Home / Romansa / Menikahi Mantan Kekasihku / #2 Apa yang sebenarnya terjadi?

Share

#2 Apa yang sebenarnya terjadi?

Author: La Bella Rose
last update Last Updated: 2024-04-16 16:57:24

"Edgar ..." lirihnya pelan. 

 

Edgar semakin terbelalak melihat banyak luka di wajah Zura --- mantan kekasihnya. 

 

Matanya bergerak melihat setiap luka yang menodai wajah cantiknya. Keningnya membiru, pipinya bengkak, sudut bibirnya mengeluarkan darah yang sudah kering.

 

"Apa yang terjadi, Zura?" Sakit, sakit sekali melihat wajah Zura seperti ini. 

 

"Edgar ..." Hanya suara lemah yang bisa Zura keluarkan hingga pandangannya perlahan gelap dan sebelum kehilangan kesadarannya, Zura berlirih. "Tolong aku ..." 

 

"Zura! Zura bangun!" Edgar terlihat sangat panik. Dia segera menggendong Zura dan membawanya ke Rumah Sakit.

 

Satu jam kemudian Zura sudah terbaring di Rumah Sakit. Wajahnya sudah diobati oleh Dokter dan disuntikan obat pereda nyeri. 

 

Edgar mengepalkan tangan melihat wajah Zura yang terluka. Apa yang terjadi dengan Zura, bukankah dia di UK bersama suaminya? 

 

"Si bedebah itu gagal menjagamu dengan baik, Zura!" kesal Edgar. 

 

"Tuan, saya sudah mendapatkan informasi," kata Anhar yang baru saja datang.  

 

"Informasi apa?" tanya Edgar. 

 

"Nona Zura sudah ada di sini selama satu minggu." 

 

"Apa?!" Edgar begitu terkejut. "Lalu di mana suaminya?" 

 

"Dalam catatan di bandara, Zura datang sendirian satu minggu yang lalu dan suaminya baru datang tadi pagi. Dia check in di salah satu hotel tapi kata resepsionist dia keluar sekitar dua jam yang lalu dan belum kembali." 

 

"Cari dia dan seret dia ke sini!" perintah Edgar yang dijawab anggukan dari Anhar. Anhar pun segera pergi. 

 

Edgar dengan lembut mengusap rambut yang menghalangi wajah Zura. 

 

"Kenapa kamu sampai seperti ini, Zura. Aku rela melepasmu agar kamu bahagia dan berharap suamimu menjagamu dengan baik. Tapi kenapa kamu malah terluka seperti ini. Aku benar-benar tidak akan memaafkan suamimu karena gagal menjagamu." 

 

Setengah jam berlalu, Zura masih belum bangun tapi Anhar sudah kembali datang membawa Charlos --- Suami Zura. 

 

"Zura ..." Mata Charlos terbelalak melihat Zura terbaring di Rumah Sakit. Dia segera menghampiri Zura tapi Edgar menghalangi langkahnya. 

 

"Jelaskan, apa yang terjadi pada Zura?"

 

"Edgar, sebelumnya terimakasih sudah membawa Zura ke Rumah Sakit. Kamu boleh pulang. Biar aku yang menjaga Zura." 

 

"Jawab pertanyaanku, apa yang terjadi? Dia seperti baru disiksa!" 

 

"Aku akan menghubungi polisi nanti," jawab Charlos.

 

"Nanti?" Edgar menaikkan sebelah alisnya. Sikap Charlos ini aneh, istrinya baru disiksa seseorang dan dia akan menghubungi polisi nanti. 

 

"Anhar, apa dia minta menghubungi polisi di jalan tadi?" tanyanya pada Sekretarisnya. 

 

"Tidak, Tuan." 

 

Mata Edgar kembali menatap Charlos dengan dingin. "Kenapa kamu tidak menghubungi polisi?"

 

"Edgar, aku terlalu panik, aku tidak ingat harus menghubungi polisi, aku terlalu mengkhawatirkan, Zura!" 

 

"Baiklah, aku akan tetap di sini sampai polisi datang!" 

 

"K-kamu sudah menghubunginya?" tanya Charlos terbata. 

 

"Tentu saja." 

 

"Kenapa kamu bertindak seenaknya! Zura itu istriku, kamu hanya mantannya Edgar! Tidak perlu repot-repot mengurusi kami!"

 

"Kamu terlihat panik. Ada apa? Apa yang menyiksa Zura adalah kamu? Suaminya sendiri!" 

 

Charlos sontak terbelalak dengan ucapan Edgar. "T-tentu saja tidak. Aku suaminya, aku tidak mungkin menyiksa, Zura! Lebih baik pulang, aku akan menunggu polisi sendirian sampai istriku sadar!" 

 

Edgar menarik ujung bibirnya tersenyum membuat Charlos kebingungan. Apa arti senyuman Edgar. 

 

"Menarik," seru Edgar lalu melangkah pergi. 

 

Baru saja Charlos bisa menghembuskan nafas lega. Edgar kembali bersuara ketika baru saja memegang knop pintu.

 

"Silahkan berduaan, aku akan menjaga kalian di luar." 

 

Charlos pun sontak berbalik dan benar, dibanding pergi, Edgar memilih duduk di depan ruangan. Kalau seperti ini, Charlos kebingungan, bagaimana caranya membawa Zura keluar dari Rumah Sakit ini. 

 

Edgar memperhatikan gerak-gerik Charlos dari luar ruangan, terlihat Charlos tengah mengelus kepala Zura dengan lembut. Membuat api cemburu di hati Edgar mendidih seketika. 

 

Dia memang sudah ikhlas dengan pilihan Zura menikah dengan Charlos. Tapi perasaan cemburu itu masih ada, Edgar menatap tajam dan dingin pada Charlos. 

 

Kemudian Edgar mengerutkan dahi, mengapa Charlos tiba-tiba menutup tirai ruangan membuat Edgar tidak bisa melihat mereka lagi. 

 

"Mungkin butuh privasi, Tuan." Anhar bersuara. 

 

"Sial!" Edgar mengepalkan tangannya geram. 

 

Charlos kembali mendekati ranjang istrinya. Dia memandangi wajah Zura dengan menahan amarah, terlihat dadanya naik turun serta tangan yang mengepal. 

 

"Aku benar-benar khawatir kamu menceritakan semuanya, Zura. Aku tidak mau mendekam di penjara sementara kamu hidup bahagia. Kamu lebih baik mati saja!" 

 

Charlos menarik bantal yang menjadi penyanggah kepala Zura. Dia perlahan mendekatkan bantal itu ke wajah Zura untuk membuatnya tidak bisa bernafas. Tapi tiba-tiba. 

 

"Aaaaa!"

 

Charlos terbelalak saat Zura bangun, dia berusaha sekuat tenaga untuk membekap seluruh wajah istrinya oleh bantal. Kaki dan tangan Zura tidak tinggal diam, dia berusaha mencakar lengan Charlos, kakinya menendang sia-sia. 

 

BRAKH

 

"ZURA!" Edgar terbelalak, dia segera berlari, menarik kerah belakang baju Charlos dan mendorongnya ke lantai. Terdengar suara batuk dari Zura yang akhirnya bisa bernafas dengan lega.

 

"Berani-beraninya kamu ingin membunuh, Zura!" geram Edgar. 

 

Sementara Anhar, dia pergi untuk memanggil security. 

 

Edgar menarik kerah baju Charlos dan memukul wajahnya berkali-kali. Charlos sempat berhasil satu kali memukul Edgar, hal itu membuat Edgar semakin murka.

 

Dia menganiaya Charlos tanpa ampun, hingga tidak perduli dengan perawat perempuan yang menonton mereka di dekat pintu masuk. 

 

"E-Edgar cukup," lirih Zura lemah. 

 

"Hei cepat! Mana polisi atau security!" teriak salah satu perawat dengan wajah panik karena melihat Edgar membabi buta dengan amarah diatas ubun-ubun. 

 

Hingga tak lama kemudian Anhar masuk membawa polisi juga Security. Anhar mencoba menenangkan Tuan-nya dan polisi itu kini tengah menenangkan Charlos. 

 

"Sudah cukup! Jangan saling menyerang lagi!" seru polisi tersebut. 

 

"Bedebah! Aku memberikan dia padamu untuk dijaga! Dan kamu malah ingin membunuhnya!" teriak Edgar yang amarahnya sudah memuncak. 

 

Para perawat dan beberapa Dokter juga ikut menonton. Tubuh Zura seakan menciut melihat keributan yang terjadi, tapi di sisi lain dia merasa tenang karena ada polisi. 

 

"Dia menyiksaku!" seru Zura membuat semua orang kini menoleh ke arahnya. 

 

"Zura ..." lirih Edgar pelan. 

 

"Dia ..." Zura menunjuk Charlos. "Dia sering memukulku!" 

 

Charlos terlihat sangat marah, menatap tajam Zura. "Dasar jalang!!" 

 

Ketika hendak mendekati Zura, yang didapatkan Charlos adalah pukulan di wajahnya dari Edgar. Polisi dan security segera mengamankan Charlos. 

 

Zura terlihat ketakutan dengan amarah Charlos, tapi dia senang akhirnya ada seseorang yang menyelamatkan dirinya. Dan itu Edgar, mantan kekasihnya. 

 

"Bawa saja dia!" titah Edgar.

 

Polisi pun mengangguk dan segera membawa Charlos pergi. 

 

"Bubar!" teriak Edgar pada mereka yang menjadikannya bahan tontonan. Mereka semua pun akhirnya pergi dan Anhar ikut keluar dari ruangan, membiarkan Tuan-nya bersama mantan kekasihnya. 

 

"Zura ..." Edgar mendekati Zura. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya begitu khawatir. Dia duduk di samping Zura, mengenggam tangan perempuan itu seolah-olah Zura masih miliknya. 

 

Pandangan Zura turun pada tangan yang digenggam Edgar. Setahun sudah berlalu, dia akhirnya merasakan kembali genggaman tangan pria ini.

 

"Kenapa diam? Apa masih sakit?" 

 

Zura mendongak. "Kenapa kamu bisa menyelamatkan aku?" 

 

"Aku sedang jalan-jalan dan melihat perempuan yang hampir tertabrak. Aku pikir itu bukan kamu. Aku berharap ini semua mimpi, Zura. Setelah kamu meninggalkan aku, kenapa kamu malah tersiksa seperti ini? Kenapa tidak bahagia agar hancurnya aku tidak sia-sia."

 

Zura diam, melihat wajah sedih pria itu. 

 

"Aku minta maaf, Edgar ..."

 

Edgar menggelengkan kepala. "Tidak, ini salahku karena mengizinkan kamu pergi. Seharusnya aku menyekapmu hari itu agar kamu tidak menikah dengan bajingan Charlos!" 

 

"Semua sudah terjadi. Terimakasih sudah membantuku, Edgar. Kamu menyelamatkan hidupku. Aku sudah mati seandainya kamu tidak ada." 

 

"Tidak akan aku biarkan lagi siapapun menyakitimu, Zura. Jika dia tidak bisa menjagamu, kembalilah kepadaku Zura. Akan aku letakkan hidupku di bawah kakimu!" Edgar menatapnya intens, seolah perkataannya barusan tidak main-main. 

 

Zura seketika menarik tangannya. "Apa yang kamu bicarakan, Edgar? Kamu sudah menikah." 

 

"Aku tidak perduli. Aku ingin kamu kembali padaku!" 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #23

    "Cari siapa, Nona?" tanya seorang pria pada Baila yang masih bergeming sebab yang keluar ternyata bukan Edgar atau pun Zura. "I-ini apartemen siapa ya?" tanya Baila. Informasi yang diberikan suruhannya semalam tidak salah, tapi kenapa bukan suaminya yang keluar, Baila heran. "Ini apartemen milikku." "Sayang, siapa?" Baila menoleh pada perempuan yang menghampiri mereka. Perempuan itu datang dengan kemeja putih pendek dan rambut berantakan yang basah seperti habis mandi. "Tidak tau, Nona ini aku juga tidak mengenalnya." "Siapa yang kamu cari?" tanya perempuan itu sinis sebab berpikir Baila adalah selingkuhan kekasihnya. "M-maaf, saya salah kamar. Permisi ..." Baila segera pergi dari sana membuat pasangan tersebut saling menoleh heran. *** Baila berjalan pelan di lorong dengan kebingungan, apakah suruhannya salah mengikuti Edgar. Ia mendengus kasar.

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #22

    Edgar tengah mengeringkan rambut Zura yang baru saja selesai mandi. Moment seperti ini sering dilakukan Edgar ketika masih berpacaran dengan Zura, ia sering membantu Zura mengeringkan rambut panjangnya. Apalagi hampir setiap hari Zura berada di mansion Maria, bercanda dengan Maria dan juga Elia. "Lain kali, jangan mandi terlalu malam, Zura." "Aku ketiduran tadi," sahut gadis itu. "Kamu engga mau ke luar lagi? Engga mau jalan-jalan?" "Mau, sih. Tapi ...""Aku akan mengajakmu jalan-jalan besok sore. Gimana?" "Kerjaan kamu bakalan selesai sore, bukannya baru selesai malam hari." "Tidak ada yang mengaturku, Zura. Aku pemilik perusahaan, kapanpun aku bisa pulang." Zura hanya tersenyum mendengar jawaban Edgar. "Gimana kabar Mama dan Elia?" tanya Zura tiba-tiba. "Mereka baik, si calon Dokter itu juga rajin belajar." Zura tersenyum getir. "Mereka pasti sangat membenciku ya, Edgar."

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #21

    Hubungan mereka saat di UK dulu tidak terlalu baik juga tidak terlalu buruk. Jika bertemu mereka saling tidak perduli satu sama lain, tapi bagi Zura, sikap mereka lebih baik dibanding Charlos. Calvin dan Theo merasa bosan, ia menghabiskan waktu di klab sampai malam hari, Calvin mabuk parah dan main wanita sementara Theo hanya menikmati musik dan minum sedikit. Beberapa wanita klab berusaha menggoda Theo, tapi Theo tidak merasa tertarik sama sekali. Ketika ia mulai merasa bosan, ia mencoba mengajak Calvin pulang. Tapi sayangnya karena dia mabuk parah, Calvin tidak bisa diajak berbicara, malah meracau tidak jelas sambil memeluk wanita penghibur. "Tinggalkan saja dia, aku tidak keberatan," ucap si wanita penghibur itu. Theo berdecak. "Pesankan kamar untuknya, aku yang membayarnya besok." "Oke," sahut si wanita penghibur itu dengan tersenyum. Sementara Baila, dia menunggu kepulangan suaminya di

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #20

    Edgar kembali membalikkan badan dengan wajah datarnya. "Dimana, Zura? Dia kembali lagi ke sini, kan? Kamu bertemu lagi dengannya. Iya kan, Edgar?" "Tanya pada matamu sendiri, jika kamu tidak pernah melihatnya, dia tidak ada di sini," jawab Edgar santai. Anhar sedari tadi hanya mematung di belakang Edgar. "Aku tau kamu menyembunyikannya!" desis Baila. "Kamu harus ingat Edgar, Ibumu tidak akan pernah setuju kamu kembali kepada wanita itu!""Dia Ibuku, bukan urusanmu!" tukas Edgar. Edgar sudah tidak mau mendengar apa-apa lagi, ia melangkahkan kakinya dengan cepat diikuti Anhar. Mengabaikan teriakan Baila di telinganya. Baila berteriak frustasi, dalam hatinya ia ingin sekali menjambak rambut Zura, melampiaskan kebenciannya terhadap gadis itu. ***Seorang pria berdiri depan istana buckingham. Rambutnya yang kecoklatan tertiup angin, ia memakai mantel tebal coklat dengan syal hitan di lehernya. Musim dingin lebi

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #19

    Ponselnya Charlos yang berada di kamarnya di UK terus berdering. Nomor itu hanya Baila yang tahu dan ketika Charlos kembali ke Indonesia, dia lupa tidak memberitahu Baila, juga tidak membawa ponsel tersebut. "Firasatku benar-benar tidak enak, aku merasa Edgar bertemu kembali dengan Zura ... tapi kenapa Charlos tidak mengangkat telponku." Ia bermonolog sendirian, menghela nafas kasar, frustasi dan ketakutan, apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Edgar tadi pagi mengatakan kepada Maria jika Maria tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Apa aku harus pergi ke UK saja? Tapi aku juga tidak tau dimana alamat rumahnya ... aaarrggh!" dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Baila juga tidak mengenal orang tua Charlos. Hari itu ia hanya bekerjasama dengan Charlos untuk memisahkan Edgar dan membawa Zura jauh dari pria itu. Baila keluar dari kamar, ia meminta kunci mobil pada supir yang selalu mengantarnya kemanapun ia pergi. "Tapi Nyonya, Tuan

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #18

    "Aku tidak berbicara denganmu!" hardik Edgar menunjuk wajah Baila. Baila terus menatap Edgar, ia mengkhawatirkan sesuatu, bagaimana jika Zura ternyata ada di sini, bertemu dengan Edgar kembali dan menjadi alasan pria itu jarang pulang ke mansion. "Edgar, apapun alasannya, Mama sudah tidak menyukai Zura lagi!" "Ma ---" "Lupakan dia, Edgar!" bentak Maria membuat Edgar terdiam seketika. "Sekalipun dia merengek ingin kembali kepadamu, Mama tidak akan pernah setuju sampai kapanpun!!" Edgar mendelik pada Baila dan akhirnya memilih pergi karena tidak mau bertengkar lebih lama dengan Ibunya. "Edgar! Edgar!" teriak Maria. Tapi langkah Edgar sedikit pun tidak berhenti. "Maa ..." Baila merengek pada Maria dengan memeluk lengan mertuanya itu, seakan ia tengah menjadi istri yang menyedihkan karena tidak dicintai oleh suaminya sendiri.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status