Viona dan Neila datang berkunjung tidak lama setelah Damar berangkat kerja. Kedatangan mereka untuk menanyakan aoa yang terjadi dengan Shanna dan Damar. Shanna tidak menjelaskan secara rinci di grup, serta tidak mengangkat panggilan saat mereka menelepon. Karena itulah mereka langsung datang ke rumah Shanna.Namun, mereka terkejut saat melihat melihat wajah Shanna dengan hidung bengkak. Berpikir mungkin Damar telah menyakiti Shanna. Akan tetapi, saat Shanna menjelaskan yang sebenarnya, mereka justru tertawa.“Kalau kedatangan kalian untuk mentertawakan aku, lebih baik kalian pulang saja,” ucap Shanna ketus. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik, masih memikirkan cara bagaimana membuat Damar agar tidak marah kepadanya.“Jangan marah dong, Shan.” Viona merangkul bahu Shanna. “Kami minta maaf. Kami nggak bermaksud mentertawakanmu, tapi lucu aja melihatmu sekarang seperti badut.”Viona ingin tertawa, tetapi berusaha ke
“Aku baru sebentar meninggalkanmu untuk menenangkan diri, dan kamu sudah menceritakan masalah kita kepada orang lain?” ucap Damar, nadanya datar.“Baba, aku ....” Shanna bingung menghadapi situasi yang tiba-tiba membuatnya begitu rumit. Shanna menatap Damar tepat di mata pria itu. “Baba, maafkan aku. Aku tahu, nggak seharusnya aku menceritakan ini pada Deva. Tapi, aku nggak bermaksud mengumbar masalah kita ke orang lain, Ba. Aku cuma perlu solusi dan saran. Ba, maafkan aku. Jangan marah padaku, ya? Kumohon.”Raut wajah Damar tidak menunjukkan perubahan. Dia menatap Shanna dengan tatapan datar.“Ba, aku mohon. Talong jangan marah padaku,” rengek Shanna, diraihnya tangan Damar dan digenggam erat. “Ba, aku tahu aku salah. Tolong maafkan aku. Aku janji nggak akan cerita apa-apa lagi pada Deva atau yang lainnya soal permasalahan kita. Tapi tolong jangan marah dan mendiamiku, Ba.”Damar berbalik dan me
Shanna menelan air liurnya dengan susah payah. Dia tahu Damar kemungkinan akan menolak permintaannya, tetapi Shanna sudah berjanji kepada Rangga. Dia sudah berjanji akan membujuk Damar untuk tidak ikut tender dengan perusahaan Lumina.Damar menatap Shanna. “Dari mana kau tahu kalau aku sedang bersaing untuk mendapatkan tender dari perusahaan Lumina?” tanyanya, meskipun Damar sudah melunakkan suaranya, tetapi tetap saja terdengar menakutkan di telinga Shanna.“Aku ... aku tadi bertemu Rangga. Bukan Rangga yang menemuiku, tapi aku yang meminta bertemu dengannya,” jawab Shanna cepat menjelaskan sebelum Damar salah paham kepadanya.“Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku.” Shanna berkata pelan dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap mata Damar yang tajam. “Aku tahu kau nggak akan pernah memberitahuku, karena itu aku berinisiatif menemui Rangga untuk bertanya padanya. Dan dia mengatakan semuanya padaku.”
Rangga sudah datang lebih dulu saat Shanna masuk. Pemuda itu memberi isyarat kepada Shanna yang langsung menghampiri Rangga.“Sudah lama kita nggak bertemu. Aku senang kamu baik-baik aja,” ucap Shanna membuka obrolan.Shanna merasa kikuk duduk berdua dengan Rangga. Sejak dia tinggal di kediaman Adipramana, hubungannya dengan Rangga dan Harsa tidak terlalu akur. Apalagi sejak Damar mengajaknya tinggal terpisah dari keluarga Adipramana, hubungan mereka semakin renggang. Walau begitu, sesekali Rangga datang berkunjung. Namun, beberapa tahun terakhir hubungan mereka semakin jauh.“Hm!”Rangga tidak membenci Shanna yang merupakan sepupu sekaligus bibinya, tetapi akibat Diana yang selalu menanamkan kebencian kepada Shanna, membuat Rangga sedikit banyaknya tidak menyukai Shanna. Apalagi saat tahu Damar menikahi Shanna yang merupakan anak angkat pria itu.Namun, Rangga tidak mempunyai hak atas kehidupan pamannya. Rangga tidak menyukai Shanna, tetapi dia sa
Shanna menyambut hari dengan senyum lebar. Apalagi saat Damar memberi tahu bahwa pria itu mengambil cuti kerja selama tiga hari. Sinar kebahagiaan semakin terpancar jelas di wajah ayunya.Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Damar mengajak Shanna jalan-jalan, nonton film, dan makan romantis di restoran berbintang."Apa kamu senang?" tanya Damar seraya memeluk Shanna dari belakang.Saat ini mereka berada di ruang tengah. Mereka baru saja pulang dari makan siang di restoran mewah langganan Damar."Hm!" Shanna mengangguk kecil. "Terima kasih sudah membawaku makan romantis selama tiga hari ini.""Tidak perlu berterima kasih. Tidak ada salahnya sesekali menikmati hidup. Apalagi hampir sebulan kita tidak bertemu."Damar menciumi belakang leher Shanna.Shanna tersenyum kecil. Tanpa melepaskan tangan Damar yang melingkar di perutnya, Shanna berbalik dan mencium Damar. Semakin lama, ciuman mereka semakin panas dan membangkitkan nafsu
Helia terkejut dengan kedatangan Shanna yang tiba-tiba menanyainya. Tubuhnya bergerak gelisah, seolah tertangkap basah telah melakukan sesuatu yang buruk.“Maaf, aku nggak bermaksud mengagetkanmu,” ucap Shanna cepat ketika melihat reaksi Helia. “Aku menemuimu karena sejak tadi aku melihatmu di luar sendirian. Apa kamu sedang menunggu sesorang?”“Ya,” jawab Helia dengan suara pelan.“Apa kamu sudah menghubungi orang yang kamu tunggu?” tanya Shanna berbasa-basi walau dia tahu sebenarnya siapa yang Helia tunggu.Helia mengalihkan pandangannya dari Shanna. Dia tampak sedikit gugup. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Shanna.“Kamu sudah sejak tadi berada di sini, coba kamu hubungi orang itu supaya tahu kalau kamu sudah sampai dan menunggunya di parkiran,” lanjut Shanna memberi saran karena tidak mendapat jawaban Helia.Helia terdiam sejenak sebelum berkata, “Aku tidak punya nomornya. Jadi aku tidak bisa menghubunginya. Terima kasih atas perhatianmu. Aku akan menunggunya di sini saja.”