"Tunggu beberapa saat lagi, kamu akan jadi milikku selamanya Steve," ucap Casandra dalam hatinya.
"Shit! kenapa kepalaku terasa pusing," batin Steve memegang pelipis kepalanya.
"Tuan Steve apa anda baik-baik saja?" tanya seorang pengusaha padanya.
"Anda terlihat pucat, mungkin anda kelelahan dan butuh istirahat," yang lainya menimpali. Steve memijat pelipis kepalanya tanpa merespon ucapan mereka.
"Steve apa perlu aku mengantarmu ke kamar untuk beristirahat?" tawar Cassandra.
"Benar Cassandra antarlah dia untuk beristirahat," imbuh Hendarto.
"Tidak perlu! aku tau jalan menuju kamar hotelku sendiri," jawab Steve dengan angkuh, dia langsung berdiri dan beranjak dari tempat duduk.
"Cassandra pastikan dia sampai kamarnya dengan baik-baik saja. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada Steve," Hendarto meminta Cassandra mengikutinya. Di depan para pengusaha Hendarto menunjukkan kepeduliannya pada Steve semata-mata hanya untuk mendapatkan simpati dari mereka.
Tentu sikapnya pada Steve akan mempengaruhi pandangan mereka, jika dia bisa terlihat dekat dengan Steve, maka para pengusaha lain pun akan lebih mudah menaruh kepercayaan padanya.
"Baik paman, dengan senang hati aku akan memastikan jika Steve sampai di kamarnya baik-baik saja," jawabnya sambil tersenyum.
Tentu Cassandra sangat senang dengan perintah pamannya, karena memang itu adalah bagian dari rencananya.
Steve melangkah dengan sempoyongan, perasaannya tidak karuan, hatinya menginginkan sesuatu yang tak bisa dia pahami namun tubuhnya menginginkan segera untuk mendapatkan. "Perasaan apa ini, kenapa tubuhku terasa semakin panas?" gumamnya.
Dengan langkah tertatih ia berusaha melangkah agar segera sampai ke pintu lift yang menuju kamar hotel, Cassandra yang mengikutinya sambil tersenyum penuh kemenangan, ia segera menggapai tangan Steve.
"Sayang aku akan mengantarmu ke kamar," ucapnya. Steve menolaknya dengan cara mendorong lengan Cassandra agar menjauh darinya.
Steve menatapnya dan berbicara ketus, "Pergilah menjauh dariku."
Cassandra berusaha mendekati Steve kembali, "Steve kamu tidak akan bisa melewati malam ini tanpa aku."
Steve mencengkram pergelangan tangan Casandra dengan kuat, "Aku tahu ini rencana busukmu Cassandra, segeralah menjauh atau aku akan menyakitimu dan tidak akan pernah memaafkanmu," ucapnya. Ia mendorong tubuh Cassandra hingga tersungkur di lantai, dengan tatapan yang masih mematikan Steve memencet tombol lift meninggalkan Cassandra.
Flashback off
Steve mengingat terakhir kali dirinya bertemu Cassandra, itu adalah saat semua yang terjadi malam itu tanpa bisa dikendalikan. Amarahnya kini tertuju pada Casandra dan pamannya, ia yakin semua adalah rencana mereka yang tak lain hanya untuk mengincar kelemahan Steve.
"Mereka harus membayar semuanya," ucapnya. Steve menoleh ke arah pintu ketika mendengarnya terbuka.
"Tuan Steve." ucap Han yang sudah kembali dari tugas yang diberikan Steve. Han memiliki kunci duplikat kamar tersebut sehingga dia bisa keluar masuk kamar dengan mudah, kunci tersebut di khususkan karena Steve tidak mungkin membukakan pintu untuknya.
"Kamu sudah menemukannya?"
"Tuan saya sudah mengecek setiap cctv hotel, dan hanya foto ini yang saya dapatkan, saya tidak bisa melihat jelas wajahnya karena dia selalu menunduk," jelas Han.
Steve memandangi setiap foto tersebut, ia yakin itu adalah gadis yang semalam bersamanya, ia semakin di yakinkan dengan baju gadis itu yang tak asing baginya, itu adalah kemeja putih yang dia kenakan semalam. Namun sayang wajah gadis tersebut selalu menunduk hingga mereka tak bisa melihat jelas dan menjadi misteri.
"Apa kamu sudah menemukan siapa yang menjebakku?"
"Iya tuan, nona Cassandra yang menjebak anda."
Steve menyeringai mendengar jawaban Han. "Cabut semua kerjasama kita dengan perusahaan Hendarto, cari Casandra dan kirim dia ke pedalaman Sumatera."
"Tuan sebenarnya nona Cassandra menghilang sejak tadi malam," Steve mengernyitkan dahinya. "Dari rekaman cctv, nona Cassandra berusaha mengejar anda dan memakai lift berikutnya, tapi saat masuk ke dalam lift seorang pria ikut masuk bersamanya. Saya sudah mengecek kamar yang di pesan lelaki tersebut namun pagi ini kamar tersebut sudah kosong sedangkan tidak ada yang melihat mereka keluar, bahkan saya tidak melihatnya di rekaman cctv."
Kemana Cassandra, dan siapa laki-laki yang bersamanya?
Malam saat Casandra mencoba mengejar Steve. Cassandra menekan tombol lift berikutnya untuk menyusul Steve, namun saat pintu akan tertutup, tiba-tiba seorang pria menahan pintu liftnya. "Kenapa tidak menungguku Cassandra?" ucap pria tersebut sambil memencet nomor lantai yang berbeda dengan Cassandra. Bukan main kehadiran pria itu membuat Casandra sangat kaget, "L--leo? bagaimana kamu bisa ada di sini?" ucap Cassandra dengan bibirnya yang gemetar. Pria itu menyeringai, "Karena kamu juga ada di sini sayang," ucap Leo. Ia memegang dagu Cassandra hendak mencium bibirnya, namun Casandra langsung memalingkan wajahnya menghindari ciuman leo. Leo pun mengelus lengan mulu
Cassandra turun dari ranjang menghampiri meja tersebut, ia mengambil pisau dan menatap Leo yang tertidur pulas, entah apa yang ada dalam pikirannya namun dengan langkah perlahan ia mendekati ranjang dan tanpa aba-aba Casandra langsung naik di atas tubuh Leo. "Cassandra apa yang akan kamu lakukan?" ucap Leo kaget. Pria itu merasa terkejut saat mendapati Casandra sudah berada tepat di atas tubuhnya menggenggam sebuah pisau dengan raut wajah yang penuh amarah. "Mati kau bajingan! kamu merusak semua rencanaku," teriak Cassandra sambil menancapkan pisau di dada Leo. "Ahhk! Cassandra hentikan." "Aku membencimu, pria brengsek." Sumpah serapah keluar dari mulut Cassandra tanpa menghentikan
Steve duduk di ruang kerjanya sambil memikirkan banyak hal, sesekali jarinya mengetuk meja. Suara pintu ruangan terbuka, Steve langsung menatap ke arah siapa yang datang."Apa kamu sudah mendapatkan petunjuk?" tanyanya pada Han."Belum tuan.""Kenapa kali ini kamu sangat bodoh Han?"Han diam tanpa menjawab pertanyaan Steve, namun dalam hatinya ia menggerutu, "Tuan bagaimana saya bisa menemukan gadis itu sedangkan anda sendiri tidak bisa mengingat wajahnya sedikitpun.""Apa kamu yakin sudah memeriksa cctv setiap sisi dan ruangan hotel?""Saya yakin tuan, dan foto itu satu-satunya petunjuk kita."
"Jadi gadis ini berhutang pada kalian?" tanya Steve masih menatap Zira, "berapa hutangnya?""Dua puluh juta," jawab salah seorang dari mereka.Mata Zira langsung terbelalak. "Tunggu! kenapa kalian menambah jumlah hutangku?""Itu karena ditambah bunganya, ayahmu meminjam sepuluh juta, tapi dalam jangka dua bulan ini dia tidak membayarnya,""Kalian benar-benar memerasku.""Diam!" bentak Steve. "Kalian bawa gadis ini dan enyahlah dari hadapanku," imbuhnya.Steve mendorong Zira ke arah dua pria tersebut, lalu kedua pria tersebut menarik tangan Zira. "Ikut kami dan jangan mencoba untuk kabur, atau kami
"Tuan aku janji akan mengembalikan secepatnya, tapi aku mohon beri aku waktu," rengek Zira.Steve mengambil ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang, setelah panggilan selesai tak lama kemudian Han datang menghampiri mereka.Steve menatap Zira tajam. "Aku beri kamu waktu dua hari, jika kamu tidak bisa mengembalikan dalam jangka waktu yang aku berikan maka bersiaplah kamu untuk memuaskanku," gertaknya."Ba-baik tuan saya setuju," jawab Zira."Han antar dia pulang dan pastikan itu adalah rumahnya, aku tidak mau sampai gadis ini kabur dan membohongiku.""Baik tuan. Nona mari ikut saya."Zira melan
Zira tidak terima Keyla berkata kasar pada ibunya, meski memang ibunya kini hanya terbaring di rumah sakit karena penyakit stroke dan gagal ginjal yang dideritanya, hingga hampir setahun ibu Zira harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit dan tidak cukup sedikit uang untuk membayarnya.Tapi ibu adalah harta paling berharga bagi Zira, dan ia tidak akan pernah rela siapapun menghina ibunya termasuk adik tirinya.Zira sudah menjual sebagian harta orangtuanya, namun uangnya habis tidak hanya untuk perawatan ibunya saja, tapi juga untuk judi oleh ayah tirinya dan Keyla yang gemar shopping.Meski Zira selalu menegur hobi mereka yang tidak berguna, namun ia selalu kalah dan harus mengalah dengan sifat-sifat mereka.
"Tuan Steve anda benar-benar orang yang istimewa, sebuah keberuntungan bagi seorang wanita bisa ada di pangkuan anda saat ini," ucap seorang wanita sexi yang berpakaian minim tengah bergelayut manja di pangkuan Steve. Steve menyeringai, "Lakukan tugasmu, jika kau mampu memuaskanku malam maka aku akan memberikan apapun yang kau inginkan!" ucap Steve sembari memegang dagu wanita itu. Wanita itu pun tersenyum, lalu mencium bibir Steve dengan lembut, perlahan tangannya membuka satu persatu kancing baju Steve dan melepaskannya. Ia Pun melepaskan kaitan penutup dadanya, tangannya bergelayut pada tubuh Steve yang kekar, dengan lidahnya ia menelusuri setiap inci dada bidang Steve dengan liarnya. Steve berusaha menca
"Selamat malam tuan Steve?" sapa Han dengan sopan. "Hemmm!" "Ini berkas-berkas untuk proyek danau merah yang harus anda tandatangani sebelum besok pagi saya berikan kepada kontraktor," Steve menerima berkas yang Han berikan dan menandatanganinya. Han menunggu dalam diamnya namun dalam hati ia bergumam, "Semoga setelah ini aku bisa pulang tanpa tugas baru yang gila lagi." "Besok carikan aku wanita yang benar!" ucap Steve sambil menyodorkan berkas yang ada di tangannya. "Tapi tuan bukankah pelayanan jeni sangat baik?" "Apa kau