Home / Romansa / Menikahi Ayah Angkat / BAB 8 : Tinggal Bersama

Share

BAB 8 : Tinggal Bersama

Author: Namaku Malaja
last update Last Updated: 2023-12-20 17:09:15

Damar benar-benar menepati janjinya untuk menghabiskan akhir pekannya bersama Shanna. Melupakan bahwa mereka pernah bertengkar. Namun, berbeda dengan Shanna yang masih merasa canggung dan bersalah atas sikapnya kepada pria itu selama dua bulan terakhir.

“Baba, ayo kita pulang!” Shanna menatap arloji di tangan kirinya yang menunjukkan pukul tiga sore.

“Sekarang masih jam tiga. Kenapa buru-buru pulang?”

“Aku harus bekerja. Aku nggak mau telat.”

“Kerja?” Damar menatap Shanna dengan alis terangkat tinggi. “Kenapa kamu masih kerja? Lebih baik kamu berhenti kerja. Baba tidak mengizinkan kamu untuk bekerja.”

“Baba, aku sudah mengikuti keinginan baba untuk tinggal bersama. Tapi aku nggak janji untuk berhenti kerja. Terserah baba mengizinkan atau nggak, aku tetap akan bekerja.”

“Kamu boleh bekerja, tetapi tidak di mini market. Apalagi jam kerjamu di malam hari yang membuatmu harus pulang malam. Baba tidak mau kamu kelelahan. Baba ingin kamu fokus dengan kuliahmu. Lagi pula apa uang saku yang baba berikan kurang? Kalau kamu menginginkan sesuatu, kamu bisa minta langsung pada baba. Tidak perlu bekerja. Baba tidak kekurangan uang.”

“Ini bukan masalah uang atau apa pun, Ba. Ini keinginanku sendiri untuk bekerja. Aku hanya ingin hidup mandiri. Kalau baba nggak mau pulang, ya sudah. Aku pulang sendiri aja.”

Shanna pun meninggalkan Damar yang ternyata dengan cepat mengikuti Shanna.

“Oke, oke. Ayo baba antar kamu ke tempat kerja.” Damar mengalah dan mengantar Shanna langsung ke tempat kerja. Damar bahkan menunggu Shanna bekerja hingga pulang bekerja seperti biasanya.

Damar benar-benar menepati janjinya untuk membuat hubungan mereka seperti semula. Berbeda dengan Shanna yang masih sulit untuk bersikap bahwa tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Faktanya, perasaan canggung masih menggelayuti dirinya meski sudah empat hari mereka tinggal bersama. Tanpa Shanna sadari, dirinya telah menjaga jarak dengan mengurangi kontak fisik dengan Damar.

Damar sendiri tidak protes dengan sikap Shanna. Dia justru semakin menunjukkan perhatiannya yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.

“Tadi aku melihatmu di gerbang kampus bersama Om Damar. Memangnya kamu sudah baikan sama babamu?” Neila membuka obrolan setelah mereka mendapat tempat duduk.

“Hm! Sekarang aku sudah pulang. Benar apa yang kalian katakan. Daripada aku rugi dua kali, lebih baik aku tinggal bersama baba meski cintaku nggak terbalas. Seenggaknya aku bisa melihat baba setiap saat.”

Sejak dirinya kembali, Shanna menyadari bahwa apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya itu benar. Walau tidak dapat dipungkiri bahwa hatinya menderita.

Viona dan Neila mengacungkan kedua jempol mereka kepada Shanna.

“Cobalah kamu membuka hatimu untuk orang lain. Siapa tahu aja dengan begitu kamu bisa menghilangkan perasaanmu pada Om Damar,” saran Deva.

Shanna menghela napas pelan. “Aku akan mencobanya.”

Bukannya Shanna tidak mau, tetapi hatinya entah kenapa selalu bertaut kepada ayahnya. Mungkin memang tidak seharusnya dia memiliki perasaan kepada ayahnya.

“Kamu nggak perlu memaksakan diri. Lakukan saja secara perlahan.” Viona pun memberi dukungan.

“Hm! Terima kasih untuk saran kalian. Mulai sekarang aku akan berusaha mendengarkan semua saran kalian.” Shanna menatap satu per satu ketiga sahabatnya.

“Apa yang kamu katakan? Kita ini sahabat dan sudah semestinya saling membantu,” ucap Neila.

Shanna tersenyum kecil. Dia bersyukur memiliki sahabat seperti mereka bertiga. Sahabat yang selalu ada kala dirinya susah ataupun senang. Yang selalu setia mendengarkan keluh kesahnya selama ini. Mereka juga tidak pernah bosan memberikan semangat dan dukungan untuknya.

Dulu, Shanna berpikir bahwa mereka akan menjauhinya ketika dia memberi tahu mereka mengenai dirinya yang menyukai Damar yang merupakan ayah angkatnya. Dia bahkan sudah menyiapkan mentalnya jika mereka bertiga akan menghujatnya. Namun, itu semua hanya ketakutannya yang tidak berdasar. Nyatanya mereka bertiga menerima dirinya dengan tangan terbuka.

“Aku pulang duluan, ya,” ucap Shanna setelah melihat waktu di arlojinya menunjukkan pukul 11.30 siang. “Soalnya tadi pagi aku sudah janji sama baba mau makan siang bersama.”

Shanna segera meninggalkan kantin dengan langkah lebar menuju ke gerbang usai mendapatkan jawaban dari ketiga sahabatnya.

“Baba ke mana, Paman?” tanya Shanna bingung ketika dirinya justru mendapati Adara yang menjemput dirinya dan bukannya Damar.

“Tuan masih rapat. Tapi tadi beliau sudah berpesan supaya saya menjemput Anda kalau beliau belum selesai.”

Shanna mengangguk dan segera memasuki mobil.

Sesampainya di perusahaan, Shanna memutuskan untuk menunggu Damar di ruang kerjanya. Tanpa mengetuk pintu, Shanna membuka pintu ruang kerja Damar. Matanya membulat ketika netranya justru mendapati Diana dan Damar berada di dalam, duduk berhadapan di meja kerja Damar.

“Maaf, Bibi, Baba. Kupikir baba masih rapat, jadi aku langsung masuk aja. Aku nggak tahu kalau Bibi dan baba ada di dalam,” ucap Shanna kepada kedua orang yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda.

Damar tersenyum kecil. “Kamu sudah datang.” Damar beralih menatap Diana. “Kakak, kalau tidak ada lagi yang kakak bicarakan, maka kami mau pergi makan siang dulu.”

Diana menatap tajam Damar. “Lebih baik kamu mendidik dia lebih tegas lagi supaya tidak mempermalukan nama keluarga Adipramana.”

Usai berkata seperti itu, Diana pergi dengan pandangan tajam yang di arahkan kepada Shanna.

Shanna hanya bisa menundukkan pandangannya. Dia tahu dirinya salah karena tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Keluarga Adipramana memang ketat dalam segala hal, terutama etika sopan santun. Tidak heran jika Diana marah kepadanya. Apalagi keluarga besar Adipramana memang tidak ada yang menyukainya sejak dulu.

Damar bangkit dari duduknya, menghampiri Shanna yang masih setia berdiri di dekat pintu. Tangannya mengusap kepala Shanna lembut dan penuh kasih sayang.

“Kamu tidak perlu memasukkan ke hati ucapan bibimu. Lebih baik sekarang kita pergi makan siang. Baba sudah sangat lapar sekali.”

Damar menggandeng Shanna meninggalkan ruang kerjanya dan menuju ke lift. Damar membawa Shanna ke sebuah restoran tidak jauh dari perusahaan.

“Damar?” seorang wanita menyapa mereka yang hendak memasuki restoran, nadanya terdengar sedikit ragu-ragu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 112 : Mogok Bicara

    Saat membuka mata, Shanna mendapati dirinya berada di kamar inapnya. Damar berada di samping ranjangnya. Tangan pria itu menggenggam erat tangan Shanna sejak wanita itu kembali dibawa ke kamar inap."Sayang, kamu sudah bangun," ucap Damar, lega dan juga senang.Ardo yang sejak tadi ikut menunggu, lebih tepatnya menemani Damar, segera menekan tombol di dekat kepala ranjang.Pandangan Shanna sedikit kabur. Pikirannya pun masih belum pulih dari efek obat bius.Dokter datang tidak lama kemudian dan langsung memeriksa kondisi Shanna. Setelah memeriksa Shanna, dokter pun meninggalkan mereka.Perlahan, pikiran Shanna pun mulai pulih. Raut wajahnya datar, begitu pula dengan tatapannya saat bertemu mata dengan Damar.Shanna yang sangat marah kepada Damar pun mengabaikan pria itu. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Pun, untuk makan. Shanna benar-benar mogok makan dan bicara sebagai bentuk protesnya."Sayang, ayo makan dulu." Dam

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 111 : Keputusan Bulat Damar

    Shanna menatap ke depan, di mana Farel tidak sadarkan diri dengan darah yang juga membasahi wajahnya. Mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Shanna berteriak meminta bantuan. Akan tetapi, suaranya yang lemah tidak mampu didengar oleh orang-orang yang berada di sekitar tempat kecelakaan. Shanna tidak menyerah, dia terus berteriak meminta bantuan. Tidak kuat menahan rasa sakit lagi, Shanna pun akhirnya jatuh pingsan.Lima belas menit kemudian, polisi, pemadam kebakaran dan beberapa ambulans tiba di tempat kejadian setelah mendapat laporan dari orang-orang di sana. Mereke semua segera mengamankan tempat kejadian. Garis polisi terpasang mengelilingi TKP.Para medis memberikan pertolongan pertama kepada para korban sebelum membawa ke rumah sakit. Shanna, Damar, dan Farel langsung memasuki ruang UGD begitu ambulans tiba di rumah sakit. Para dokter menangani mereka dengan cepat. Setelah penanganan yang cukup lama, akhirnya ketiganya dibawa ke ruang inap setelah memastikan kondisi ketiga

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 110 : Kecelakaan Tragis

    Setelah menadapatkan perintah dari Damar, Farel langsung melaksanakannya saat itu juga. Akan tetapi, Farel tidak menemukan adanya indikasi bahwa kecelakaan itu disengaja. Tidak putus asa, Farel pun meminta bantuan dari temannya yang bekerja di kepolisian untuk mendapatkan hasil penyelidikan dan juga interogasi sang sopir mobil pengangkut barang.Farel merasa ada yang janggal saat membaca hasil penyelidikan para polisi, sehingga Farel pun mendatangi tempat kejadian perkara untuk menyelidiki lebih lanjut. Dalam penyelidikannya, Farel banyak mendapatkan kejanggalan. Prediksi Damar bahwa ada dalang di balik kecelakaan itu tampaknya benar adanya.Farel menyelidiki lebih dalam, tetapi dia kehilangan jejak. Akhirnya Farel meminta bantuan beberapa orang untuk membantunya menyelediki lebih lanjut. Dan seperti yang sudah mereka duga, Nadialah dalang di balik kecelakaan ituNadia membayar pembunuh bayaran untuk membunuh Shanna. Karena itulah Farel sedikit kesulitan menyelidikinya seorang diri. m

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 109 : Ketakutan dan Kekhawatiran Damar

    Shanna tidak pernah berhenti mengkhawatirkan kondisi Ardo dan Tessa meski Damar selalu mengatakan bahwa keduanya baik-baik saja. Shanna juga selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu. Walau begitu, Shanna berusaha menikmati liburannya.Damar dapat merasakan perubahan Shanna. Apa yang Damar takutkan ternyata menjadi kenyataan. Seandainya Damar memberi tahu yang sebenarnya, dia yakin Shanna pasti akan meminta kembali saat itu juga.Damar beberapa kali memergoki Shanna melamun. Damar tidak ingin terjadi apa-apa dengan kandungan Shanna, sehingga dia berusaha mengalihkan pikiran Shanna. Bahkan Damar tidak membiarkan Shanna tinggal sendirian meski hanya sebentar.“Ba, kenapa kamu mengemasi barang-barang?” tanya Shanna heran saat keluar dari kamar mandi dan melihat Damar mengemasi barang-barang mereka ke koper.Beberapa menit yang lalu mereka baru saja pulang jalan-jalan dan makan malam romantis seperti biasanya. Dan karena gerah, Shanna memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebe

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 108 : Terbongkarnya Penyamaran

    Damar tidak bisa menolak saat Shanna terus memaksanya untuk menceritakan bagaimana Ardo dan Tessa mengalami kecelakaan. Damar menceritakan dengan singkat, tanpa memberi tahu kebenaran mengenai kondisi Ardo dan Tessa yang kritis.Damar mengusap pipi Shanna. “Jangan terlalu memikirkan masalah ini. Aku hanya memintamu untuk menjaga anak kita. Untuk masalah ini, serahkan dan percayakan saja padaku. Aku akan membalas siapa pun jika benar ada dalang di balik kecelakaan mereka. Aku mohon.”“Hm, baiklah,” jawab Shanna patuh. Karena dia juga tidak ingin terjadi apa-apa pada janinnya.Damar pun mengajak Shanna untuk kembali beristirahat, mengingat sore nanti mereka akan melanjutkan kembali jalan-jalan mereka. Shanna menurut dan segera memejamkan mata, tetapi dia sulit untuk tidur karena pikirannya terus mengkhawatirkan kondisi Ardo dan Tessa.Shanna tidak tahu kapan dirinya terlelap, matahari hampir terbenam saat dia membuka mata. Setelah mandi dan makan, Damar pun mengajak Shanna pergi sesuai

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 107 : Kabar Buruk

    Damar dengan cepat mengubah raut wajahnya. Dia menatap Shanna dan tersenyum kecil. “Tidak ada apa-apa. Hanya ada beberapa masalah di perusahaan.”“Masalah di perusahaan?” ulang Shanna, khawatir. “Apa masalahnya besar? Apa perlu kita pulang lebih awal?”“Bukan masalah serius, Sayang. Hanya masalah kecil saja. Kita tidak perlu pulang, Adara akan menyelesaikannya dengan cepat.”Damar yang dapat merasakan keraguan Shanna, berusaha meyakinkan Shanna kalau semuanya baik-baik saja karena ada Adara yang akan menyelesaikan semua urusan pekerjaan. Damar meminta Shanna untuk tidak memikirkan apa pun selain menikmati liburan mereka.Akan tetapi, entah kenapa Shanna merasa Damar seolah-olah menyembunyikan sesuatu darinya.‘Mungkin itu hanya perasaanku aja,’ pikir Shanna berusaha untuk berpikir positif. Dia yakin Damar tidak akan merahasiakan apa pun lagi darinya, sebab pria itu sudah berjanji padanya.“Kalau begitu, ayo kita lanjutkan istirahatnya. Tadi kamu bilang capek, kan? Nanti sore kita mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status