Share

Ancaman

Author: Budy alifah
last update Last Updated: 2024-02-05 22:50:23

“Apa? Pergi dari rumah?” Mila tertawa mendengar persyaratan yang diajukan oleh ibu tirinya itu.

Perempuan itu menggelengkan kepala. Dia mulai berpikir jika ibu tirinya semakin aneh. Wanita itu mulai mengambil alih dan mengatur rumah sesuka hatinya.

“Mila, seorang istri memang sepatutnya mengikuti suaminya. Ah, aku lupa dia kan pria miskin,” ejek Delvin sembari tertawa.

Dada Mila bergemuruh, dia kecewa dengan keluarganya. Terutama sang ayah yang hanya diam melihat putri kandungnya terus disudutkan.

“Baiklah, saya akan membawa Mila keluar dari rumah ini,” sahut Agil tiba-tiba.

Mila terkejut, dan menoleh cepat ke arah Agil.

“Agil, aku minta kamu diam!” desis Mila sambil melotot ke arah calon suami kontraknya itu.

Mila sebal. Bagaimana bisa Agil lancang memutuskan hal itu tanpa izin darinya? Dia tak memikirkan resikonya, Mila bisa kehilangan rumah yang sudah ia tinggali sejak kecil.

Sarah tersenyum, dia senang mendengar jawaban dari Agil. Satu usahanya telah tampak hasilnya, yaitu menguasai rumah sang suami. Menurutnya setelah rumah ini bisa dikuasai, tak sulit baginya untuk segera mengambil perusahaan.

"Maaf, Pa, Mila harus bicara dulu dengan calon suami Mila," ujar Mila sembari menarik tangan Agil dan menyeretnya ke halaman belakang.

“Kau bicara apa tadi?” bentaknya sambil menghempaskan tangan Agil. “Kau itu harusnya berada di pihakku, bukan mereka!”

"Saya batalkan saja perjanjian ini," ucap Agil dengan nada serius.

Ia memilih untuk berhenti, sebelum mereka berjalan terlalu jauh. Pemuda itu lebih baik mundur, daripada terus mendapatkan serangan dari Mila dan keluarga besarnya.

Dia pikir bosnya itu berbeda dengan keluarganya, ternyata sama saja angkuhnya. Hal ini membuat Agil berubah pikiran.

"Jangan macam-macam kamu, Agil. Semua rahasiamu ada di tanganku!” Mila menggertak balik.

Sang atasan dibuat ketar-ketir dengan pengunduran diri Agil. Rencananya pasti akan semakin hancur, jika calon suami kontraknya itu benar-benar meninggalnya di titik ini. Dia bisa kehilangan semuanya.

"Bos, silakan mencari laki-laki lain saja.” Agil menundukkan kepala sebagai tanda hormat dan berlalu meninggalkan halaman rumah Mila. Dia tidak peduli bila nama baiknya akan hancur.

“Agil!” teriak Mila yang diabaikan begitu saja oleh lelaki itu.

Agil pergi dengan taksi yang sudah dipesan olehnya saat masih berada di rumah Danu. Dia sudah memiliki firasat bahwa dirinya akan diusir, sehingga ia berjaga-jaga dengan memesan taksi agar bisa segera pergi dan tak terlalu malu.

Mila mengejar taksi yang ditumpangi oleh sang pegawai. Dia ingin melakukan negosiasi agar Agil tidak membatalkan perjanjiannya.

Mila tidak mungkin mendapatkan penggantinya begitu cepat, terlebih lagi hal ini akan menjadi pertanyaan keluarganya, kalau dia mendadak mengganti calon suaminya.

Gadis itu mendapati Agil pergi ke tempat kosnya.

"Agil, buka!” Mila menggedor-gedor pintu kamar kos Agil.

Gadis itu mengabaikan rasa malunya ketika menjadi pusat perhatian orang-orang yang tinggal di sebelah Agil. Bahkan, dia tidak peduli jika kedatangannya akan mengganggu mereka.

“Agil, kau harus bertanggung jawab atas anak di dalam kandunganku!” teriak Mila begitu keras.

Agil akhirnya membuka pintu sebelum Mila mengatakan hal-hal yang tidak diinginkan olehnya. Dia bisa diusir dari kos, andai mereka salah paham. Dia mengatupkan tangan di dada dengan sedikit menundukkan kepala di hadapan penghuni kos yang lain permintaan maaf karena telah membuat keributan.

"Bos, ada apa lagi?” tanya Agil, raut wajahnya lelah menanggapi Mila.

“Agil, tolonglah aku, kamu tidak bisa meninggalkanku seperti ini.” Mila memohon, ucapannya pun melembut agar Agil mau mengasihaninya.

“Saya tidak bisa, lebih baik cari orang lain saja,” jawab Agil seraya duduk di kasur.

Dia sudah tidak berminat membantu bosnya. Hidupnya menjadi kacau semenjak kehadirannya dalam hidupnya.

Gadis itu mencoba memutar otak untuk mengetahui alasan kenapa sang pegawai menolak mentah-mentah tawaran yang dia berikan, padahal itu bisa menyokong kehidupannya.

Lalu dengan berani wanita itu berucap, “Baiklah, bila tawaranku kurang tinggi, aku akan membayarmu dua kali lipat.”

“Tidak, Nona, saya tidak menginginkan bayaran,” timpalnya lelah. Dia sudah putus asa berhadapan dengan Mila, yang tak memahami apa yang dia ucapkan padanya.

Mila pun sudah hilang kesabaran. Gadis itu melipat tangan di dada. “Jika kau tetap menolak, aku akan memecatmu detik ini juga. Dan ingat, Agil, aku punya foto kita berdua di hotel. Bisa kupastikan kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan di manapun!” ancamnya keras.

Agil tersentak. Ia tak menyangka Mila akan bertindak sejauh ini. “Jangan, Bos, kasihanilah saya.” Pemuda itu memohon.

Mencari pekerjaan di kota besar tidak mudah, sebelum memasuki kantor ini dia sudah ditolak banyak perusahaan. Bahkan, dia sudah sempat ingin menyerah karena tak kunjung mendapat panggilan.

Hatinya bimbang. Ia belum ingin kembali ke desa sebelum sukses.

Mila menyunggingkan senyum. “Jadi, kamu setuju?” tanyanya sembari menatap wajah tampan pegawainya itu.

Agil memejamkan mata sebentar, memantapkan diri sebelum menerima tawaran dari bosnya. Dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, selain pasrah.

Agil membalas pandangan Mila, lalu berucap hati-hati, “Baiklah, saya terima, tetapi dengan dua permintaan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Nona CEO   Terima Kasih

    Mila dan Agil datang untuk mengambil rumah yang baru saja dibelinya."Kalian silakan keluar dari rumah ini," usir Mila."Mila, maafkan mama. Jangan usur mama dari rumah ini," kata Sarah sembari bersimpuh.Mila berusaha melepaskan kakinya, "Memangnya anda siapa?" "Mila jangan keterlaluan kau, ini mama kita." Delvin membantu mamanya berdiri."Mama kita?" Kata Mila lalu tertawa terbahak-bahak. "Aku bukan anak dari perempuan ini, mamaku sudah di surga," tegas Mila."Kalian cepat angkat kaki dari rumah suamiku!" titah Mila."Bawa semua barang kalian, jangan sampai ada yang tertinggal," imbuh Agil."Pa, bagaimana ini? Kamu harus melakukan sesuatu," pinta Sarah.Danu mengangguk, "Kamu benar, aku tidak bisa berdiam diri saja." Wajah Sarah dan Delvin mulai berubah senang mendengar ucapan Danu. Mereka berdua berpikir dengan Danu bertidak sesuatu maka mereka tidak jadi miskin."Sarah, mulai hari ini kita aku ceraikanmu. Kita bukan suami istri lagi," kata Danu."Pa, kamu bercanda?" sahutnya sam

  • Menikahi Nona CEO   Bangkrut?

    Kau kenapa di sini?" tanya Delvin dengan kedua bola matanya yang hampir lepas.Dia kaget melihat kakak tirinya ada di perusahaannya, orang yang sudah beberapa tahun ini pergi kini datang kembali. Kedudukannya kembali terancam, ditambah lagi ayahnya yang sudah tidak percaya kepada dirinya. Mila melipat kedua tangannya di dada, "Kenapa aku tidak boleh berada di kantorku sendiri?" ujarnya dengan senyuman yang sinis."Perusahaanmu?" katanya dengan tertawa. "Sejak kapan perusahaan ini menjadi milikmu?" katanya sembari menarik paksa Mila untuk turun dari kursinya."Pergi kau di sini!kau tak pantas duduk di kursiku ini!" katanya dengan mendorong Mila setelah berhasil ditariknya.Mila menepukkan tangan sebanyak dua kali, Siska dan dua orang bertubuh besar masuk ke ruangannya."Apa-apaan ini?" tanya Delvin."Pak Delvin yang terhormat, saat ini perusahaan sudah dijual. Dan yang membeli adalah Nona Mila," katanya dengan sangat formal."Dijual, tidak mungkin. Bagaimana orang miskin sepertimu bis

  • Menikahi Nona CEO   Ke mana Bayiku?

    Sembilan bulan sudah berlaku, Mila sudah melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik.Dia merasa pantas jika dulu selama hamil sangat melow dan manja. Ternyata bawaan anak perempuan di dalam perutnya.Kehidupan Agil dan Mila sangat membaik, pabrik yang belum berjalan satu tahun sudah maju pesat. "Aku tidak akan membiarkan semua ini baik-baik saja, kalian harus merasakan menjadi aku!" ketus Sari melihat kebahagiaan sahabatnya itu.Semenjak penolakan Agil terhadapnya membuat Sari sakit hati. Dia stres, dan sering mengurung diri di kamarnya.Dia keluar dari kamar saat mendengar Mila sudah melahirkan, dia akan menghancurkan wanita perebut gebetanya itu sekali lagi.Kali ini dia ingin melakukannya sendiri tanpa bantuan dari anak buah yang bodoh. Karena menjaga perempuan hamil saja tidak becus.Sari menyusup ke rumah Pramono yang sedang sibuk untuk acara syukuran kelahiran bayi. Sari masuk ke kamar Mila dan Agil.Ia melihat bayi manis yang sangat menggemaskan. Rasa terpesonanya langsung m

  • Menikahi Nona CEO   Kembali

    "Ada orang pingsan!" teriak petani. Di pagi buta ini petani tua yang sedang mengecek sawah terkejut melihat perempuan hamil tergeletak di jalan kecil. Para petani lain langsung berkumpul melihat yang ditemukan oleh petani pertama. "Apa dia masih hidup?" tanyanya hendak dicek tapi ditahan. "Tunggu, kalau kita cek terus dia mati apa kita akan dituduh sebagai pelakunya?" tanyanya was-was. Pemahaman orang desa masih sangat sedikit tentang hukum. Mereka takut melakukan tindakan. "Kau ini, bagaimana kalau dia hanya pingsan? Lalu kita telat memberikan pertolongan. Apa jadinya?" kata petani pertama lalu mengecek nadi Mila. "Jadi kuntilanak, yang akan bergentayangan," celetuknya. "Kau ini, syukurlah dia masih hidup. Ayo bantu aku mengkatnya," titahnya. Mereka membawa Mila ke puskesmas terdekat agar Mila mendapatkan perawatan. Wanita hamil ini tubuhnya sudah sangat dingin. "Tunggu, bukan kah ini cucu mantu Kakek Pramono," ujar salah satu perawat. Dia ingat sekali wajah Mila, karena b

  • Menikahi Nona CEO   Pencarian 2

    Malam ini Agil tidak bisa tidur, dia memikirkan istri dan calon bayinya. Mereka pasti sangat ketakutan."Agil, sudah malam harusnya kamu tidur," kata Sari.Sari memanfaatkan moment hilangnya Mila untuk melayani Agil. Meskipun, dia selalu menolak makan dan minum apa yang dia sediakan.Agil tidak bisa makan, sedangkan istrinya di luar sana tidak tahu sudah makan atau belum."Mas, makan ya. Nanti kalau sakit malah tidak bisa cari Nona Mila," Tono menasihati Agil. "Benar kata Tono, aku siapkan makan ya," ujar Sari.Meskipun tidak ada respon Dari Agil dia tetap menyiapkan makanan. Agil memilih pergi ke kamarnya memikirkan cara mencari sang istri.Agil menoleh ke arah pintu saat terdengar suara ketukan pelan lalu terbuka."Agil, aku bawa teh hangat untumu. Minum ya," Sari menaruh cangkir berisikan teh hangat."Sari, lebih baik kamu keluar kamar. Tidak baik berduaan di kamar," titah Agil."Baiklah, tapi setelah kamu meminum teh buatanku," ujarnya.Agil mengangguk, tapi anggukan Agil tidak

  • Menikahi Nona CEO   Pencarian

    "Siapa kalian?" tanya Mila dengan ketus saat melihat dua orang laki-laki bertubuh kekar dengan wajah seram."Tak perlu tahu, menurut saja jika kau ingin selamat," jawabnya dengan mengepulkan rokok.Mila mendengus, "Kalian mau apa? Uang?" tanya Mila enteng. Dia berusaha untuk tenang dan tidak takut, agar mereka tidak mudah diancam.Orang-orang itu mengerutkan keningnya, kali ini mendapatkan tawanan yang unik. Dia bukanya takut justru menawarkan uang kepadanya."Berapa uang yang diberikan tuanmu itu, aku bayar dua kali lipat," tawar Mila dengan ringan. Dia berpikir orang yang mencuri uang itu hanya memberikan uang beberapa juta saja. Karena orang desa tidak akan memberikan tawaran yang besar."Jangan sesumbar, kau ini hanya orang kaya miskin. Bagaimana mau membayar kita," jawabnya ringan juga mengimbangi omongan Mila.Mereka ingat tuannya mengatakan jika Mila itu adalah orang kaya miskin. Dan juga pekerjaannya sebagai wanita penghibur.Sehingga mereka boleh melakukan apa-apa termasuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status