Flashback
Steve seorang CEO dingin dan arogan itu datang dengan gayanya yang cool, wajah yang tampan dan tubuh yang kekar dengan memakai setelan jas hitam yang membuat aura kewibawaannya terpancar jelas hingga setiap wanita yang melihatnya akan tergila-gila.
Di sampingnya, Han, sang asisten yang setia menemaninya pun tak kalah menarik, namun di balik pesonanya dia adalah tangan kanan yang tidak diragukan lagi kesetiaannya, kedisiplinan dan kekejamannya pun sudah dikenal di seluruh pelosok negeri.
"Oh Steve, siapa yang tidak tertarik dengan pria tampan yang sudah termasuk pria muda terkaya di Asia itu, bukankah itu pria sempurna idaman setiap wanita?" tanya seorang wanita pada temannya yang melihat Steve. melintas di depannya.
"Ya kau benar, sayangnya pria sekeren itu dinginnya seperti es batu, dan pengawalnya itu...? oh tidak, membayangkannya saja sudah ngeri jika harus berurusan dengannya," jawab temannya berbisik.
"Steve akhirnya kamu datang juga." Seorang wanita menghampiri dengan pakaian sexi berwarna merah yang langsung bergelayut di lengan Steve.
"Heh! ternyata kamu masih punya keberanian menghampiriku?" ucap Steve ketus melirik wanita itu penuh kebencian.
"Ayolah Steve, itu hanya sebuah kesalahpahaman, aku hanya menginginkan kamu seorang, dan aku sangat menyesali semuanya," ucap wanita yang tak lain bernama Casandra. Dia adalah satu-satunya wanita yang berhasil menjalin hubungan dengan Steve, pria terkaya dengan pengaruh yang sangat besar di negara ini.
"Benarkah?" ucap Steve mengelus wajah wanita itu, lalu memegangnya dengan kuat hingga mulut wanita itu mengerucut membuatnya merasa kesakitan. "Tapi sayang sekali aku tidak akan memungut kembali sampah yang telah aku buang."
Steve melepaskan wajah Casandra dengan kasar, kini wanita itu hanyalah sampah bagi Steve setelah kesalahan yang ia lakukan.
Steve melepaskan tangan Cassandra yang masih bergelayut dengan sedikit menghempaskannya, ia pun melangkahkan kakinya meninggalkan Cassandra yang tengah merasa kesal sambil mengelus pipinya yang masih terasa sakit.
"Kamu akan menyesali ucapanmu Steve, aku bersumpah akan membuatmu bertekuk lutut memintaku untuk bersamamu," gerutu Cassandra menatap punggung lebar Steve.
Casandra, dengan kesempurnaan karena kecantikan dan bentuk tubuh indah yang ia miliki, bisa membuat dirinya menjalani hubungan dengan Steve. Kesempatan itu ia gunakan untuk mendekati Steve hanya karena harta yang di milikinya. Hingga akhirnya Steve mengetahui hubungan gelap Casandra dengan kekasih lamanya hingga membuat Steve memutuskan hubungan mereka.
Han yang melihat keberadaan Cassandra pun menghampiri, "Anda benar-benar tidak tahu malu nona Cassandra,"
ucap Han.
Cassandra menoleh padanya dan langsung menatap Han dengan tatapan tajam. "Beruntung tuan Steve melihat kebusukan Anda sebelum terlambat," imbuh Han sambil melangkah melewati Casandra.
"Diamlah Han, aku yakin Steve masih menaruh hati untukku dan akan memaafkanku," ucap Cassandra angkuh.
Han menyeringai. "Dengarkan aku nona, jika tuan Steve tidak melihat paman anda sebagai teman lama mendiang ayahnya, saya yakin wanita jalang seperti anda sudah di kirim ke Antartika oleh tuan Steve."
"Tutup mulutmu asisten brengsek! dan jaga bicaramu karena sebentar lagi Steve pasti akan bertekuk lutut padaku, dan saat itu juga aku akan merobek mulutmu!" pekik Casandra membuat Han berhenti dari langkahnya dan kembali menatapnya. Han menoleh ke arah Cassandra, ia melangkahkan kakinya kembali menuju wanita itu.
"Mimpi anda terlalu tinggi nona, ular berbisa seperti anda tidak ada pantas-pantasnya untuk tuan Steve, beruntung tuan Steve masih memberikan kesempatan anda untuk bernafas, tapi sayang..., wanita tidak tau malu seperti anda masih berani menunjukkan muka anda di depan Tuan Steve," ucap Han dengan tatapan tajamnya membuat Casandra menggigit bibirnya, benar kata orang jika asisten pribadi Steve lebih mengerikan daripada bos-nya. Han melihat reaksi wajah wanita yang ada di hadapannya, ia menyeringai dan pergi meninggalkan Cassandra.
"Sial! asisten brengsek itu selalu bisa menggertakku dan membuatku merasa takut, terbuat dari apa sebenarnya kamu ini Han, hingga bicaramu seperti makhluk asing yang membuat setiap orang bergidik ngeri," batin Cassandra sambil mengepalkan tangannya
Zira menggelengkan kepalanya, dan air matanya mengalir semakin deras, ia kemudian menghamburkan tubuhnya ke Steve. "Terimakasih, aku sangat senang dengan ini semua," ucap Zira dalam pelukan Steve. Mia ikut meneteskan air mata bahagianya. Zira menatap Steve sambil bertanya. "Tapi bagaimana kamu tau jika ini adalah kering aku dan kedua orangtuaku?" Steve hanya tersenyum dan mengarahkannya matanya ke Mia. Zira pun menoleh ke arah mia, ia melepaskannya pelukanku pada Steve dan mendekati Mia. "Maafkan aku sempat marah padamu," ucap Zira. "Kamu memang pantas marah padaku Zira," ucap Mia. Mereka pun akhirnya saling berpelukan. "Sebaiknya kita segera masuk, kasian anak-anak yang sudah menunggumu," ucap Steve. Zira dan Mia pun mengangguk, mereka melangkah masuk kedalam ru
"Sudah sampai," ucap Han datar."Terimakasih. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ucap Mia dengan tatapan matanya yang mengarah ke depan tanpa menoleh kearah Han."Hemm.""Sepertinya adik bosmu sangat menyukaimu, tapi kenapa kamu terlihat sangat acuh padanya?"Han menoleh ke arah Mia. "Darimana kamu tau dia menyukaiku?"Mia pun menoleh ke arah Han yang menjawab pertanyaannya. "Aku selalu melihat ekspresi wajahnya yang akan langsung berubah masam ketika kamu bersamaku. Aku yakin dia sedang cemburu.""Aku tidak tahu."
"Kenapa kalian semua diam, aku ingin pulang dan bertemu ibu, kenapa dia tidak ada di sini?" ucap Zira kembali."Zira kamu masih sakit, dan harus banyak istirahat. Setelah sembuh kamu pasti akan bertemu dengan ibumu," ucap Roselly."Aku ingin bertemu ibuku.""Sayang, bersabarlah. Percayalah pada kami," ucap Steve. Ia memegang tangan Zira sambil menatapnya."Tuan, aku …," Zira merasa canggung. Dia memang mengenal Steve dan tau persis siapa Steve, namun dia lupa dan belum bisa menerima jika saat ini Steve adalah suaminya."Aku mengerti, tapi aku yakin perlahan kamu akan mengingat tentang hubungan kita."
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Cherry. Ia tidak sadar jika ucapannya telah salah."Apa itu benar?" tanya Zira. "Tapi bagaimana itu bisa terjadi. Aku, ahh." Zira kembali meringis kesakitan dan memegangi kepalanya."Sayang," ucap Steve. Ia langsung menggenggam tangan Zira. "Kita sudah menikah dan kita baru kehilangan calon anak pertama kita." Ucapan yang begitu saja lolos dari bibir Steve membuat Zira menatap kearah pria yang saat ini tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Kita, menikah?" Seakan tidak percaya, Zira menoleh kearah Mia dan mengharapkan jawaban darinya. Mia satu-satunya orang yang bisa ia percayai saat ini. Mia menganggukkan kepalanya dan Zira pun kembali menoleh kearah Steve, ia menarik tangannya dari genggaman Steve d
Mata Cherry penuh kekesalan menatap Mia dan Han. Cemburu itulah yang sebenarnya sedang ia rasakan. 'Han, kamu sungguh keterlaluan. Aku lebih lama mengenalmu tapi sekali pun kamu tidak pernah mengukir senyum untukku. Sedangkan dia? Huh, menyebalkan sekali,' batin Cherry."Cherry," panggil Roselly membubarkan lamunannya."Eh, iya mah?""Apa yang sedang kamu pikirkan, mamah memanggil kamu dari tadi malah nggak nyaut.""Maaf mah. Memangnya ada apa mah?""Pergilah membeli makanan, kita semua belum makan. Jangan sampai kita juga ikut sakit saat Zira sadar nanti."
"Apa kakak baik-baik saja?" tanya Mia membuyarkan lamunan Rian."Aku baik-baik saja.""Nak Rian, aku yakin kamu tahu yang terbaik buat Zira," ucap Roselly."Mungkin aku memang sangat menyayangi Zira, tapi aku juga tidak akan pernah mengambil apa yang sudah menjadi milik orang lain. Hanya saja, aku selalu ingin dia bahagia tanpa ada penderitaan lagi yang ia rasakan. Dan sekarang apa yang harus aku lakukan dengan keadaannya yang seperti ini?"Semuanya terdiam, Roselly pun tidak bisa berkata apa-apa. Ia tahu anaknya sangat mencintai Zira, namun saat ini Zira belum bisa mengingat apa yang terjadi selama ini bersama Steve. Sedangkan orang yang bisa membantunya perlahan mengingat semua kejadian dua