Home / Romansa / Menikahi Pewaris Dingin / Bab 5: Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

Share

Bab 5: Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

Author: SolaceReina
last update Last Updated: 2025-09-11 14:55:28

Clara berdiri di kamar barunya di lantai dua apartemen Alex. Kamar itu besar, mewah, dan dingin. Sama seperti pemiliknya, kamar itu seolah tidak mengizinkan sentuhan personal. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah tidak ada, pertanda bahwa pria itu juga sudah menempati wilayahnya.

Alex tidak main-main. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker kecil bertuliskan: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin.

Pagi pertama kehidupan "pasangan" itu dimulai dengan benturan. Alex, seorang penganut rutinitas kaku, turun ke dapur tepat pukul 06:30 untuk membuat kopi di mesin *espresso* canggihnya. Clara, yang tidak terbiasa bangun sepagi itu, baru turun pukul 07:00. Dapur sudah dalam kondisi steril. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air.

Clara, yang merasa lapar, membuka kulkas. Isinya hanya beberapa botol air mineral dan sekotak susu. “Tidak ada bahan makanan, Tuan Alex?” tanyanya, sengaja menggunakan nada sarkastik.

Alex, duduk di meja makan sambil membaca laporan keuangan, bahkan tidak mendongak. “Saya punya juru masak yang datang pukul 18:00. Sebelum itu, Anda bertanggung jawab atas makanan Anda sendiri. Semua stok makanan saya ada di kulkas mini kamar saya. Dan jangan pernah menyentuh mug biru ini.”

Clara melihat mug keramik biru polos di samping Alex. Itu adalah satu-satunya benda yang tidak minimalis di meja itu. Clara tersenyum licik. Ia tidak suka diatur. Ia mengambil sebuah *mug* polos dari lemari, menuangkan sisa air di teko pemanas, dan, dengan sengaja, ia meninggalkan mug bekasnya yang belum dicuci tepat di sebelah mug biru Alex.

Ketika Alex akhirnya mendongak dan melihat

mug kotor itu, matanya menyipit. Itu bukan kemarahan, tapi kejengkelan yang terukur. Ia berdiri, mengambil mug Clara, dan bukannya mencucinya, ia meletakkannya kembali— di atas laporan keuangan Clara tentang Arta Group yang tergeletak di meja.

“Dapur ini adalah ruang bersama, Nona Clara. Tapi Anda harus ingat, prioritas Anda ada di perusahaan Anda. Jangan membebani saya dengan hal-hal remeh,” katanya dengan dingin. Ini adalah hukuman Alex: bukan emosi, melainkan hukuman bisnis dan penegasan kekuasaan.

Ketegangan terus berlanjut sepanjang minggu. Clara mulai menguji batas-batas Alex. Ia menyetel musik jazz dengan volume sedikit lebih keras dari yang diizinkan Alex saat pagi hari, meninggalkan buku di ruang tamu, atau bahkan sengaja mengubah suhu *thermostat* ruangan. Alex merespons dengan rasa dingin yang dipertebal. Ia mulai menunda panggilan telepon dengan asisten Clara, mempersulit jadwal pertemuan dengan bank, dan secara halus mengontrol akses Clara ke sumber daya bisnis. Ia memaksa Clara untuk tunduk melalui cara yang paling ia takuti: ancaman terhadap Arta Group.

Suatu malam, mereka harus menghadiri makan malam formal dengan klien Alex. Dalam perjalanan pulang, Clara tertidur dan kepalanya tanpa sengaja bersandar di bahu Alex. Alex segera menegang. Sentuhan fisik itu terasa seperti sengatan listrik baginya. Ia menahan diri untuk tidak mendorongnya, hanya karena ia ingat mereka ada di ranah publik, meskipun hanya dengan sopir.

Ketika mereka tiba di apartemen, Clara terbangun. Ia melihat wajah Alex yang kaku. “Maaf, Tuan Alex,” bisik Clara.

“Ingat klausul **Perjanjian Hubungan Fisik**, Clara,” desis Alex. “Saya tidak akan mengulanginya.” Alex kemudian berjalan lurus ke kamarnya tanpa menoleh, meninggalkan Clara di ruang tamu, merasakan rasa malu dan ketegangan yang nyata dari jarak fisik yang seharusnya mereka pertahankan.

Pada akhir minggu kedua, di saat Clara dan Alex mulai menemukan ritme *ko-eksistensi* yang tidak nyaman, ancaman eksternal muncul. Clara menemukan sebuah paket di depan pintunya: **kotak berisi kecoa mati** dan kartu bertuliskan, "Wanita murahan, kau pikir bisa kabur? Kami akan membongkar sandiwaramu." Itu adalah ulah Paman Robert dan Tuan Hendra.

Clara gemetar, bukan karena ketakutan, melainkan karena kemarahan. Ia mengabaikan peringatan itu dan langsung masuk. Namun, Alex sudah berada di ruang tamu, membaca berita di tabletnya.

“Anda harus lebih berhati-hati,” kata Alex, menunjuk ke layar tabletnya. Berita utama gossip bisnis: “Tunangan Baru Alex A&A Group Diduga Hanya Wanita Sewaan Untuk Melindungi Reputasi!”

Alex menatap Clara dengan tatapan dingin. Ia tidak bertanya tentang kecoa itu; ia hanya peduli pada reputasinya. “Saya sudah meminta pengacara untuk menindak tegas semua media yang menyebarkan berita ini,” kata Alex. “Bukan demi Anda. Tapi demi citra A&A Group.”

Alex bangkit dan berdiri di hadapan Clara, kehadirannya yang tinggi mengintimidasi. “Fokus, Clara. Permainanmu hampir terungkap. Jika kau tidak bisa menjaga dirimu tetap bersih dan profesional, aku tidak akan ragu untuk membiarkan Arta Group bangkrut. Jangan membebani saya,” tegasnya, nadanya penuh peringatan.

Kalimat itu menampar Clara lebih keras daripada kecoa mati. Ia menyadari bahwa di mata Alex, ia masih menjadi beban yang harus ia kontrol. Ia hanya bisa mengangguk, menegaskan bahwa mereka masih berada di pihak yang berbeda, dan perjuangan untuk mengendalikan takdirnya sendiri baru saja dimulai di bawah atap Alex.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5 : Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di ambang kamar barunya. Kamar di lantai dua apartemen Alex itu terasa besar, mewah, dan dingin—sebuah definisi dari kemandirian Alex. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah lenyap, menunjukkan pria itu sudah menempati wilayahnya, jauh dari jangkauan Clara.Alex benar-benar serius. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker perak kusam: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Sebuah garis tebal, klinis, ditarik: Clara hanyalah penyewa, bukan pasangan.Pagi pertama kehidupan "pasangan" kontrak itu dimulai dengan benturan dominasi. Alex turun tepat pukul 06:30 untuk ritual kopinya. Saat Clara turun pukul 07:00, dapur sudah steril secara klinis. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Alex telah membersihkan jejaknya, meninggalkan Clara tanpa kesempatan untuk berinteraksi secara alami.Clara, yang lapar, membuka kulkas. Kosong, kecuali air mineral mahal. Ia menoleh ke arah Alex yang duduk di meja, fokus pada laporan keuangan. "Tidak ada bahan makanan untuk pen

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 5: Ko-Eksistensi yang Penuh Ketegangan

    Clara berdiri di kamar barunya di lantai dua apartemen Alex. Kamar itu besar, mewah, dan dingin. Sama seperti pemiliknya, kamar itu seolah tidak mengizinkan sentuhan personal. Koper hitam Alex yang ia lihat di lantai bawah sudah tidak ada, pertanda bahwa pria itu juga sudah menempati wilayahnya. Alex tidak main-main. Di pintu kamar Clara, tertempel stiker kecil bertuliskan: Zona Pribadi. Dilarang Masuk Tanpa Izin. Pagi pertama kehidupan "pasangan" itu dimulai dengan benturan. Alex, seorang penganut rutinitas kaku, turun ke dapur tepat pukul 06:30 untuk membuat kopi di mesin *espresso* canggihnya. Clara, yang tidak terbiasa bangun sepagi itu, baru turun pukul 07:00. Dapur sudah dalam kondisi steril. Tidak ada remah, tidak ada tetesan air. Clara, yang merasa lapar, membuka kulkas. Isinya hanya beberapa botol air mineral dan sekotak susu. “Tidak ada bahan makanan, Tuan Alex?” tanyanya, sengaja menggunakan nada sarkastik. Alex, duduk di meja makan sambil membaca laporan keuangan, bah

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 4: Kontrak dan Batasan Keintiman

    Pukul 09:59 pagi, Clara tiba kembali di kantor Alex. Ruangan itu terasa dingin dan tanpa emosi seperti terakhir kali. Namun, kini ada dua kursi tambahan di depan meja Alex, ditempati oleh pengacara Alex yang berwajah serius dan seorang pengacara Clara yang ia minta datang. Suasana terasa tegang, seperti di ruang pengadilan.Alex tidak membuang waktu. “Kita sudah sepakat untuk membuat kontrak. Pengacara saya telah menyusun draf berdasarkan pembicaraan kita.” Ia mendorong dokumen tebal itu ke hadapan Clara.Clara mengambil dokumen itu. Matanya menyapu ratusan halaman, setiap kata dicetak tebal dan jelas. Ini bukan lagi sekadar kesepakatan lisan; ini adalah jebakan yang dibuat dengan sangat hati-hati.Pengacara Alex mulai menjelaskan poin-poinnya dengan suara monoton, seolah sedang membacakan daftar belanjaan. “Pasal pertama, **Perjanjian Rahasia Absolut**. Nona Clara setuju untuk tidak membocorkan informasi apa pun tentang orientasi seksual Tuan Alex, atau detail dari perjanjian ini, ke

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 3: Malam Uji Coba

    Pukul 19:00, sebuah Rolls-Royce hitam mewah berhenti di depan pintu apartemen Clara yang sederhana. Clara sudah menunggunya. Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah marun yang dulunya dibeli ayahnya untuk pesta ulang tahunnya, gaun yang membalut tubuhnya dengan anggun dan memancarkan aura kepercayaan diri. Rambutnya disanggul rapi, memperlihatkan garis lehernya yang jenjang, dan di jarinya, ia sengaja mengenakan cincin pertunangan almarhum ayahnya—sebagai penangkal. Alex keluar dari mobil. Ia mengenakan tuksedo klasik yang membuatnya tampak seperti patung pahatan. Dingin, sempurna, dan berbahaya. Untuk pertama kalinya, Alex menatap Clara dengan pandangan yang sedikit lebih lama dari biasanya. “Kau terlihat… profesional,” komentarnya, nadanya datar. Tidak ada pujian, hanya observasi. “Saya datang untuk bekerja, Tuan Alex,” balas Clara, menjaga jarak yang disengaja. Alex hanya mengangguk kecil, mengisyaratkan Clara masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan, keheningan di mobil

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 2:Negosiasi di Bawah Sorotan

    Lima hari berlalu sejak pertemuan Clara dengan Alex di lelang amal. Lima hari yang terasa seperti setahun penuh di mana ponsel Clara terasa dingin dan sunyi. Paman Robert mengirim pesan singkat berisi ejekan, dan Pria Keriput itu, Tuan Hendra, bahkan mengirim bunga mawar layu—sebuah ancaman terselubung. Clara mulai merasa taruhannya mungkin terlalu gila. Tepat pada hari keenam, panggilan itu datang. Singkat, dingin, dan otoritatif. “Nona Clara. Besok. Jam sepuluh pagi. Kantor saya. Jangan terlambat.” *** Tepat pukul 09:55, Clara berdiri di lobi utama A&A Group. Gedung pencakar langit itu berdiri sombong di tengah kota, sebuah monumen bagi kekuasaan dan kekayaan yang tak tertandingi. Berbeda dengan kantor Arta Group yang kini terasa usang dan penuh debu di sudut, A&A Group memancarkan kemewahan yang klinis. Setelah melewati tiga lapis pemeriksaan keamanan, Clara akhirnya diantar ke lantai eksekutif. Ruangan Alex, yang hanya dibatasi kaca setebal kristal, adalah representasi

  • Menikahi Pewaris Dingin   Bab 1: Pernikahan demi Hutang

    Clara menatap pantulan dirinya di cermin, merasa seperti karakter dalam film horor yang siap menghadapi monster di akhir cerita. Gaun malam berwarna navy itu membalut tubuhnya dengan sempurna, tapi di baliknya, ada kegelisahan yang nyaris meledak.“Sudah siap, Clara?” suara Paman Robert terdengar dari balik pintu. Nada suaranya ramah, tapi Clara tahu, di balik keramahan itu ada niat busuk.“Siap,” jawab Clara singkat.Hari ini, ia seharusnya pergi ke pesta ulang tahun salah satu teman lamanya, tapi Paman Robert mengubah rencana itu. Ia membawa Clara ke sebuah restoran mewah, di mana seorang pria tua dengan wajah keriput dan senyum serakah menunggu mereka. Namanya Tuan Hendra, seorang pengusaha tambang yang terkenal dengan kekayaan dan skandalnya.Clara sadar, ia tidak akan bisa kabur dari ini. Sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, perusahaan Arta Group yang diwarisinya perlahan-lahan runtuh di bawah kendali Paman Robert. Pria itu mengelola keuangan dengan buruk, menggunakan ase

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status