Share

Part6

Malam saat Casandra mencoba mengejar Steve.

Cassandra menekan tombol lift berikutnya untuk menyusul Steve, namun saat pintu akan tertutup, tiba-tiba seorang pria menahan pintu liftnya.

"Kenapa tidak menungguku Cassandra?" ucap pria tersebut sambil memencet nomor lantai yang berbeda dengan Cassandra.

Bukan main kehadiran pria itu membuat Casandra sangat kaget, "L--leo? bagaimana kamu bisa ada di sini?" ucap Cassandra dengan bibirnya yang gemetar.

Pria itu menyeringai, "Karena kamu juga ada di sini sayang," ucap Leo. Ia memegang dagu Cassandra hendak mencium bibirnya, namun Casandra langsung memalingkan wajahnya menghindari ciuman leo.

Leo pun mengelus lengan mulus Cassandra. "Kenapa? apa kamu lupa ucapanku sayang, atau kamu ingin publik melihat tubuhmu yang mulus dan sexi ini dengan gayamu yang liar di ranjang itu." 

Seketika Casandra terperanjat mendengar ucapan Leo dan langsung menatapnya. "Hentikan Leo! apa kamu akan selalu mengancamku seperti ini."

Leo menarik pinggang Casandra ke dekapannya. "Aku tidak akan mengancammu jika kamu menuruti keinginanku sayang, kamu tau kan? jika aku hanya ingin kamu seperti dulu yang tak berpaling dariku dan selalu setia bersamaku, jadi..., jangan coba-coba melawanku atau kamu akan tau akibatnya," ucapan Leo seketika membuat Casandra diam dan hanya menggigit bibirnya yang kelu.

"Sial bajingan ini selalu mengancamku," batin Cassandra.

Leo mantan kekasih Cassandra yang telah menjebak Cassandra saat tahu kekasihnya mulai menghindarinya karena telah pindah ke lain hati pada seorang CEO, malam dimana Cassandra mabuk ia sengaja membawa Casandra ke hotel dan merekam setiap adegan ranjang yang mereka berdua nikmati. Leo yang tidak rela untuk kehilangan Cassandra menjadikan rekaman itu sebagai alat untuk selalu mengancam Cassandra jika menghindarinya dan menolak keinginannya, entah itu sekedar makan dan jalan bahkan sampai melayaninya pun membuat Casandra tak bisa menolak.

Leo menggiring Casandra ke kamar hotel yang sudah ia pesan, tangan Cassandra yang di genggam kuat membuatnya harus menuruti kemana pria itu membawanya.

Leo mendorong tubuh Casandra ke atas ranjang dan segera menindihnya, menciumi tengkuk leher Cassandra dengan lembut.

"Leo hentikan, aku harus menemui seseorang," ucapan.

Seketika Leo menghentikan ciumannya dan duduk mengunci kaki mulus Cassandra dengan pahanya, ia menatap Cassandra dengan tajam. "Apa kamu akan meninggalkanku untuk menemui Steve?"

"Leo aku janji akan segera kembali dan memuaskanmu, tapi biarkan aku menemui Steve, dia membutuhkanku saat ini dan ini adalah rencanaku untuk mendapat kelemahannya, jika aku berhasil menemaninya malam ini maka kita akan dengan mudah menikmati hartanya" jelas Cassandra.

"Apa kamu akan menggunakannya dengan tubuhmu?"

"Ini adalah jalan satu-satunya."

Plaaaaaakkkk!

Tamparan mendarat di pipi Cassandra hingga mengeluarkan cairan merah di ujung bibirnya. "Kamu pikir aku akan mengijinkan pria lain menikmati tubuhmu Cassandra."

Leo langsung mengulum bibir Cassandra dengan ganasnya, melucuti kain demi kain yang membalut tubuh Cassandra hingga tak tertinggal sehelai benangpun. Tak ada perlawanan dari Casandra karena ini sudah sering terjadi, jika ia melawan maka Leo akan semakin menyakitinya jadi ia lebih memilih untuk sama-sama menikmati.

Namun kali ini Casandra tak menolak juga tak memberi respon, ia hanya diam menerima sentuhan Leo yang selalu penuh gairah dan tak pernah puas dengan tubuhnya.

Leo terus menikmati tubuh Cassandra tanpa melewati setiap incinya, tanpa perduli Cassandra yang tak merespon bagaikan mayat hidup. Hentakan cepat terus ia lakukan hingga akhirnya ia tumbang di samping tubuh Cassandra.

Tak seberapa lama Leo pun terlelap, namun Cassandra masih menatap langit-langit ruangan dengan pikiran yang hanya tertuju pada Steve. Ia melirik pria yang ada di sampingnya, seorang pria dengan tubuh yang sama polos dengannya, ia melihat sekeliling kamar hingga akhirnya matanya seketika tertuju pada pisau buah yang berada di meja, seketika pikirannya merencanakan sesuatu.

Cassandra bangun dari tidurnya dengan tubuhnya yang polos ia melangkah mendekati meja , diambilnya pisau buah tersebut lalu ia terdiam sejenak menatap ke arah ranjang. "Apa mungkin aku harus menghabisi nyawanya agar tak lagi menggangguku?" batin

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lasma Nurkhaida
mantap imajinasi author ini iya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status