Home / Romansa / Menikahi Pewaris Dingin / Bab 4: Kontrak dan Batasan Keintiman

Share

Bab 4: Kontrak dan Batasan Keintiman

Author: SolaceReina
last update Last Updated: 2025-09-11 14:52:58

Pukul 09:59 pagi, Clara tiba kembali di kantor Alex. Ruangan itu terasa dingin dan tanpa emosi seperti terakhir kali. Namun, kini ada dua kursi tambahan di depan meja Alex, ditempati oleh pengacara Alex yang berwajah serius dan seorang pengacara Clara yang ia minta datang. Suasana terasa tegang, seperti di ruang pengadilan.

Alex tidak membuang waktu. “Kita sudah sepakat untuk membuat kontrak. Pengacara saya telah menyusun draf berdasarkan pembicaraan kita.” Ia mendorong dokumen tebal itu ke hadapan Clara.

Clara mengambil dokumen itu. Matanya menyapu ratusan halaman, setiap kata dicetak tebal dan jelas. Ini bukan lagi sekadar kesepakatan lisan; ini adalah jebakan yang dibuat dengan sangat hati-hati.

Pengacara Alex mulai menjelaskan poin-poinnya dengan suara monoton, seolah sedang membacakan daftar belanjaan. “Pasal pertama, **Perjanjian Rahasia Absolut**. Nona Clara setuju untuk tidak membocorkan informasi apa pun tentang orientasi seksual Tuan Alex, atau detail dari perjanjian ini, kepada pihak ketiga mana pun. Pelanggaran akan berakibat denda sebesar $100 juta USD, dan Tuan Alex berhak mengakhiri kontrak tanpa kompensasi apa pun.”

Clara menahan napas. Angka itu jauh lebih besar daripada seluruh nilai Arta Group.

“Pasal berikutnya, **Perjanjian Hubungan Fisik**,” lanjut pengacara itu. “Nona Clara tidak diperbolehkan melakukan kontak fisik dengan Tuan Alex tanpa persetujuan verbal sebelumnya. Ini mencakup ciuman, sentuhan, atau manifestasi fisik keintiman apa pun di luar penampilan publik yang disepakati.” Pengacara itu menatap Clara dengan dingin. “Setiap pelanggaran akan dianggap sebagai pelanggaran kontrak.”

Clara merasakan gelombang penghinaan. Ini bukan hanya tentang bisnis; ini adalah tentang Alex yang menegaskan kendali penuh atas dirinya, memastikan bahwa ciuman di gala tadi malam tidak akan pernah terulang.

“Pasal ketiga, **Syarat Tempat Tinggal**,” kata Alex, mengambil alih pembicaraan. “Untuk meyakinkan publik, Anda akan pindah ke apartemen saya. Anda akan mendapatkan kamar di lantai dua yang terpisah, dengan privasi penuh. Anda tidak diizinkan masuk ke kamar saya tanpa persetujuan, dan kita tidak akan makan malam bersama, kecuali di depan publik. Seluruh hidup kita di rumah akan tetap terpisah.”

Clara menyadari ini adalah upaya terakhir Alex untuk memastikan tidak ada emosi yang terlibat. Ia tidak ingin Clara menjadi lebih dari sekadar kontrak.

Pengacara Clara memohon. “Tuan Alex, klausul-klausul ini terlalu ketat dan sangat merendahkan bagi klien saya. Terutama pasal yang melarang kontak fisik. Ini berlebihan untuk tujuan publik.”

Alex menatap Clara, mengabaikan pengacaranya. “Nona Clara, Anda yang datang kepada saya, meminta saya untuk menyelamatkan Anda dari situasi Anda. Ini adalah harga yang harus Anda bayar. Apakah Anda punya keberatan, selain perasaan yang terluka?”

Clara menelan ludah. Ia tidak akan membiarkan Alex melihat kelemahannya. Ia tahu ia tidak bisa melawan semua klausul itu, tetapi ia punya satu kartu terakhir untuk dimainkan.

“Saya hanya punya satu keberatan,” kata Clara dengan suara yang tegas. “Pasal tentang Arta Group. Saya ingin Anda menambahkan klausul yang menyatakan bahwa selama masa pertunangan dan pernikahan kontrak, A&A Group tidak akan berusaha untuk mengakuisisi atau membeli saham Arta Group. Saya tidak ingin Anda menggunakan kontrak ini untuk mengambil alih perusahaan warisan ayah saya.”

Alex menyipitkan mata. Ia terkejut. Ia mengira Clara hanya akan fokus pada kebebasan pribadinya, bukan pada bisnisnya yang sedang sekarat. Namun, Alex menyukai inisiatif itu. Clara tidak hanya tunduk; ia melindungi wilayahnya.

Alex tersenyum. “Menarik. Saya akan tambahkan klausul itu. Tapi hanya jika Anda menyetujui semua klausul saya, tanpa pengecualian.”

Clara mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Ia menandatangani setiap halaman, merasakan setiap goresan pena di atas kertas seperti belenggu yang mengikatnya.

***

Sore harinya, Alex dan Clara mengadakan konferensi pers singkat. Dengan Clara di sampingnya, Alex mengumumkan pertunangan mereka. Ia memegang tangan Clara dengan posesif, dan kamera mulai mengambil gambar. Kakek Alex terlihat tersenyum puas di barisan depan.

Setelah konferensi pers, Alex mengantar Clara ke apartemennya. Clara mengambil tasnya yang berisi beberapa pakaian dan dokumen, yang sudah ia siapkan. Perjalanan itu sangat sunyi.

Ketika mereka sampai di apartemen mewah itu, Alex memimpin Clara masuk. Interiornya sama minimalisnya dengan kantornya.

Alex menunjuk ke tangga. “Kamar Anda di lantai dua. Ingat, kita hanya rekan kerja. Ini bukan rumah, ini adalah tempat kerja kita. Jangan pernah lupakan itu.”

Ia lalu melingkarkan lengannya di pinggang Clara, menariknya mendekat, dan berbisik di telinganya. “Langgar satu aturan, dan kontrak ini berakhir—begitu juga perusahaannmu. Pamanmu dan Tuan Hendra tidak akan menunggu dua kali untuk mendapatkanmu.”

Clara merasakan ancaman nyata dalam suaranya. Ia menarik diri dari Alex.

“Saya mengerti, Tuan Alex,” balas Clara. “Saya tidak akan melanggarnya.”

Clara menaiki tangga ke kamar di lantai dua. Ia tidak menoleh ke belakang. Di atas, ia melihat sebuah koper hitam. Itu adalah koper Alex. Ia tidak sendirian di sini. Ia baru saja menandatangani kontrak dan masuk ke sangkar emas yang dibangun oleh pria yang paling berkuasa dan paling dingin yang pernah ia temui.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5 : Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di ambang kamar barunya. Kamar di lantai dua apartemen Alex itu terasa besar, mewah, dan dingin—sebuah definisi dari kemandirian Alex. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah lenyap, menunjukkan pria itu sudah menempati wilayahnya, jauh dari jangkauan Clara.Alex benar-benar serius. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker perak kusam: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Sebuah garis tebal, klinis, ditarik: Clara hanyalah penyewa, bukan pasangan.Pagi pertama kehidupan "pasangan" kontrak itu dimulai dengan benturan dominasi. Alex turun tepat pukul 06:30 untuk ritual kopinya. Saat Clara turun pukul 07:00, dapur sudah steril secara klinis. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Alex telah membersihkan jejaknya, meninggalkan Clara tanpa kesempatan untuk berinteraksi secara alami.Clara, yang lapar, membuka kulkas. Kosong, kecuali air mineral mahal. Ia menoleh ke arah Alex yang duduk di meja, fokus pada laporan keuangan. "Tidak ada bahan makanan untuk pen

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5: Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di kamar barunya di lantai dua apartemen Alex. Kamar itu besar, mewah, dan dingin. Sama seperti pemiliknya, kamar itu seolah tidak mengizinkan sentuhan personal. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah tidak ada, pertanda bahwa pria itu juga sudah menempati wilayahnya. Alex tidak main-main. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker kecil bertuliskan: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Pagi pertama kehidupan "pasangan" itu dimulai dengan benturan. Alex, seorang penganut rutinitas kaku, turun ke dapur tepat pukul 06:30 untuk membuat kopi di mesin *espresso* canggihnya. Clara, yang tidak terbiasa bangun sepagi itu, baru turun pukul 07:00. Dapur sudah dalam kondisi steril. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Clara, yang merasa lapar, membuka kulkas. Isinya hanya beberapa botol air mineral dan sekotak susu. “Tidak ada bahan makanan, Tuan Alex?” tanyanya, sengaja menggunakan nada sarkastik. Alex, duduk di meja makan sambil membaca laporan keuangan, bah

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 4: Kontrak dan Batasan Keintiman

    Pukul 09:59 pagi, Clara tiba kembali di kantor Alex. Ruangan itu terasa dingin dan tanpa emosi seperti terakhir kali. Namun, kini ada dua kursi tambahan di depan meja Alex, ditempati oleh pengacara Alex yang berwajah serius dan seorang pengacara Clara yang ia minta datang. Suasana terasa tegang, seperti di ruang pengadilan.Alex tidak membuang waktu. “Kita sudah sepakat untuk membuat kontrak. Pengacara saya telah menyusun draf berdasarkan pembicaraan kita.” Ia mendorong dokumen tebal itu ke hadapan Clara.Clara mengambil dokumen itu. Matanya menyapu ratusan halaman, setiap kata dicetak tebal dan jelas. Ini bukan lagi sekadar kesepakatan lisan; ini adalah jebakan yang dibuat dengan sangat hati-hati.Pengacara Alex mulai menjelaskan poin-poinnya dengan suara monoton, seolah sedang membacakan daftar belanjaan. “Pasal pertama, **Perjanjian Rahasia Absolut**. Nona Clara setuju untuk tidak membocorkan informasi apa pun tentang orientasi seksual Tuan Alex, atau detail dari perjanjian ini, ke

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 3: Malam Uji Coba

    Pukul 19:00, sebuah Rolls-Royce hitam mewah berhenti di depan pintu apartemen Clara yang sederhana. Clara sudah menunggunya. Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah marun yang dulunya dibeli ayahnya untuk pesta ulang tahunnya, gaun yang membalut tubuhnya dengan anggun dan memancarkan aura kepercayaan diri. Rambutnya disanggul rapi, memperlihatkan garis lehernya yang jenjang, dan di jarinya, ia sengaja mengenakan cincin pertunangan almarhum ayahnya—sebagai penangkal. Alex keluar dari mobil. Ia mengenakan tuksedo klasik yang membuatnya tampak seperti patung pahatan. Dingin, sempurna, dan berbahaya. Untuk pertama kalinya, Alex menatap Clara dengan pandangan yang sedikit lebih lama dari biasanya. “Kau terlihat… profesional,” komentarnya, nadanya datar. Tidak ada pujian, hanya observasi. “Saya datang untuk bekerja, Tuan Alex,” balas Clara, menjaga jarak yang disengaja. Alex hanya mengangguk kecil, mengisyaratkan Clara masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, keheningan di mobil

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 2:Negosiasi di Bawah Sorotan

    Lima hari berlalu sejak pertemuan Clara dengan Alex di lelang amal. Lima hari yang terasa seperti setahun penuh di mana ponsel Clara terasa dingin dan sunyi. Paman Robert mengirim pesan singkat berisi ejekan, dan Pria Keriput itu, Tuan Hendra, bahkan mengirim bunga mawar layu—sebuah ancaman terselubung. Clara mulai merasa taruhannya mungkin terlalu gila. Tepat pada hari keenam, panggilan itu datang. Singkat, dingin, dan otoritatif. “Nona Clara. Besok. Jam sepuluh pagi. Kantor saya. Jangan terlambat.” *** Tepat pukul 09:55, Clara berdiri di lobi utama A&A Group. Gedung pencakar langit itu berdiri sombong di tengah kota, sebuah monumen bagi kekuasaan dan kekayaan yang tak tertandingi. Berbeda dengan kantor Arta Group yang kini terasa usang dan penuh debu di sudut, A&A Group memancarkan kemewahan yang klinis. Setelah melewati tiga lapis pemeriksaan keamanan, Clara akhirnya diantar ke lantai eksekutif. Ruangan Alex, yang hanya dibatasi kaca setebal kristal, adalah representasi

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 1: Pernikahan demi Hutang

    Clara menatap pantulan dirinya di cermin, merasa seperti karakter dalam film horor yang siap menghadapi monster di akhir cerita. Gaun malam berwarna navy itu membalut tubuhnya dengan sempurna, tapi di baliknya, ada kegelisahan yang nyaris meledak.“Sudah siap, Clara?” suara Paman Robert terdengar dari balik pintu. Nada suaranya ramah, tapi Clara tahu, di balik keramahan itu ada niat busuk.“Siap,” jawab Clara singkat.Hari ini, ia seharusnya pergi ke pesta ulang tahun salah satu teman lamanya, tapi Paman Robert mengubah rencana itu. Ia membawa Clara ke sebuah restoran mewah, di mana seorang pria tua dengan wajah keriput dan senyum serakah menunggu mereka. Namanya Tuan Hendra, seorang pengusaha tambang yang terkenal dengan kekayaan dan skandalnya.Clara sadar, ia tidak akan bisa kabur dari ini. Sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, perusahaan Arta Group yang diwarisinya perlahan-lahan runtuh di bawah kendali Paman Robert. Pria itu mengelola keuangan dengan buruk, menggunakan ase

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status