Share

Empat

Author: Mafuchia
last update Last Updated: 2024-02-13 02:12:11

Cukup berdiri di dekatku, maka aku tidak membutuhkan apapun di dunia ini selain dirimu

-Keona Dee-

---

"Lalu, apa yang terjadi?" Tanya Keona sesaat setelah berhasil masuk dan memastikan Bready terjaga. Mata tajam Keona menatap Bready bagai mangsa lemah, namun bagi pria pesakitan ini Keona terlihat lucu dan menggemaskan dengan mata bulat besar. Pipi Bready tertarik tanpa sadar. "Aku tidak meminta senyummu, aku ingin penjelasan mu!"

"Hey, jangan terlalu pemarah. Lihat, aku baik saja." Bready mencoba duduk dan mencari pegangan. "Oh sial, Yona! Kau memukul tepat di luka ku!"

Senyum sinis terbit bersamaan dengan lengan terlipat bersedekap dada. "Umpatanmu membuktikan kondisimu!" Keona berjalan angkuh menuju sofa, membiarkan Bready dengan segala kesulitannya.

"Yona, kemari!" Perintah Bready. Ia tidak berhasil duduk, hanya bagian kepalanya yang sedikit berpindah.

Dengan pasti Keona menggeleng kuat, "katakan padaku!"

"Maka kemarilah, agar kau dapat mendengarkan lebih jelas."

Keona kembali menggeleng. "Aku tidak akan luluh karena perbanmu!"

Dengan kesal Bready berusaha keras menanggalkan sebentar rasa sakit di sekujur tubuhnya, untuk memberikan pelajaran pada gadis sombong yang sedang duduk di sofa. Bready mencoba untuk duduk kembali, jika memungkinkan menuruni brankar adalah misi keduanya.

"Shit! Triple shit!" bukan dari bibir Bready, namun Keona. Sama kesalnya, Keona berjalan menuju arah brangkar. Ingin melayangkan pukulan pada kepala jika saja Bready tidak memeluk dan menenggelamkan kepala di perut Keona. "Kau selalu tahu kelemahan ku." Nada bicara tidak rela menusuk pendengaran Bready bersamaan dengan belaian halus di helaian rambut hitamnya.

"Dan kau tidak akan tega menghukum ku," ujar Bready tenang.

"Tidak untuk sekarang, padamu. Aku akan menghancurkan mereka yang tidak menjagamu."

Bready meluruhkan pelukan mereka, Keona menemukan tautan alis tebal hampir menyatu di sana. "Mereka?"

"Para bodyguard sialanmu!" Senyum culas terlihat, pandangan mata Keona menajam seakan menyimpan dendam berpuluh tahun.

Kekehan terdengar. "Hey, berhenti menjadi gadis menyeramkan. Jika wartawan tahu, wajah cantikmu akan memenuhi stasiun televisi, berita acara, dan semua majalah." Bready menarik untaian rambut yang mengganggu pandangan Keona dan menyelipkan ke belakang telinga. "Ah, aku tidak akan tahan melihatnya. Pasti akan sangat merindukanmu." Khayal Bready.

Keona melipat kedua tangan di dada. "Tidak masalah Daddy ku orang yang kaya, jadi aku kapan saja dapat pergi tanpa penyesalan dari dunia hiburan," ucapnya pongah.

Bready meletakkan dua jari, telunjuk dan jempol di bagian dagu meneliti Keona dan mengangguk serius. "Ya, dan kau dapat mengurungku sebagai penjaminmu seumur hidup untuk hidup mewah," sindirnya.

"Bre! Kau tidak akan bangkrut hanya dengan menampungku hingga tua rentah!" Teriak Keona tak percaya.

Beberapa detik saat mendengar suara tinggi Keona, Bready ingin sekali tertawa tetapi setelah mendengar dua kata terakhir membuatnya terdiam.

"Aw! Itu sangat sakit!" Teriak Keona lagi, dengan cepat ia meraih ponsel pria tersebut dari atas meja. Mendapati bekas merah di hidungnya.

"Hukuman untuk gadis nakal sepertimu, jangan pernah mengatakan kau akan menua dihadapanku. Karena tidak akan terjadi, aku mengusahakannya."

"Kau merusak aset ku!" Ucap Keona sinis. Lalu duduk di atas brangkar milik Bready. "Bre, itu tidak mungkin, manusia selalu ditakdirkan untuk menua. Dasar aneh!"

Mata hitam Bready menerawang jauh, membayangkan Keona menua. Tidak pernah terbersit sedikitpun. "Ya, aku tahu. Tapi aku akan mengusahakan kau tidak menua dengan uangku, maka kau harus percaya dengan pria tampan dan kaya raya ini. Dan kau pasti tahu jika hanya aku yang dapat menjagamu selain daddy dan Le,-" Bready tersadar segera mengatup bibirnya rapat. Melihat Keona, jika terlihat perubahan di wajahnya maka ia tidak termaafkan. Namun yang terlihat Keona tersenyum. "Bagaimana mungkin kau begitu menggemaskan, hmm?" Bready tersenyum dan membelai rambut ikal Keona mengalihkan pembicaraan yang baru saja terjadi.

"Aku memang menggemaskan sejak di dalam perut Mommy," ucap Keona menaikkan kedua alis serta mencebik menatap Bready.

"Kau juaranya," balas Bready seraya membelai puncak kepala Keona.

Tangan Bready terulur menekan bel merah yang berada di atas nakas saat menatap Keona menguap. Tak berselang lama dua orang wanita berseragam putih serupa masuk ke ruangan.

"Bantu aku untuk bergeser ke arah kiri!" Perintah Bready tanpa basa-basi. Sangat sulit berinteraksi dalam satu ruangan bersama orang asing.

Bantu yang Bready maksud terdengar seperti perintah, dua orang perawat saling bertatapan mendengar suara berat dan tegas Bready. Mereka tahu jika pria ini pemilik perusahaan besar dan anak dari pengusaha terkaya di negara mereka, tentu saja memiliki sikapnya otoriter dan ingin mengintimidasi orang lain.

"Hmm."

Peringatan Bready membuat mereka tersadar dan segera membantu menggeser tubuh seksi Bready ke arah kiri, entah apa tujuannya. Setelah selesai pun tidak terdengar ucapan terima kasih, namun tiga kata yang cukup membuat siapapun yang mendengar akan merasa sangat kesal.

"Kalian boleh pergi!"

Keona hanya memandang pertunjukkan yang diperankan Bready tanpa minat, sikap arogannya tidak pernah berubah. Tapi Keona begitu mencintainya.

"Terimakasih," ucap Keona saat dua perawat beranjak pergi. Mereka tersenyum dan merunduk membalas ucapan Keona.

"Yona kemari." Bready menepuk sisi brangkar yang kosong.

"Jika hanya menggeser tubuhmu aku dapat melakukannya," balas Keona malas.

"Kemarilah kumohon," pinta Bready. Hanya dengan Keona ia mampu meminta tidak untuk memaksa, gadis cantik yang begitu menjadi kelemahannya.

Keona beranjak naik, mencari posisi ternyaman untuknya. Dan sekarang menemukan dada bidang Bready sebagai penumpu, ia tidak ingin tahu jika area tersebut turut mengalami cidera. Bready pun hanya diam membiarkan Keona bertindak semaunya. Tak memerlukan waktu lama untuk Keona memejamkan mata menuju alam mimpi. Dari yang terlihat, si Dewi Yunani begitu kelelahan, baru beberapa menit dengkuran halus terdengar.

"Selamat tidur Tuan Putri, kau harus bersamaku. Dan aku harus bersamamu sebelum kau menemukannya." Bready mengusap perlahan puncak kepala berambut cokelat di tubuhnya. Mengecup dan menghirup harum beberapa wangi bunga di sana. Menjadi ciri khas Keona yang tidak dapat terlupakan.

Ketukan terdengar, seorang wanita dengan blouse putih berpadu rok berbahan levis selutut dan di percantik jas putih yang menandakan profesinya. Ia masuk dengan senyuman khas menyapa.

Satu kata yang terpikir di dalam kepala Bready.

'Indah'.

"Saatnya pemeriksaan Mr. Bready," ucapnya.

"Bisa jadwalkan pemeriksaannya tiga jam lagi?" tanya Bready mengalihkan fokus wanita bermata abu yang sedang menatap Keona. "Aku kedatangan Putri tidur hari ini."

"Tidak masalah, hanya pengecekan sedikit dan itu tidak akan mengganggu Putri tidurmu." ia berjalan menuju cairan berselang yang terpasang di lengan Bready.

Memilih diam untuk menghilangkan rasa gugup, ternyata pasiennya lebih menawan saat membuka mata. Bulu mata lentik, menyimpan bola mata yang terlihat begitu menyeramkan sekaligus menawan.

"Anaira Stune."

Wanita itu sedikit terkejut namun dengan cepat dapat kembali menguasai diri. Bready menyentuh name tag miliknya, tidak masalah. Namun yang menjadi masalah besar adalah posisi benda persegi panjang tersebut tepat berada di dada bagian kiri. Membuat pipinya memanas dan ingin segera mempercepat pemeriksaan.

Bready merasakan gelagat dari wanita yang baru di ketahui namanya, dan pipi bersemu itu membuat Bready tersenyum bersamaan rasa ingin menyentuh merasakan bagaimana halus serta lembutnya. Cukup singkat untuk mengatakan Bready terpesona.

"Selesai."

Bready terkekeh, membuat Anaira semakin merunduk dalam dan penuh tanya.

'Apa yang lucu?' Ucap Anaira dalam hati.

"Kau gugup? Suaramu bergetar. Aku yakin kau sangat profesional dan memiliki sikap yang sangat tenang." Bready jujur, namun ternyata kejujurannya salah.

Anaira tetap merunduk dan segera melangkah, ia sama sekali tidak membalas ucapan Bready.

"Dokter Anaira?"

'Sial', umpat Anaira dalam hati. Kali ini ke profesionalnya sedang di uji. Dengan tenang dan tersenyum Anaira mengangkat kepala. "Ada yang bisa saya bantu, Mr. Daguen?"

Panggilan dari Anaira membuat Bready tidak suka. "Aku hanya ingin kau yang merawatku selama aku berada di sini."

Terdengar seperti perintah, bukan permintaan. Tentu saja Anaira menyesal telah menggantikan Marco untuk memeriksa Bready. Anaira mencoba tersenyum dan kembali merunduk.

Bready tersenyum, bahkan sangat lebar. Hingga dirinya ragu untuk memikirkan apakah ia pernah tersenyum selebar sekarang selama dua puluh sembilan tahun hidupnya?

'Apa aku harus mengklaim dirimu sebagai milikku setelah Keona Dee, Anaira Stune?' tanya Bready pada dirinya sendiri.

Jawabannya, 'ya'. Anaira telah masuk ke daftar seorang Bready Alan Daguen.

Sedangkan Anaira, wanita itu masih berdiri di balik dinding ruangan Bready. Mengatur degup jantung yang seketika naik tak terkira.

'Bagaimana mungkin pria tampan dan sempurna seperti Bready menjadi sangat brengsek bersamaan dengan seorang gadis di dalam dekapannya?' tanya Anaira dalam hati. "Sialan kau Bready!" umpatnya, tanpa sadar memukul bagian dada.

Jake mengernyit melihat primadona rumah sakit memiliki gelagat tidak biasa. "Apa yang terjadi?" tanya Jake setelah mendongak melihat ruangan Bready yang baru saja di masuki wanitanya.

Anaira terlonjak. "Tidak," aku akan segera memeriksa pasien selanjutnya.

Anaira berjalan menuju ruangan bernomor tiga, masih diikuti oleh Jake yang mengamati Anaira dari belakang. Saat akan masuk lengannya tersentak.

"Tidak perlu, aku akan memeriksanya." Jake menarik lengan Anaira, dan dahinya berkerut. "Aku akan memperingatkan mu, dia lebih berbahaya dari seseorang yang baru saja membuatmu linglung."

"Terima kasih Jake." Anaira memeluk pria tampan itu sejenak, ia tersenyum dan melangkah pergi.

Jake Jhonson pria tampan pemilik rumah sakit besar tempatnya bekerja. Pintar namun licik, baik namun culas, pemain wanita. Tetapi tidak dengan Anaira, karena mereka telah berikrar sebagai kakak dan seorang adik setelah insiden yang pernah terjadi di antara mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Model Terkenal   Dua puluh tiga

    Keona menatap wajah Alvin yang tampak tenang dalam tidurnya. Seperti dirinya, pria itu terlihat kehilangan beberapa kilogram berat badan dari terakhir mereka bertemu. Wajahnya pucat, lingkaran hitam menggelayuti mata, dan bekas lebam berbentuk jari hasil dari kekerasan Bready masih nyata terlihat. Air mata kembali menggenang di pelupuk Keona. Ia duduk perlahan, mendekat untuk mengamati wajah Alvin lebih jelas, seolah ingin mempelajari jejak penderitaan yang tertinggal di sana. “Sorry for causing a commotion,” bisiknya pelan. Entah mengapa, ia yakin Alvin dapat mendengar suaranya meski tengah tertidur. “You can hear me, right?” Ia menekan tombol untuk menurunkan pembatas ranjang, lalu melipat kedua tangan dan menyandarkan kepala di atas tempat tidur Alvin. “I’m sorry for putting you in this situation. I never expected something bad would happen that night. I felt two conflicting emotions at once, happy because someone saved me, but also sad, because someone got hu

  • Menikahi Model Terkenal   Dua puluh dua

    Keringat mengucur deras bersamaan dengan napas yang memburu, rambut cokelat bergerak seirama dengan tubuhnya yang semakin bergerak cepat. Air conditioner yang menyala tidak dapat membendung keringat yang keluar dari pori-pori. Detak jantung yang semakin memburu tidak menyurutkan keinginannya untuk berhenti. Terik matahari yang terlihat dari dinding kaca menjadi salah satu faktor keringat tak kian terbendung. Ia terus mencoba hingga tubuhnya berada di ambang batas kesanggupan, dua jam berlalu namun tubuh ini masih dapat bertahan. Penyiksaan harus dilakukan dengan maksimal hingga rasa bersalahnya menguap tak tersisa. Pandangan dari mata hijau itu sekarang terasa berbeda, matahari yang terlihat terik serta langit yang biru perlahan terlihat bagai gambar usang berwarna hitam dan putih. Semua perlahan terlihat sedikit menggelap dan warna cerah berubah menjadi beberapa warna aneh yang membuat tubuhnhya tidak nyaman. Seorang pria yang baru saja keluar dari sebuah pin

  • Menikahi Model Terkenal   Dua Puluh Satu

    Keona menarik paksa lengan Noah yang berlapiskan kemeja putih, matanya masih menangkap Bready berdiri tegak bersama para pengawal di belakangnya. Ohhh sungguh, Keona muak melihat Bready mulai beberapa waktu lalu dan mungkin hingga seumur hidupnya. Langkah kecilnya bergegas menuju mobil hitam milik Noah yang terparkir. Di sampingnya Noah hanya melangkah pasrah mengikuti langkah Keona, dirinya tidak tahu apa rencana yang akan dibuat oleh Keona. Ia hanya berharap semoga wanita dengan mata sembab ini tidak membuat masalah yang akan membangkitkan iblis di dalam diri Bready. Kali ini, Noah pasti akan turut menanggung akibatnya. Dentuman suara pintu mobil terdengar keras, Keona melihat Noah memejamkan mata dengan kedua tangan berada di pinggang. Bready masih menatap tajam ke arah mereka seakan ingin menghancurkan mobil tersebut melalui tatapan matanya. Pintu mobil kembali terbuka karena Noah masih berdiri di luar sana. "Bergegaslah sialan!" Teriakan Keona dan dentuman pintu untuk

  • Menikahi Model Terkenal   Dua puluh

    Hembusan napas terdengar, Jake memperhatikan layar monitor lima parameter yang menampilkan Heart Rate, Blood Pressure, Oxygen Saturation, Respiratory Rate, dan garis EKG. Sejak meninggalkan apartemen Alvin, Jake merasa gelisah. Ia kembali ke rumah sakit namun dengan pikiran dan kemungkinan yang memenuhi kepalanya. Jake sempat menghubungi Justine, musuh sekaligus sahabat dari Alvin Maldiery, dirinya menceritakan detail kejadian pria itu akan berhadapan dengan seorang Bready. Justine mengatakan tidak perlu khawatir dan akan meminta orang-orang miliknya untuk mengawasi. Bahkan sebelum kedatangan Bready, Justine telah mempersiapkan ambulance di halaman apartemen lengkap dengan peralatan, dokter serta perawat di dalamnya. Tepat setelah Bready meninggalkan apartemen dengan para pengawal serta wanita cantik yang terlihat meronta, pesuruh Justine segera melihat keadaan Alvin. Pria tersebut hampir kehilangan nyawa jika tidak segera tertolong, detak jantungnya melemah,

  • Menikahi Model Terkenal   Sembilan belas

    Alvin menatap Keona yang masih saja tidak sadarkan diri. Setelah Jake memeriksakan keadaannya dan memberikan beberapa salep untuk memar di tubuh Keona, wanita ini masih tetap tertidur. Tiga jam berlalu, ia pikir Bready Alan Daguen akan segera mendatanginya. Namun ternyata tidak, Lucifer itu masih tidak menghampirinya. Ia kembali memperhatikan Keona, segala perhiasan gaun serta sepatu wanita ini telah Alvin lenyapkan. Sejak dirinya kembali ke apartemen, Alvin meminta mata-matanya untuk memusnahkan semua barang milik Keona tanpa terkecuali. Untuk menghindari GPS yang melekat di sana. Ucapan Jake kembali terngiang, apakah mungkin Bready memasang GPS di tubuh Keona tanpa wanita itu sadari? Jika ya, maka Bready adalah manusia yang sangat gila. Jake telah meninggalkan apartemen bersama dengan seorang perawat yang tadi datang bersamanya. Pria itu mengatakan tidak ingin ikut ke neraka bersama Alvin malam ini. Sungguh teman yang tidak setia, seharusnya Jake membantu bagaimanapun keadaannya.

  • Menikahi Model Terkenal   Delapan belas

    Rahang mengeras, napas yang memburu mengisi setiap langkahnya saat menuruni tangga. Ia melihat dengan mata kepala, wanitanya di siksa dan di lecehkan oleh seorang pria. Dengan keras ia menghantam kepala pria yang sedang menatap Keona dengan bergairah. Pria itu terjatuh ke arah tangga, akibat kepalan tangan yang baru saja ia berikan. Ia kembali memburu pria yang kini terlihat sedang berusaha untuk berdiri. Ya, pria blonde ini harus mati karena telah menyakiti miliknya. Dengan cepat ia kembali menyerang Ferdio dengan pukulan bertubi-tubi. "Kau harus mati, sialan!" ucapnya. Ia kembali menyerang wajah Ferdio yang berusaha dilindungi pria itu dengan kedua tangannya. "What are you doing, hentikan bajingan! Kita bisa menikmatinya bersama!" Teriak Ferdio, ia berusaha mendorong pria dengan setelan jas hitam di tubuhnya. Pria ini sangat kuat hingga ia kembali terjatuh merasakan dinginnya lantai penghubung. Mendengar ucapan dari Ferdio, ia semakin berang pan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status