Beranda / Romansa / Menikahi Billionaire Bodoh / 4. Kasih yang Terusir

Share

4. Kasih yang Terusir

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 10:04:39

Seolah diburu-buru, hari itu juga Kasih langsung diminta keluar oleh keluarga buliknya.

“Huh, menyusahkan!” keluh Arina yang kini menyeret koper besar berisi pakaian dan barang-barang Kasih. Ia lalu melemparkan koper besar itu ke arah Kasih. "Nih, barang-barangmu. Sekarang, cepat pergi dari sini!"

Kasih masih bersedih, terlebih, ia tidak menyangka jika keluarga buliknya nampak kompak untuk mengusirnya. "Jujurlah padaku, Rin. Bukankah kamu sendiri yang menjebakku?" ungkap Kasih dengan pandangan nanar.

Arina melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan sembarangan. Aku hanya ikut merayakan ulang tahunmu saja," jawabnya ketus dan tentunya tak mau disalahkan.

"Kamu jangan berbohong, Arina! Gara-gara kamu–"

"Diam kamu, Kasih! Dasar anak nggak tahu diri. Masih untung kamu itu nggak mencelakai Arina. Sekarang juga, kamu pergi dari sini sebelum para warga menyeretmu dengan paksa!" bentak Nilam dengan tatapan matanya yang melotot. Wanita itu tidak terima anak kesayangannya dihina keponakan yang ia benci.

Kasih menatap wajah sang bibi. "Apa Bulik lupa, kalau rumah ini rumahku?"

"Dasar anak nggak tahu malu!” decih Nilam sembari berkacak pinggang. “Kamu pikir, siapa yang merawat rumah peninggalan orang tuamu selama ini kalau bukan Bulik sama Paklikmu?! Dasar nggak tahu terima kasih!”

Suami Nilam, Broto ikut-ikutan bersuara. Pria berkumis tebal itu nampak manut saja dengan perkataan sang istri. “Benar itu. Sekarang, sebaiknya kamu pergi dari sini, sebelum para warga kembali marah. Nanti kamu diarak dan ditelanjangi baru tahu rasa!” ancamnya.

Gadis malang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalian kejam!” Kedua tangannya mengepal kuat, menahan emosinya yang sudah memuncak. “Tunggu saja, kalian pasti akan segera mendapatkan balasannya!”

Karena peristiwa itu, bukan hanya pengusiran yang Kasih dapatkan. Ia yang sejatinya murid penerima beasiswa lanjutan untuk berkuliah, kini gigit jari, sebab kini beasiswanya dicabut.

Kasih menatap marah pada keluarga Arina. Sungguh, ia akan ingat momen-momen direndahkan, juga diusir dari rumahnya sendiri ini.

Saat Kasih bersiap untuk menggeret kopernya, Arina berjalan mendekati gadis itu. Ia kemudian menarik saudara sepupunya dan menyeretnya keluar rumah dengan kasar. "Sayang sekali aku nggak dapet foto telanjangmu," bisik Arina di telinga Kasih.

Gadis cantik itu pun menoleh menatap Arina dengan tatapan terkejut. “K-kamu….” Ia kehilangan kata-kata.

Pikirannya langsung tertuju pada suara seorang wanita di malam itu. Kasih tidak menyangka, jika wanita yang memerintah tiga pria itu untuk melecehkannya adalah Arina.

"Kamu masih untung tiga cowok cupu itu gagal merkosa kamu," bisik Arina lagi sebelum mendorong tubuh Kasih dan melemparkan koper besar tersebut ke halaman depan rumah. "Bye bye, Kasih!"

Setelah itu, Arina menutup pintu hingga timbul suara berdebam. Kasih begitu terkejut dengan sebuah fakta yang ia dapati. Sayangnya, meski ia sudah tahu dalang di balik kejadian malam itu, ia tidak memiliki bukti nyata. Hanya berdasarkan omongan semata, tidak akan ada yang mempercayainya.

Akhirnya, memakai hoodie dan juga masker hitam untuk menutupi wajah, Kasih berjalan lunglai meninggalkan kampungnya.

Tak lama dari kepergiannya, sebuah mobil Alphard hitam terlihat memasuki kawasan perkampungan. Meski kampung tersebut terletak tidak jauh dari pusat kota, jarang sekali ada orang yang mengendarai mobil mewah ke sana.

Sontak, hal itu langsung menjadi heboh di kalangan warga. Pekikan beberapa orang terdengar nyaring, mana kala mobil tersebut berhenti di depan sebuah pos ronda.

“Permisi, apakah ada yang tahu rumah Kasih Rahayu?” Johan mambuka jendela di sisinya.

Dari celah itu, para warga memekik kegirangan saat mereka bisa melihat wajah tampan Xavier yang duduk di kursi belakang, memasang wajah garang.

“Mas kenapa mencari Kasih? Gadis itu baru saja membuat kampung ini heboh karena ketangkap basah berbuat mesum….”

“Tunjukkan saja rumahnya.” Suara tegas Xavier memotong penyebaran rumor tentang Kasih. Melihat wajah garang tersebut, seorang warga yang tadi menimpali pun lantas memberitahu letak rumah Kasih tanpa basa-basi.

Setelahnya, mobil yang membawa Xavier pun bergerak menuju rumah paling mewah di kampung itu.

Tepat saat mobil itu berhenti dan Xavier turun dari mobilnya, seorang wanita dengan seragam sekolah tiba-tiba keluar dari rumah. “Aku berangkat, Pak, Bu. Sudah telat ini!”

Xavier lantas meneliti dengan saksama penampilan gadis tersebut. Ia lalu menggeleng samar pada Johan, memberitahu jika wanita itu bukanlah yang sedang ia cari.

“Siapa kalian? Kenapa berdiri di depan rumahku?!” tanya gadis yang tak lain adalah Arina itu.

Tak mau kalah dengan pria di hadapannya yang menilai dirinya, Arina pun melakukan hal yang sama. Ia menilai dari penampilan Xavier, juga mobil yang dikenakan pria itu. Mata Arina langsung berbinar karena mengetahui jika pria di hadapannya bukanlah pria sembarangan.

"Katakan, apa benar ini rumah Kasih Rahayu?” ucap Xavier dengan tatapan tajam pada gadis remaja itu.

Binar di wajah Arina memudar seiring nama sepupunya keluar dari si tampan. “Ada perlu apa mencari Kasih? Dia sudah tidak tinggal di sini!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Billionaire Bodoh   145. Kebahagiaan yang Sempurna [TAMAT]

    Waktu berlalu begitu cepat, Aidan kini telah berusia lima tahun. Dan kehangatan keluarga kecil Xavier dan Kasih semakin terasa. Setelah Aidan genap berusia satu tahun, Kasih memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Usahanya yang gigih selama empat tahun terakhir kini membuahkan hasil. Hari ini adalah hari wisudanya, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu. Xavier dan Aidan datang ke acara wisuda Kasih dengan setelan rapi. Xavier mengenakan jas hitam elegan yang mempertegas wibawanya, sementara Aidan mengenakan kemeja putih kecil dengan rompi abu-abu yang membuatnya tampak seperti miniatur ayahnya. Rambutnya yang hitam ditata rapi oleh Xavier pagi tadi, meski bocah itu sempat memberontak karena tak mau diam. Namun, ada satu hal yang membuat Xavier sedikit geleng-geleng kepala—Aidan menolak digendong olehnya. "Ayah, aku bukan bayi lagi!" protes Aidan dengan nada malu-malu, sambil memalingkan wajahnya yang tampan dan menggemaskan. Xavier tersen

  • Menikahi Billionaire Bodoh   144. Kebahagiaan

    Malam berlalu dengan tenang, dan keesokan harinya, keluarga kecil itu menikmati waktu bersama di rumah. Xavier sengaja mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama dengan Kasih dan Aidan. Dan tentu saja Johan yang akan menghandel semuanya.Saat pagi menjelang, Xavier membantu Kasih memandikan Aidan yang tertawa gembira saat air hangat menyentuh kulitnya. Atas permintaan Kasih lah mereka merawat Aidan sendiri, tanpa adanya baby sitter. Karena menurut Kasih, dia ingin merawat Aidan dengan benar dan penuh kasih sayang agar ikatan batin di antara orang tua dan anak semakin kuat."Aidan selalu ceria, ya," kata Xavier sambil mengeringkan badan putranya dengan handuk lembut. Kali ini pria itu yang memutuskan untuk memandikan Aidan.Kasih tersenyum, memperhatikan suaminya yang begitu telaten dan penuh kelembutan. "Ya. Aidan memang selalu ceria," jawabnya lembut.Xavier menoleh, menatap istrinya dengan senyum kecil. "Kalau begitu, dia pasti punya sifat seperti itu dari Bundanya yang cantik

  • Menikahi Billionaire Bodoh   143. Tujuan Baru Xavier

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Aidan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Kasih sering menghabiskan waktu di rumah untuk merawat anaknya dan Xavier. Sementara Xavier, meski sibuk dengan urusan perusahaan, selalu menyempatkan waktu untuk pulang lebih awal. Hal ini tak lain karena ia ingin melakukan perannya sebagai seorang ayah dan juga suami dengan baik.Suatu sore, Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu menemukan Kasih dan Aidan di ruang tengah. Kasih sedang duduk di lantai dengan Aidan yang tertawa riang saat ia memainkan mainan berbentuk bola. Xavier berdiri di ambang pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan itu."Serunya! Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa ayah, ya?" katanya sambil berjalan mendekat. Senyumannya lebar telihat bahagia karena keluarganya aman dan baik-baik saja."Ayah sudah pulang!" Kasih menyambut kepulangan suaminya dengan senyum lebar. Aidan, meski belum sepenuhnya mengerti, segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah sang ayah.Xavier

  • Menikahi Billionaire Bodoh   142. Haris Terbukti Bersalah

    Malam itu, Xavier kembali ke rumahnya dan duduk di ruang kerja ayahnya yang kini menjadi miliknya. Di atas meja, ada sebuah foto lama keluarganya— ayahnya; William, serta ibunya; Melinda, dan Haris berdiri berdampingan dengan senyum lebar.Xavier menatap foto itu dengan campuran emosi. Di satu sisi, ia merasa lega karena telah mengungkap kebenaran. Di sisi lain, ia merasa kehilangan yang sangat besar. Tak dia sangka pamannya lah yang menjadi orang paling mencurigakan yang telah mencelakai kedua orang tuanya.Saat dirinya sedang bersedih, Kasih datang mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Xavier. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Xavier menghela napas. "Ayahku selalu percaya bahwa keluarga adalah segalanya. Tapi sekarang aku tahu, bahkan keluarga pun bisa menjadi ancaman yang nyata."Kasih menggenggam tangan suaminya, memberikan kekuatan. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, Xavi. Kamu melindungi harga diri keluargamu. Ayahmu pasti bangga padamu."Xavier tersenyum tipis. "Aku harap b

  • Menikahi Billionaire Bodoh   141. Orang di Balik Zero [Bagian 3]

    Xavier duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh dokumen-dokumen, rekaman suara, dan foto-foto yang membuktikan keterlibatan pamannya, Haris, dalam berbagai insiden tragis yang menimpa keluarganya. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam pada berkas yang baru saja diserahkan Johan, kepala tim investigasinya.Setelah sekian lama, akhirnya meski dengan paksaan dan mencari sampai ke titik yang sulit dijangkau, Xavier menemukan pelaku utama yang selama ini dia cari setelah mendapatkan petunjuk dari catatan lama milik ayahnya."Tuan Xavier, semua bukti ini sudah cukup untuk mengamankan Pak Haris. Dari kecelakaan kedua orang tua Anda hingga penculikan Tuan Muda Junior, semuanya mengarah padanya. Jeremy, yang sudah kita jebloskan ke penjara, akhirnya mengakui bahwa dia hanya menjalankan perintah dari ayahnya, alias ‘Zero,’" lapor Johan dengan tegas.Xavier mengangguk pelan, mencoba mengendalikan emosinya. "Kali ini aku tidak akan membiarkan dia lolos. Om Haris telah menghancurkan keluargaku.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   140. Orang di Balik Zero [Bagian 2]

    "Xavi, sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Kasih dengan lembut."Maaf, Sayang. Tapi aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku ingin kita bertiga aman," balas Xavier sembari memeluk sang istri. Lalu pria itu mencium lembut bibir Kasih."Kalau begitu tetaplah hati-hati, Xavi. Kamu juga jangan sampai kelelahan ...." ucap Kasih lagi. Wanita itu memang benar-benar perhatian pada suaminya.Xavier mengangguk. "Pastinya. Kamu juga istirahatlah. Maaf karena aku tidak bisa ikut menjaga Aidan malam ini," ucapnya."Aku mengerti, Xavi. Yang penting kamu jaga kesehatanmu dan semoga masalah ini segera berakhir," ucap Kasih penuh harap.Malam itu, Xavier memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan tanpa menunggu waktu lebih lama. Ia tahu bahwa kebenaran sudah ada di depan mata, tetapi harus digali lebih dalam untuk memastikan semua bukti tidak terbantahkan. Ia memanggil Johan dan Bagas ke ruang kerjanya di tengah malam."Johan, Bagas, kita harus memanfaatkan momen ini. Om Haris pasti tahu bahwa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status