Keona Dee, gadis cantik berwajah Dewi Yunani yang berprofesi sebagai model terkenal di negaranya. Anak dari pengusaha kaya raya yang memiliki segalanya, kekuasaan, harta, pamor dan dunia hitam milik keluarganya. Semua terlihat sempurna, wajah yang cantik, hidup yang mewah, dan segalanya terlihat sempurna. Kehidupan Keona bagai putri di dalam dunia dongeng. Wajah angkuh, sombong, dan pendiam selalu ditujukan Keona kepada siapapun yang ditemuinya. Tidak ada yang tahu di balik kehidupan sempurna Keona terdapat trauma yang mendalam hingga membuatnya merubah nama untuk melindungi diri. Berlindung di balik nama besar Bready Alan Daguen adalah hal yang harus ia lakukan. Tidak ada tempat untuk cinta di dalam hidupnya, tidak ada yang mampu memberikan cinta untuk Keona. Hingga seorang pria tampan penuh pesona datang kepadanya. Menawarkan cinta, kasih sayang, serta ikatan suci untuk Keona. Tapi tetap saja, Keona selalu mendorongnya untuk menjauh dan pergi dari hidupnya. Benar, semua akan terasa sangat berarti saat kau telah kehilangannya.
View MoreBuka matamu dan tertawalah kembali untukku jika kau tidak ingin melihatku mati dalam kehidupan.
-Keona Dee----"Keparat! Kau pasti bahagia berada di sana, tidak seperti aku di sini!" umpatan diiringi tawa sinis namun lebih terdengar menyedihkan. Bagai seorang wanita yang sedang meratapi nasibnya.Walaupun terlihat kesal dengan wajah dingin dan sinis, tangannya tetap meletakkan bouqet white rose besar di atas batu nisan hitam berukir nama dengan tinta berwarna emas. Batu nisan yang menunjukkan tahun kematian angka keempat.Wajah sinis serta angkuhnya perlahan menjadi sendu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sedih tidak dapat merelakan seketika meluap walaupun telah empat tahun. Namun tetap saja, luka, kesedihan, dan kekosongan di hati selalu muncul tanpa dapat di cegah.Ia benci perasaan ini, perasaan kosong serta sengatan di hati yang membuatnya semakin sakit serta rapuh. Tapi rasa rindu selalu mampu mengalahkan segala rasa di hatinya. Selalu mampu menarik agar dirinya mengunjungi tempat ini lagi dan lagi. Entah sejak kapan air mata mengalir, dengan cepat diusapnya dan menengadahkan wajah menatap langit."Shit, i hate this moment!" Ia kembali menatap bouqet di depan batu nisan. Seperti yang di pintanya pada penjaga pemakaman untuk selalu merawat dan membiarkan rumput halus tumbuh subur di atas sana.Berada di sini akan selalu mengingatkan pada kejadian yang merenggut pria di bawah sana. Namun apa daya rasa rindu menenggelamkan perasaan hancur dan sakit yang ia rasakan. Menarik paksa tubuhnya untuk melihat batu nisan yang sama lagi dan lagi.Sekali lagi dia sangat rindu.Rintik hujan membasahi rerumputan di atas ratusan gundukan tanah. Telepon darurat barusan tidak membuat ekspresinya berubah, hanya langkah kaki yang sedikit cepat menyiratkan kekhawatiran pada seseorang yang hampir meregang nyawa. Dalam hati ia bertanya apa yang sedang dilakukan pria itu hingga membuat dirinya harus repot menuju ke arahnya?Gaun hitam yang dikenakan serta stiletto senada menyiratkan betapa mengerikan hari ini. Ia hanya berharap semoga besok tidak lagi menggunakan gaun hitam sebagai kostum kesedihan. Decitan ban dan aspal basah mengawali langkahnya menuju Theresia Hospital, seperti yang dikatakan si penelepon barusan. Harapannya semoga Bready Alan Daguen baik saja. Jika tidak, semoga beberapa hari cukup untuk pria tersebut beristirahat dan kembali seperti sediakala.---Hanya butuhkan waktu 25 menit dirinya telah menginjakkan kaki di Theresia Hospital. Langkahnya tertuju pada meja resepsionis, terlihat terburu dan tanpa basa-basi."Bready Alan Daguen," ucapnya.Wanita berseragam biru muda dengan sanggul kecil menatap dengan takjub dan gugup. Ia selalu melihat wanita dihadapannya melalui layar kaca. Namun kini wanita yang bernama Keona Dee model yang sangat terkenal dan cantik rupawan berdiri dihadapannya. Wanita tinggi nan ramping yang sungguh luar biasa cantik, wanita dengan julukan Dewi yunani. Akan tetapi ekspresi wajahnya tampak mengerikan. Tanpa kata wanita itu segera berjalan menuntun langkah Keona. Ya, itu lah yang diinginkan Keona. Semua orang hanya terdiam dan menatapnya lalu mengikuti keinginannya."Nona, ini ruangannya. Tuan Bready sedang dalam tahap operasi." Jelas wanita tersebut tanpa menatap wajah angkuh dihadapannya. Namun tak ada balasan, ia pikir Keona adalah gadis yang ramah karena setiap iklan di televisi atau majalah ia selalu menampilkan senyum serta tawa bahagia.Keona terdiam menatap ruangan berdinding kaca ditutupi dengan tirai berwarna hijau. Lampu masih menyala menandakan operasi sedang berlangsung. Seumur hidup, ini adalah salah satu hal yang tak akan pernah diizinkan berada di pikirannya. Tapi sekarang hal tersebut terjadi, benar-benar terjadi. Hingga perawat yang mengantarkannya pergi, Keona masih saja terpaku berdiri.Beberapa pria berjas hitam merunduk hormat saat Keona menatap mereka. Oh, sial. Seharusnya mereka lebih sigap saat menjaga Bready. Seharusnya para bodyguard mengikutinya seperti anak anjing. Tetap mengikuti dan tidak membiarkan Bready pergi sendirian. Seharusnya lagi Keona kini menghajar atau pun menghujat serta memecat mereka. Tapi tunggu saja, semua akan ia lakukan saat Bready siuman nanti.Keona berjalan lebih dekat ke arah kaca berharap dengan lebih dekat matanya dapat menangkap sosok Bready di dalam sana. Namun tentu saja semua sia-sia, tirai hijau terlalu tebal untuk di tembus oleh matanya. Ia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Perasaan Keona, jangan tanyakan. Ingin sekali menjerit atau menangis histeris, namun ia tidak dapat melakukannya atas sumpahnya pada Bready Alan Daguen.Derap langkah terdengar, mata tajamnya menoleh mencari sumber suara. Tak lama sosok wanita paruh baya berjalan angkuh menuju tempatnya bersama lima orang pria berjas hitam, aura Bready melekat padanya. Keona seakan tak terlihat, wanita bergaun hitam di hadapannya segera menuju pintu kaca berdiri tegap di sana seakan dapat menembus dan mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam sana.Cukup lama.Mata biru Keona tetap tertuju pada rambut cokelat tergerai wanita itu. Namun tanpa di duga ia tertangkap. Keona melihat mata serta wajah angkuh Helena Daguen menatapnya, sedikit gugup ia mencoba mengulas senyum walau terlihat patah. Tak terlihat perasaan sedih atau apapun di wajah wanita yang melahirkan Bready, tetap datar seperti biasa."Aku memiliki beberapa pekerjaan penting, katakan jika aku datang pada Bready nanti."Keona terpaku, entah kapan tapi wajah Helena telah berada di hadapannya. Keona hanya dapat mengangguk tanpa suara. Wanita bernama Helena kembali membelakangi, mencoba menembus tirai hijau kini tubuhnya bersedekap."Aku yakin para pemilik stasiun televisi mendapatkan ratusan kali lipat keuntungan hari ini dan beberapa hari ke depan," ucap Helena. Tatapannya beralih pada lima orang berjas hitam. "Perketat penjagaan, jangan sampai mereka mengetahui keadaan putraku sedikitpun."Lima orang pria yang begitu penurut, mereka hanya mengangguk, satu di antara mereka segera pergi. Keona hanya memperhatikan Helena melangkah pergi. Jika dirinya terlihat seperti Helena yang begitu angkuh, maka ia terlihat sangat menyeramkan. Oh Tuhan, Keona tidak ingin menjadi seperti Helena.Setelah Helena hilang dari pandangan, tanpa sadar Keona menghembuskan napas lega. Keona benci terintimidasi, namun Helena dapat melakukannya. Keona menuju kursi panjang bersejajar, ia tidak tahu apa yang diinginkan dan dirasanya sekarang. Perasaannya begitu hampa, ia mencoba berdoa dan sepertinya Tuhan tidak akan tega jika tidak mengabulkan doanya. Dirinya bukan pendosa dan Tuhan harus mengabulkan doanya walaupun dengan sedikit memaksa.Hanya satu yang dipinta sembuhkan Bready dan kembalikan keadaan seperti semula, masih banyak yang diinginkan Keona di dunia. Jika situasinya sekarang bagai cerita dongeng hanya dapat meminta satu permohonan seumur hidupnya, ia akan meminta hal yang sama dan merelakan semua keinginannya untuk Bready.Keona menghela napas, lampu operasi masih menyala. Sepertinya ia harus menunggu beberapa menit atau jam lagi sampai operasi Bready berakhir. Menunggu seorang diri dengan harapan dan doa yang selalu diharapkannya menjadi kenyataan.Keringat mengucur deras bersamaan dengan napas yang memburu, rambut cokelat bergerak seirama dengan tubuhnya yang semakin bergerak cepat. Air conditioner yang menyala tidak dapat membendung keringat yang keluar dari pori-pori. Detak jantung yang semakin memburu tidak menyurutkan keinginannya untuk berhenti. Terik matahari yang terlihat dari dinding kaca menjadi salah satu faktor keringat tak kian terbendung. Ia terus mencoba hingga tubuhnya berada di ambang batas kesanggupan, dua jam berlalu namun tubuh ini masih dapat bertahan. Penyiksaan harus dilakukan dengan maksimal hingga rasa bersalahnya menguap tak tersisa. Pandangan dari mata hijau itu sekarang terasa berbeda, matahari yang terlihat terik serta langit yang biru perlahan terlihat bagai gambar usang berwarna hitam dan putih. Semua perlahan terlihat sedikit menggelap dan warna cerah berubah menjadi beberapa warna aneh yang membuat tubuhnhya tidak nyaman. Seorang pria yang baru saja keluar dari sebuah pin
Keona menarik paksa lengan Noah yang berlapiskan kemeja putih, matanya masih menangkap Bready berdiri tegak bersama para pengawal di belakangnya. Ohhh sungguh, Keona muak melihat Bready mulai beberapa waktu lalu dan mungkin hingga seumur hidupnya. Langkah kecilnya bergegas menuju mobil hitam milik Noah yang terparkir. Di sampingnya Noah hanya melangkah pasrah mengikuti langkah Keona, dirinya tidak tahu apa rencana yang akan dibuat oleh Keona. Ia hanya berharap semoga wanita dengan mata sembab ini tidak membuat masalah yang akan membangkitkan iblis di dalam diri Bready. Kali ini, Noah pasti akan turut menanggung akibatnya. Dentuman suara pintu mobil terdengar keras, Keona melihat Noah memejamkan mata dengan kedua tangan berada di pinggang. Bready masih menatap tajam ke arah mereka seakan ingin menghancurkan mobil tersebut melalui tatapan matanya. Pintu mobil kembali terbuka karena Noah masih berdiri di luar sana. "Bergegaslah sialan!" Teriakan Keona dan dentuman pintu untuk
Hembusan napas terdengar, Jake memperhatikan layar monitor lima parameter yang menampilkan Heart Rate, Blood Pressure, Oxygen Saturation, Respiratory Rate, dan garis EKG. Sejak meninggalkan apartemen Alvin, Jake merasa gelisah. Ia kembali ke rumah sakit namun dengan pikiran dan kemungkinan yang memenuhi kepalanya. Jake sempat menghubungi Justine, musuh sekaligus sahabat dari Alvin Maldiery, dirinya menceritakan detail kejadian pria itu akan berhadapan dengan seorang Bready. Justine mengatakan tidak perlu khawatir dan akan meminta orang-orang miliknya untuk mengawasi. Bahkan sebelum kedatangan Bready, Justine telah mempersiapkan ambulance di halaman apartemen lengkap dengan peralatan, dokter serta perawat di dalamnya. Tepat setelah Bready meninggalkan apartemen dengan para pengawal serta wanita cantik yang terlihat meronta, pesuruh Justine segera melihat keadaan Alvin. Pria tersebut hampir kehilangan nyawa jika tidak segera tertolong, detak jantungnya melemah,
Alvin menatap Keona yang masih saja tidak sadarkan diri. Setelah Jake memeriksakan keadaannya dan memberikan beberapa salep untuk memar di tubuh Keona, wanita ini masih tetap tertidur. Tiga jam berlalu, ia pikir Bready Alan Daguen akan segera mendatanginya. Namun ternyata tidak, Lucifer itu masih tidak menghampirinya. Ia kembali memperhatikan Keona, segala perhiasan gaun serta sepatu wanita ini telah Alvin lenyapkan. Sejak dirinya kembali ke apartemen, Alvin meminta mata-matanya untuk memusnahkan semua barang milik Keona tanpa terkecuali. Untuk menghindari GPS yang melekat di sana. Ucapan Jake kembali terngiang, apakah mungkin Bready memasang GPS di tubuh Keona tanpa wanita itu sadari? Jika ya, maka Bready adalah manusia yang sangat gila. Jake telah meninggalkan apartemen bersama dengan seorang perawat yang tadi datang bersamanya. Pria itu mengatakan tidak ingin ikut ke neraka bersama Alvin malam ini. Sungguh teman yang tidak setia, seharusnya Jake membantu bagaimanapun keadaannya.
Rahang mengeras, napas yang memburu mengisi setiap langkahnya saat menuruni tangga. Ia melihat dengan mata kepala, wanitanya di siksa dan di lecehkan oleh seorang pria. Dengan keras ia menghantam kepala pria yang sedang menatap Keona dengan bergairah. Pria itu terjatuh ke arah tangga, akibat kepalan tangan yang baru saja ia berikan. Ia kembali memburu pria yang kini terlihat sedang berusaha untuk berdiri. Ya, pria blonde ini harus mati karena telah menyakiti miliknya. Dengan cepat ia kembali menyerang Ferdio dengan pukulan bertubi-tubi. "Kau harus mati, sialan!" ucapnya. Ia kembali menyerang wajah Ferdio yang berusaha dilindungi pria itu dengan kedua tangannya. "What are you doing, hentikan bajingan! Kita bisa menikmatinya bersama!" Teriak Ferdio, ia berusaha mendorong pria dengan setelan jas hitam di tubuhnya. Pria ini sangat kuat hingga ia kembali terjatuh merasakan dinginnya lantai penghubung. Mendengar ucapan dari Ferdio, ia semakin berang pan
Keona memendarkan mata ke segala arah, semua orang terlihat sibuk berbincang, menari, dan berpesta. Sejak tadi pula acara inti kata sambutan dari si pemilik pesta Brealdy Alan Daguen telah selesai dan kini pesta yang sesungguhnya telah dimulai beberapa saat yang lalu. Alkohol, asap dari nikotin, serta para penari yang dengan lincah memperlihatkan lekuk tubuh mereka di atas panggung. Riuh suara musik yang memekakkan telinga menambah suasana menjadi lebih meriah. Seketika ruangan menjadi gelap, berganti dengan lampu redup dan lampu sorot yang sesekali berputar mengelilingi ballroom. Hembusan napas terdengar, Keona kembali memendarkan pandangannya. Matanya menangkap Bready yang terlihat berbincang bersama beberapa orang di meja bundar di sudut ruangan seraya berdiri. Pria itu terlihat mendominasi dengan aura hitam di sekelilingnya. Lucifer yang sungguh tidak tertandingi, Keona yakin semua orang yang berada di sekeliling Bready tidak dapat bernapas dengan sempurna. Kini Keona memutar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments