Share

Menikahi Sahabat Tunanganku
Menikahi Sahabat Tunanganku
Penulis: Nikma

Bab 1

2 Juni 2023

“Sayang, kamu liat deh— ini beberapa contoh undangan buat acara pertunangan kita nanti. Kamu suka yang mana?” Cantika dengan semangat menjajar beberapa lembar contoh undangan di meja café. Namun Dion sama sekali tak peduli, bahkan sejak tadi dia hanya fokus dengan layar hp-nya.  

“Terserah kamu aja,” sahut Dion singkat.

Cantika kecewa dengan sikap Dion yang selalu cuek padanya. Hubungan mereka memang terjalin karena perjodohan keluarga, tapi Cantika selalu tulus mencintai Dion.

“Sayang, kamu liat dulu dong contoh undangannya. Ini kan bukan cuma acara aku aja, tapi kamu juga. Pendapat kamu juga dibutuhin.” Cantika berusaha memohon, tapi Dion sama sekali tak peduli.

“Milih undangan doang apa susahnya sih? Gak usah lebay deh,” ucap Dion datar. Tangannya masih sibuk mengetik sesuatu di layar hp-nya, seolah Dion saat ini sedang sibuk chatting dengan orang lain. Cantika merebut hp Dion, dan itu seketika membuat Dion berdecak kesal. Cantika melihat layar hp Dion, dan melihat kolom chat Dion dengan Lian—sahabat Dion.

[Kemarin gue liat kandang Lilo udah bobrok, ntar sore gue ke sana. Sekalian gue bawain kandang baru buat Lilo.]

Tanpa sadar Cantika mencengkeram hp Dion saat membaca pesan tersebut. Sejak dulu, Cantika tahu jika Dion sangat dekat dengan Lian. Dion bahkan jauh lebih perhatian pada peliharaan Lian daripada dirinya. Jujur Cantika cemburu, bahkan pada kucing.

“Aku lagi bahas rencana pertunangan kita, tapi kamu malah lebih mentingin kandang kucingnya Lian?” tanya Cantika. Kali ini dia tidak sanggup lagi menahan emosi. Dion benar-benar tak pernah menghargainya sama sekali.

“Balikin hp aku.” Dion berusaha merebut hp-nya kembali, tapi Cantika segera menjauhkannya.

“Aku calon istri kamu, Dion! Tapi kenapa kamu lebih fokus sama Lian, Lian, Lian terus? Kenapa kamu segitunya sama Lian? Kamu suka sama dia? Kamu homo?”

Pertanyaan sarkas dari Cantika membuat Dion menggebrak meja dengan kencang, cangkir berisi cappuccino di atas meja sampai menumpahkan isinya.

“Jaga mulut kamu!”

“Kamu yang harusnya jaga perasaan aku!” suara Cantika meninggi hingga beberapa pengunjung café menoleh ke arahnya. Cantika mengabaikan pandangan orang-orang padanya. Kali ini dia sudah tidak tahan lagi dengan sikap Dion, pria itu terlalu menyakitinya.

“Kapan kamu bisa ngehargain aku?” suara Cantika bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca. Namun Dion sama sekali tidak menunjukkan empatinya, pria itu hanya berdecak kesal.

“Terus kamu maunya apa?” tanya Dion ketus.

“Kamu bantuin aku buat ngurus rencana pertunangan kita,” tegas Cantika. Dion terdiam sejenak, dia menatap Cantika dengan dingin. Tak lama kemudian, dia mendekatkan wajahnya pada Cantika. Sebelah tangannya langsung merebut kembali hp-nya dari tangan Cantika.

“Aku kan udah bilang, urusan pertunangan, urus aja sendiri,” ucap Dion penuh penekanan.

Cantika menatap Dion tak habis pikir, kali ini air matanya mengalir. Dan lagi-lagi, Dion terkesan tak peduli, bahkan masih bisa melanjutkan ucapan dinginnya.

“Dari awal, aku nggak pernah nganggep hubungan kita serius. Orangtua kita yang pengen kita nikah demi kepentingan bisnis, jadi anggap aja hubungan kita cuma formalitas.” Dion bangkit dari duduknya, kemudian berjalan pergi.

“Dion, mau kemana kamu?”

“Bukan urusanmu,” sahut Dion yang bahkan tidak menoleh ke arah Cantika sama sekali.

"Pasti kamu nyamperin Lian, kan? Beneran bucin kamu sama Lian? Dasar cowok nggak normal!"

Dion menghentikan langkahnya, kedua tangannya terkepal erat saat mendengar makian darinya. Namun  detik berikutnya Dion memutuskan kembali melangkah dan mengabaikan Cantika begitu saja. 

Air mata Cantika makin mengalir melihat Dion yang terus beranjak pergi. 

"Pergi aja kamu! Aku gak bakal peduli lagi sama cowok belok kayak kamu!" Cantika mengusap airmatanya dengan kasar, pria tak berperasaan seperti Dion harusnya tidak pantas ditangisi.

“Aku nggak terima kamu perlakukan aku kayak gini,” desis Cantika. “Jangan kira aku bakal diem aja setelah kamu injek-injek harga diriku. Liat aja nanti…” Cantika mengemasi beberapa lembar undangan yang ada di atas meja. Setelahnya, dia meninggalkan meja café, mengabaikan banyak orang yang masih memerhatikannya dari meja mereka.

***

5 September 2023

Tiga bulan kemudian, acara pesta pertunangan Cantika dengan Dion tetap terselenggara tanpa satu kekurangan. Meski Dion benar-benar tak ikut campur tangan dalam urusan pertunangan, Cantika sanggup mengurusnya sendiri. Mulai dari memilih undangan, EO, dan segala tetek bengeknya. Selama ini Dion yang membuat Cantika sadar, sebegitu tidak berharga dirinya di mata Dion.

“Selamat yaa…”

“Makasih…”

Cantika tersenyum menyambut beberapa orang yang menjabat tangannya untuk memberikan selamat. Dion berdiri di samping Cantika, menerima ucapan dari para hadirin meski kentara tanpa minat. Cantika sadar jika momen ini sangat tidak penting baginya, namun Cantika akan memastikan jika ini adalah momen yang tidak akan pernah dilupakan pria itu seumur hidupnya.

Cantika menatap sekeliling, saat merasa jika tamu undangan sudah cukup banyak, Cantika sengaja merebut mic yang digunakan oleh presenter untuk membawakan acara.

“Mohon perhatian semuanya…”

Para tamu undangan seketika menoleh dan menatap pada Cantika.

“Ini merupakan hari spesial saya— namun bukan karena hari ini saya bertunangan dengan Dion Ferdiansyah… di hari ini, justru saya ingin membuat pengumuman penting.” Cantika menoleh ke arah Dion yang balas menatapnya dengan dingin. Tatapan Dion seolah penuh tanya dengan apa yang sebenarnya akan Cantika lakukan.

“Pengumuman tersebut adalah— saya dan Dion memutuskan untuk membatalkan pertunangan.”

Hening sesaat. Namun tak lama kemudian beberapa tamu undangan berkasak kusuk seolah menggunjingkan hubungan mereka. Damar dan Wina, orangtua Dion berjalan mendekati Cantika dengan tergesa-gesa. Begitu pula Ariny dan Robby, orangtua Cantika.

“Maksud kamu apa? Kenapa tiba-tiba kamu ngomong mau mutusin pertunangan?” bisik Robby.

“Cantika, kalau kamu sedang bertengkar dengan Dion, baiknya dibicarakan baik-baik setelah acara. Jangan seperti ini," bujuk Wina. 

“Justru aku ngomong di sini biar semuanya jelas. Sebelumnya aku mau minta maaf sama Mama, Papa… juga Om Tante…” Cantika menatap kedua orangtuanya, kemudian kedua orangtua Dion. “Selama ini, Dion nggak pernah cinta sama aku. Dia bersedia tunangan, bahkan menikah sama aku juga karena terpaksa. Aku nggak pengen hubungan kami terus lanjut dengan keterpaksaan. Lagipula, sekarang aku udah nemuin orang yang aku sayang…”

Para tamu undangan makin riuh berkasak-kusuk. Dion terdiam menahan geram, dia merasa dipermalukan oleh Cantika. Dion melangkah tegas mendekati Cantika, lalu menarik tangannya.

“Ikut aku!”

“Apaan sih? Lepasin! Acara aku belum selesai!” Cantika menghempaskan tangan Dion yang mencengkeram pergelangannya. Cantika menggunakan mic untuk kembali bicara. “Hari ini saya pengen memperkenalkan calon suami saya yang sebenarnya, Lian Narendra…”

Lian muncul dari arah belakang, melangkah mantap membelah para tamu undangan yang refleks memberi jalan untuk Lian yang berjalan menghampiri Cantika. Dion tercekat, masih tak percaya jika sahabat terbaiknya hadir di acara pertunangannya sebagai pengganti dirinya. Dion mendekat pada Lian.

“Maksud lo apa?” tanya Dion penuh penekanan.

Sorry, Bro,” jawab Lian. “Tapi bukannya selama ini lo selalu keberatan kalo harus tunangan apalagi nikah sama Cantika? Gue bersedia gantiin lo.”

Dion makin geram hingga spontan menarik kerah baju Lian. “Tapi gak kayak gini caranya, ini sama aja lo bikin malu gue di depan banyak orang.”

Cantika mendorong tubuh Dion menjauh dari Lian, detik berikutnya Cantika mendekatkan wajahnya pada telinga Dion lalu berbisik, “Jangan nyalahin Lian, apa yang terjadi di acara pertunangan kita murni rencana aku.”

Cantika tersenyum puas. Dia tau jika acara pesta kali ini bukan cuma mempermalukan Dion, tapi juga keluarganya, bahkan keluarganya sendiri. Entah apa yang sudah merasuki Cantika, tapi dia sama sekali tidak merasa menyesal dengan apa yang telah dia rencanakan.

Cantika kembali mendekat pada Lian dan menggandeng lengannya dengan sok mesra.

“Kerja bagus,” bisik Cantika. Lian hanya diam meski terlihat dari wajahnya sedang menahan geram, dia berusaha menarik tangannya namun Cantika makin erat menggandengnya.

“Senyum dong, jangan kayak orang terpaksa gitu,” bisik Cantika di telinga Lian.

“Kamu emang maksa aku, dasar Rubah Betina!” Lian balas berbisik penuh penekanan. Cantika menahan tawa mendengar julukan yang diberikan Lian.

Dion masih berdiri terpaku menatap ke arahnya dan Lian. Menyadari sepasang mata elang itu sedang menatapnya, Cantika sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Lian. Sudut bibirnya terangkat, kali ini dia benar-benar puas karena berhasil membuat Dion terlihat seperti orang bodoh.

“Cantika!”

Satu teriakan menggelegar yang sukses membuyarkan euforia di hati Cantika. Suara yang keras dan tegas milik Robby. Cantika sudah menduga kalau papanya pasti akan marah karena keputusan gilanya. Cantika baru menoleh ke arah sumber suara, namun saat yang bersamaan kepalan tangan Robby menghantam wajah Lian.

Tubuh Lian limbung sesaat setelah pipi kirinya menerima pukulan.

“Lian!” Pekik Cantika sambil menahan tubuh Lian agar tetap berdiri. Cantika langsung menarik dagu Lian untuk melihat sudut bibirnya yang baru saja dipukul oleh Robby. Cantika shock melihat sudut bibir tersebut robek. Cantika mengusap darah yang mengintip di ujung bibir Lian, sebelum menoleh penuh dendam pada Robby.

“Apa hak papa mukul Lian? Dia laki-laki pilihan aku— kalo papa nggak setuju, papa nggak perlu nganggep dia menantu. Lagian aku juga nggak butuh restu dari papa.”

“Kamu memang anak kurang ajar!!” Robby Kembali mengangkat tangannya, seolah akan menampar Cantika. Namun Ariny— mama tiri Cantika lebih dulu menahannya.

“Pa— jangan!”

“Pukul aja, Pa! Pukul!” tantang Cantika. “Kenapa sekarang papa marah? Bukannya biasanya papa nggak pernah peduli sama apa pun yang aku lakuin? Yang papa peduliin cuma istri baru papa dan anak-anaknya.”

Lian meremas tangan Cantika, seolah memberi kode agar Cantika tidak meneruskan keributan dengan Robby. Terlebih di hadapannya, Robby terlihat tak kalah emosinya. Tangan kanannya masih ditahan oleh Ariny. Emosinya memuncak hingga wajahnya merah padam, namun Cantika sama Sekali tak gentar. Kedua matanya menatap Robby dengan tegas.

“Kalo papa nggak setuju sama pertunangan ini, papa boleh pergi.”

Robby terdiam menatap Cantika dengan geram. Cantika sama sekali tak gentar, dia balas menatap Robby dengan tegas. Selain Dion, Robby adalah pria yang selalu menyakitinya. Lelaki yang sebenarnya tak ingin dipanggilnya Papa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status