home / Romansa / Menikah dengan Sahabat / 1. Tidur Seranjang

Share

Menikah dengan Sahabat
Menikah dengan Sahabat
Author: Larasati Hasu

1. Tidur Seranjang

Author: Larasati Hasu
last update Last Updated: 2021-07-22 17:12:39

 

Dua insan berlainan jenis tengah terlelap di atas ranjang. Di bawah selimut bermotif garis berwarna merah, keduanya saling melingkarkan lengan di pinggang. Hingga matahari mulai menampakkan cahaya, satu di antaranya terbangun, dan terkejut mendapati dirinya bersama lelaki yang sedari kecil menjadi sahabat. 

 

"Aaa!" Dita menjerit dan menendang sosok lelaki yang tidur di sampingnya hingga terjatuh ke lantai.

 

"Apaan, sih, Ta?" Radit mengusap-usap bokongnya yang mengahantam kuat ke lantai. Terhuyung menghampiri wanita cantik dengan piyama biru muda di kasur.

 

"Pergi gak, lo! Dasar mesum!" teriak Dita sambil melempari bantal ke arah Radit.

 

"Mesum apanya? Emang lo gue apain semalem?" tanya Radit yang menangkap satu bantal dan melemparkan pelan ke arah Dita.

 

Bayangan Radit yang tengah tidur pulas dengan memeluk pinggangnya ketika ia terbangun tadi membuat Dita menutup wajah.

 

"Napa nutupin muka?" tanya Radit seraya menarik lembut tangan Dita.

 

"Radiiit …!" Dita menatap tajam pada lelaki berkulit sawo matang di hadapannya. "Kenapa lo bisa tidur di kamar gue?!" tanyanya setengah berteriak.

 

"Ini kan kamar kita," jawab Radit santai seraya duduk di hadapan wanita yang baru kemarin ia nikahi.

 

"Tapi kan gue udah larang lo buat tidur di sini. Lo lupa, ya? Atau lo cari kesempatan biar bisa meluk-meluk gue, gitu?" Dita semakin kesal mengingat kelakuan Radit yang ia lihat sesaat setelah membuka mata.

 

"Ooh … jadi gue tidur meluk elo, ya? Kayak gimana posisinya, Ta?" goda Radit, mengerling pada Dita.

 

Sebuah bantal mendarat tepat ke wajah Radit yang tengah tersenyum menggoda.

 

"Pergiii …!" teriak Dita.

 

"Gak asik, ah. Baru nikah udah diusir istri. Awas ya, entar malem," balas Radit, seraya turun dari ranjang.

 

"Nih, entar malem!" Dita mengangkat kepalan tangannya ke arah Radit.

 

"Au, takut …." Bukannya pergi, Radit justru mendekatkan wajah ke tangan Dita yang masih dengan posisi hendak meninju.

 

Dita yang geram melihat sahabat sejak kecil yang kini berstatus suaminya itu mendorong kepala Radit dengan kedua tangan. Sayang, posisinya kurang menguntungkan bagi Dita. Kaki kanan yang hendak menolak kasur agar dapat mendorong Radit dengan kuat malah tertendang oleh kaki satunya.

 

"Aarrg!"

 

Keduanya terjatuh di lantai. Dita menindih tubuh Radit. 

 

Pandangan keduanya bertemu. Jarak wajah yang begitu dekat membuat mereka dapat merasakan deru napas satu sama lain. Pipi Dita merona, terlihat jelas oleh lelaki yang menikahinya karena sebuah sebab.

 

"Ternyata lo lumayan berat," ucap Radit. Melemparkan senyum khas yang menampilkan deretan gigi putihnya.

 

Dita segera bangkit, duduk di tepi kasur. Melemparkan pandangan ke arah pintu.

 

"Elo cantik banget kalau lagi ngambek gitu," goda Radit lagi.

 

"Lo mau keluar atau gue teriak?" tanya Dita pelan, namun mengintimidasi.

 

"Gue harus keluar ke mana, Dita bawel? Di luar ada ortu gue ama ortu lo. Lo mau nikah pura-pura kita ini ketahuan mereka?" tanya Radit. Kini duduk di sebelah Dita.

 

"Kagak ada! Mereka sibuk semua!" jawab Dita ketus.

 

"Gak percaya? Tempelin tuh kuping lo ke pintu. Pasti lo denger bisik-bisik mereka."

 

Dita mengernyit. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Radit.

 

"Gak percaya?"

 

Dita menggeleng.

 

"Menurut lo, kenapa gue yang tadi malem mau tidur di sofa ruang tengah sama Papa, malah jadi tidur di kamar ini?"

 

"Itu sih mau lo doang!" Dita memajukan wajah, menatap mata Radit. Memanyunkan bibir. Kebiasaannya ketika kesal kepada seseorang.

 

Radit menempelkan ujung telunjuknya ke kening Dita. Mendorongnya perlahan. "Jangan deket-deket, entar gue cipok."

 

Ekspresi Dita yang seperti itu selalu terlihat menggemaskan di mata Radit. Ia merasakan debaran yang begitu besar dalam diri ketika Dita berada begitu dekat dengannya. Ada hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Posisinya dan Dita saat ini membuat naluri alami seorang suami muncul begitu saja. Namun, ia harus berusaha melawan hasratnya.

 

"Awas lo berani nyipok gue!" ancam Dita. Beranjak mendekati pintu, menempelkan telinganya di sana.

 

'Apa bener yang dibilang Radit? Ngapain mereka di situ? Mau ngintip? Gak ada kerjaan banget!' batin Dita kesal.

 

"Buka aja, ngapain nguping gitu," ucap Radit yang kini telah memegang handle pintu.

 

"Eh, bentar!" cegah Dita. Merangkul lengan Radit dan menampakkan senyumannya. Membuat Radit kembali merasakan hawa panas di sekujur tubuh. Pemuda itu menarik napas panjang untuk menetralisir degup jantungnya yang saling memacu tak beraturan.

 

Dita membuka pintu dengan gerakan cepat. Kedua orang tuanya, orang tua Radit, serta adik satu-satunya tampak terkejut dan berpura-pura melakukan aktivitasnya masing-masing. Meninggalkan sepasang pengantin baru yang kini terpingkal di depan pintu.

 

"Ada-ada aja, sih. Mau ngapain, coba?" tanya Dita diselingi tawa.

 

"Mau tahu, pengantin baru ini udah bikin cucu atau belum," bisik Radit di telinga Dita. Membuat darah wanita itu seketika berdesir. Pipinya merona.

 

Melihat ekspresi Dita, Radit kembali menunjukkan wajah menggodanya. Senyum khas yang semakin menampakkan ketampanan. Juga kerlingan mata yang membuat Dita bergidik.

 

"Mama …!" Dita lari meninggalkan Radit yang tak kuasa menahan tawa. Wanita polos itu selalu mampu membuatnya tertawa. Unik, begitulah yang Radit nilai dari sahabat kecilnya. Kini gadis itu menjelma menjadi sosok istri, meski hanya sebuah status.

 

***

Pernikahan Radit dan Dita hanyalah pura-pura. Semua itu mereka lakukan agar Dita tidak menikah dengan Arya, lelaki yang di jodohkan orang tua. Lelaki yang pernah menjadi teman keduanya ketika kuliah. Terlihat baik di mata orang tua Dita. Pandai memanipulasi keadaan. Kenyataannya, Arya adalah seorang buaya darat yang suka bergonta-ganti pasangan dan tidur dengan banyak wanita.

 

Dita sudah berusia 26 tahun, tetapi belum pernah membawa pacar ke rumah. Hal itu membuat kedua orang tuanya khawatir, anak perempuan satu-satunya itu akan menjadi perawan tua. Kedua orang tuanya berinisiatif untuk menjodohkan Dita dengan Arya, yang mereka anggap mampu menjadi pendamping putrinya, tanpa mengetahui sosok lelaki itu yang sebenarnya.

 

Perjodohan itu membuat wanita yang kini bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan yang sama dengan Radit mengalami stres. Konsentrasinya di kantor terganggu hingga ia berkali-kali mendapat teguran atasan. Ia bahkan sampai tidak masuk kerja selama tiga hari karena sakit. Memikirkan nasib masa depannya dengan lelaki seperti Arya.

 

Radit mengusulkan ide gila itu pada Dita. Melakukan pernikahan agar Dita terlepas dari keinginan orang tua. Juga lepas dari lelaki buaya bernama Arya.

 

Dita yang awalnya tak setuju dengan ide gila Radit, mau tak mau menerima pada akhirnya. Pernikahan pura-pura yang mampu menyelamatkannya dari seorang buaya darat. Pernikahan pura-pura dengan beberapa syarat yang Dita ajukan pada Radit.

 

***

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sumiryni
Wah, mantap sekali ceritanya. Bagus, keren. ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikah dengan Sahabat   38. Salah Usap

    “Dita?” Radit bergegas keluar ruangan dan menghampiri istrinya yang tampak terkejut dengan kejadian barusan.“Aku udah taruh makan siang kamu di meja,” ucap Dita dengan mencoba untuk bersikap biasa. Namun, dari raut wajahnya masih tampak emosi yang sulit diartikan oleh Radit.“Kita makan bareng, ya?” ajak Radit. Ia yakin bahwa istrinya telah salah paham padanya.“Enggak. Aku mau langsung pulang aja.” Dita mencoba tersenyum meski hatinya ingin menangis melihat suaminya sangat dekat dengan wanita lain.“Mbak Dita.” Tiara yang mengerti bahwa telah terjadi kesalahpahaman pun akhirnya keluar ruangan dan menghampiri sepasang suami istri itu.“Maaf, Mbak. Jangan salah pah—““Enggak. Tena

  • Menikah dengan Sahabat   37. Kesalahpahaman

    “Sayang, kamu gak apa-apa?”Dita menggeleng lemah setelah membersihkan mulutnya. “Rada pusing aja.”Radit memapahnya keluar kamar mandi.“Aku mau istirahat di kamar.”“Ya udah. Nanti aku bawakan sarapan kamu ke kamar.” Radit pun menuntun Dita ke kamar mereka.“Mama, Papa, maaf. Gak bisa ikut sarapan bareng,” ucap Radit.Orang tuanya tersenyum dan mengangguk.Di kamar, Radit membantu Dita berbaring. Ia memberikan air minum yang tersedia di meja di dekat kasur untuk Dita.“Kamu mau sarapan, Sayang?” tanya Radit setelah menaruh kembali gelas ke tempatnya.Dita menggeleng. “Aku lagi gak nafsu

  • Menikah dengan Sahabat   36. Resepsi

    Dita berbaring di kamarnya, kamar yang selalu ia tempati sebelum menikah. Ruangan itu kini telah disulap menjadi kamar pengantin bernuansa putih, dengan bunga-bunga di setiap sudutnya. Hatinya berdebar-debar menanti esok tiba, juga luahan rindu yang tiada tara.Sudah dua hari ini ia tidak bisa bertemu dengan Radit, sang kekasih yang akan ia kenalkan pada dunia esok hari sebagai seorang suami. Keluarga mereka melarang keduanya bertemu dua hari sebelum resepsi. Bahkan, mamanya Dita menyita ponsel sang anak agar tidak bisa menghubungi Radit.“Biar seperti pengantin baru lagi, biar rindu,” ujar Bu Meri kala itu.Kini, Dita benar-benar dilanda perasaan tersebut. Demam rindu yang begitu besar terhadap sosok lelaki yang selama ini berada di sisinya. Sangat berbeda kala Radit meninggalkannya selama seminggu ke Semarang, saat lelaki itu baru sehari melakuka

  • Menikah dengan Sahabat   35. Bicara Soal Anak

    “Habis ini kita langsung pulang, ya,” goda dengan mengedipkan sebelah matanya.“Bukannya mau ke rumah Mama?”Radit mendesah. “Yah, gagal deh.”“Kayak malam gak bisa aja!”“Kamu sih menggoda banget. Aku kan jadi gak sabar.” Radit mencubit gemas hidung Dita.“Luntur deh make up ku. Buruan ah kancingin. Tukang fotonya dah nunggu tuh!” protes Dita.Radit pun menaikkan ritsleting gaun Dita. Ia lalu memutar tubuh istrinya ke kanan dan kiri.“Kenapa, sih? Udah buruan.”Radit menahan Dita yang hendak keluar kamar ganti.“Tunggu! Ganti aja nih baju,” ucapnya.

  • Menikah dengan Sahabat   34. Tak Disangka

    Radit meringis saat Dita menyentuh luka di wajahnya.“Sakit?” tanya Dita lembut.Radit mengangguk.“Emangnya waktu pukul-pukulan tadi gak sakit?”Kali ini Radit menggeleng.Gemas, Dita menekan luka di pelipis lelaki itu.“Aw! Kenapa sih?”“Kenapa harus pukul-pukulan coba? Bonyok kan nih muka!” geram Dita.“Gak laki kalau gak mukul,” jawab Radit asal.“Kalimat apaan, tuh!”“Kamu gak suka aku kasar atau gak suka aku mukulin Danu?” Pelan, Radit mendekatkan wajahnya dan menatap intens kedua bola mata Dita.

  • Menikah dengan Sahabat   33. Pengakuan Mengejutkan

    “Kalian di sini juga?”“Kak Danu?” Dita tampak bingung dengan kehadiran sosok lelaki itu. Berbeda dengan Radit yang justru memperhatikan lelaki yang berdiri di samping mejanya dari ujung kepala hingga kaki.“Apa maksudnya ‘juga’?’ tanya Dita dalam hati.“Apa ... Arya yang meminta kalian ke sini?” tanya Danu kemudian.Dita mengangguk, tetapi raut tanya tak hilang dari wajah cantiknya.“Kalau begitu, boleh saya tunggu dia di sini sama kalian?”Dita memandang Radit. Ia takut Radit akan cemburu seperti sebelumnya.“Dita, sini.” Radit meminta Dita duduk di sampingnya. Lalu, dengan kode matanya, ia menyuruh Danu duduk di hadapan mereka.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status