Share

Enam

"Ya Tuhan, Yona. Kau sangat cantik!" Teriak Michae antusias.

Keona terlonjak, sedangkan Erick ingin mengumpat karena terjatuh dari sofa mendengar suara nyaring wanita yang baru saja teriak. Suara Michae tiada tanding, ia terkikik setelah melihat Erick berada di lantai.

"Kau yang selalu membuatku terlihat cantik." Keona tersenyum melalui cermin, saat mendekat ada sedikit hal yang membuatnya merasa asing dengan wajahnya. Michae hanya tersipu. "Apa kau sengaja menciptakan ini?" Michae mengangguk.

"Ku pikir cukup cantik untukmu." Michae memperhatikan bintik yang menghiasi wajah Keona.

Keona setuju. "Terimakasih Michae."

Michae mengangguk girang menatap Keona menjauh membawa sebuah dress pantai berwarna biru dengan bercak putih, pink, dan hijau yang cukup banyak.

"Erick, apa kau bisa membantuku?"

Erick segera meletakkan ponselnya dan memburu menuju ruang ganti. "Apa aku perlu masuk?"

"Ya."

"KEONA!" Teriak Erick.

Bagaimana tidak, Keona memanggilnya hanya untuk menyingkirkan helaian rambut di bagian wajah. Padahal Keona dapat melakukannya sendiri. Gadis yang sangat berbakat untuk membuatnya murka, namun wajah Keona selalu membuatnya lunak.

"Aku mencintaimu." Keona mencuri sesuatu di wajah Erick dengan bibirnya lalu berlari.

Benar-benar Keona.

---

"Keona Dee," ucap seorang pria dengan wajah mendamba dan percikan gairah yang sungguh luar biasa.

"Begitu menjijikkan." Balas seorang pria di sampingnya memutar bola mata.

"Sepertinya dia akan menghiasi tempat tidurku malam ini." Percaya dirinya berlipat ganda bersamaan dengan langkah yang semakin mendekat ke pintu berwarna biru.

"Jangan terlalu percaya diri."

"Justine Heward ekspresimu melukai harga diriku," komentar pria Rusia bernama Ferdio.

Itu yang diinginkan Justine, ia berharap partner kerja Ferdio tidak termakan oleh pesona pria yang baru saja semalam menginjakkan kaki di negaranya. Harapan Justine semakin nyata saat pintu terbuka, ia yakin akan menang walaupun tak ada taruhan yang terucap dari mulut mereka berdua.

Gadis angkuh berwajah malaikat, segala yang melekat pada dirinya terlihat berkelas dan tinggi. Justine beberapa kali bertemu dengannya saat party perusahaan, gadis milik Bready Alan Daguen. Semua orang pasti mengingatnya pemilik wajah berkelas namun membenci party, cukup lucu dan sangat melekat diingatan. Justine sangat ingat dengan wajah masam yang selalu Keona perlihatkan.

"Wah, cukup berat." Justine menyatukan kedua telapak tangan dengan gerakan maju mundur.

Dua orang wanita mendekat, namun tetap satu gadis dengan dress pantai keluar sebagai pemenangnya. Begitu menawan dan membuat pria manapun bereaksi.

"Long time no see Justine Heward." Mhilea mengecup pipi pria yang dapat dikategorikan tampan dan kaya. "She's Keona Dee."

Keona menelisik penampilan pria itu, ratusan dollar melekat di tubuhnya sungguh luar biasa. Rapi, bergaris wajah keras namun mempesona mata hazelnya serta tatapan sopan tanpa menelanjangi membuat Keona merasa aman.

"Cukup lama hingga aku dapat bertemu secara langsung denganmu melalui Mhilea. Justine Heward." Justine sedikit merunduk dengan senyum menawan.

Keona merasa pria dihadapannya tulus sehingga mudah baginya memberikan hadiah senyum menawan.

"Dan ini Ferdio Thompson."

Berbalik, Keona merasa Ferdio menatapnya bagai tanpa busana. Begitu liar dan terpampang jelas apa yang sedang dipikirkannya. Sangat tidak nyaman.

"Mhilea, bisa kita mulai sekarang? Aku memiliki jadwal lain." Keona melihat uluran tangan Ferdio namun tidak ingin membalas. Ia segera pergi.

"Sure, kuharap kalian dapat lebih cepat lagi mempersiapkannya!" Teriak si pemilik pada crew di ruangan. "Kau tahu, Keona sedikit memiliki kepribadian yang buruk," bisik Mhilea pada Ferdio.

Ferdio tersenyum tipis seraya mengangkat kedua alis. Ia menarik telapak tangan yang mengudara tanpa sambutan. Keona sangat melukai harga dirinya.

"Kau akan takluk padaku, apapun caranya!" Ucap Ferdio menatap punggung mulus Keona yang menjauh.

"Jangan terlalu memaksa," ucap Justine dengan kibasan tangan.

Pemotretan dimulai. Berbagai macam pose diperagakan Keona membuat fotographer dan Mhilea tersenyum puas melihat hasil yang di dapatkan. Mereka mengakui bahwa gadis bermata hijau di hadapan mereka benar-benar sangat profesional serta berbakat.

"Kau menatapnya seperti ingin memangsanya," bisik Justine pada Ferdio, namun pandangannya mengarah pada Keona.

Siapapun pria yang menatap Keona dengan dress pantai yang ia kenakan pasti akan menahan milik mereka. Dengan dress pantai mini yang didominasi warna biru dengan bercak pink dan putih serta hijau, dress tanpa lengan dengan belahan rendah dibagian dada. Hanya terdapat dua tali yang terikat di bagian belakang leher membuat punggung mulusnya terekspos dengan sempurna.

"Bukan hanya ingin memakannya, bahkan aku ingin membawanya ke kamarku dan membuatnya menjerit," jawab Ferdio dengan menggebu membuat Justine terkekeh.

"Kau tidak akan mudah mendapatkannya, atau mungkin kau akan ditolak olehnya." Justine menatap Ferdio dan kembali merendahkan.

"Are you sure? Kau merendahkan seorang Ferdio? Kau akan lihat dia berada di tempatku besok pagi, lihat saja saat aku menyentuhnya."

Justine tertawa renyah mendengar ucapan Ferdio yang menurutnya terlalu percaya diri, "aku akan menunggunya Babe."

"Mr. Ferdio. Silahkan masuk," ujar fotographer menghentikan percakapan mereka yang berisi ketegangan tentang harga diri.

"See!" Ferdio menatap Justine dengan smirk. Justine hanya mengangkat kedua tangan.

Pemotretan sesi kedua di mulai.

Ferdio berdiri di belakang Keona, matanya menatap liar pada punggung mulus milik Keona. Ia telah melihat foto Keona di majalah ratusan kali, namun saat bertemu secara langsung. Keona sungguh luar biasa membuatnya bergairah. Ferdio ingin mendapatkannya.

"Kau sangat menggairahkan," ujar Ferdio disela-sela pose mereka.

"Terimakasih atas pujian atau hinaan yang kau berikan." Keona menatap tajam ke arah pria Rusia yang melihat tubuh bagian atasnya.

"Aku ingin kau menemaniku malam ini hingga pagi," bisik Ferdio. Tubuh Keona sungguh membuatnya menggila.

Keona menegang, ingin sekali ia menampar pria sialan yang berada disampingnya bukan karena ucapan Ferdio. Akan tetapi tangannya yang begitu berani meremas bokong penuh Keona. Ia sungguh menahan atas dasar profesional kerja. Keona mengacungkan lengan membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Mereka baru lima kali berganti pose namun Keona seakan ingin menggila di buatnya.

"Aku sangat haus boleh aku minum sebentar?" Pinta Keona menatap Mhilea untuk meminta izin, tentu disetujui.

Keona duduk seraya menahan amarah yang membara. Matanya menatap nyalang Ferdio yang terlihat santai berbicara bersama Justine. Saat memperhatikan pria sialan itu, siluet Erick muncul dengan sebotol air mineral dan senyuman.

"Hanya sebentar, aku tahu perasaanmu."

Erick memeluk Keona dan mengecup pucuk kepala gadis itu, hal yang selalu dilakukan Bready jika Keona dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Erick melihat dengan matanya jika Ferdio meremas bokong Keona, ia masih menimbang apakah mengatakan kepada Bready adalah pilihan yang tepat?

***

Justine memperhatikan punggung cantik seorang Dewi baru saja masuk ke dalam pintu berwarna merah dengan seorang pria yang ia yakini adalah asistennya.

"Dimana dia?" Tanya Ferdio telah berganti pakaian menjadi kemeja putih dan Jeans biru tua. Justine hanya menunjuk pintu berwarna merah tanpa mengucapkan apapun. Si gadis datang tanpa berganti pakaian, Ferdio mendekat ke arahnya.

"Bagaimana dengan tawaranku?" Tanya Ferdio masih dengan fokus yang sama tentu saja bukan wajah Keona.

Erick yang mengetahui arah pandang pria tampan tersebut sigap membuka syal dan menyampirkan di leher jenjang Keona untuk menutupi belahan dress. Telah ia katakan sebelumnya namun Keona membatu untuk tetap mengenakkan dress pemberian Mhilea.

Keona melayangkan telapak tangan ke wajah pria sialan dihadapannya dengan keras sebanyak dua kali. Justine meringis menatap mereka.

"Yang pertama untuk ucapan sialanmu padaku, dan yang kedua untuk tanganmu yang menyentuhku. Kau tahu, aku bukan jalang murahan!" Cercah Keona dingin dan tajam.

Kali ini Justine tersenyum melihat keberanian Keona. Cukup menarik untuk dilihat.

"Dan ini jawaban untuk tawaranmu." Ia menatap ke bawah dan mengarahkan kakinya yang dialasi dengan sepatu wedges ke arah kaki kiri Ferdio sebelum melangkah pergi. Membuat pria tersebut menjerit dan mengumpat.

Justine menghampiri Ferdio yang masih menahan sakit di kakinya. "Sudah kukatakan tapi kau tidak percaya padaku sahabat." Justine menekankan kata "sahabat" di dalamnya, dan melangkah pergi mengejar Keona.

Wanita itu berjalan dengan terburu, sangat terlihat kemarahan memenuhi dirinya. Justine tetap berjalan dengan langkah lebar berusaha untuk menyusul Keona. Ia hanya ingin sedikit mengganggu ketenangan Keona.

"Aku sangat kagum padamu, kau menjatuhkan harga dirinya disaat perempuan lain sanggup berlutut di kakinya." Komentar Justine setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dan Keona..

"Siapa yang perduli dengan bajingan yang tidak memiliki sopan santun seperti dia! Hanya wanita bodoh yang mau berlutut di kakinya!" Umpat Keona menatap pria yang berjalan di samping kirinya.

Justine tertawa renyah mendengar umpatan gadis berambut indah ini, "aku pikir perempuan secantik dirimu tidak mampu mengumpat ternyata aku salah." Justine mengangkat kedua alisnya.

"Jangan tertipu oleh paras cantik seseorang," balas Keona yang masih meneruskan langkah menuju lobby gedung, wajah kesal begitu kentara.

Justine menghadang langkah Keona membuatnya menatap tajam ke arah pria yang kini mengenakan jas hitam. "Seingatku tadi kita tidak berkenalan secara resmi. Aku Justine Heward." uluran tangan persis di hadapan Keona.

"Keona Dee." cukup lama hingga Keona membalas uluran tangan Justine.

"Nice too meet you nona antik, kau sangat cantik. Aku jatuh cinta dengan wajah cantikmu, kuharap bukan pertemuan terakhir untuk kita." Senyum manis Justine begitu mendominasi, membuat Keona tetap tidak tertarik.

"Nice too meet you too Mr. Heward, kau tahu aku sangat terbiasa mendengar ucapan sepertimu dari banyak pria." Ia menaikkan kedua alisnya menatap ke arah Justine sebelum melangkah pergi menuju mobil lamborghini milik Erick Hazley.

Senyum mengembang kembali terlihat di wajah Justine. Ia sungguh terpesona, dan sepertinya mengacaukan milik Bready dan membuat pria pemarah tersebut semakin marah adalah hal yang sangat menarik. Justine harus mencobanya, mungkin saja dirinya akan mendapatkan hadiah spesial dari uji cobanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status