Share

Bab 3

5 September 2023

Beberapa jam setelah acara pertunangan usai.

Banquet Hall sudah sepi, menyisakan Lian dan Cantika yang masih duduk di sudut ruangan. Cantika memerhatikan Lian yang mengompres lukanya dengan kantong es.

“Sakit?” Cantika menyentuh luka di sudut bibir Lian yang belum kering.

“Pake nanya lagi, jelas sakit banget lah, Mbak,” jawab Lian sambil menyinkirkan tangan Cantika. “Makanya jangan pegang-pegang.”

“Ntar gue ganti rugi deh, bilang aja lo mau berapa?”

Lian memutar bola matanya saat Cantika membahas soal ganti rugi. “Di mata kamu, aku sematre itu? Yaudah, dua juta aja deh.”

Cantika tertawa mencibir sesaat setelah Lian meminta kompensasi.

“Padahal tadi acaranya udah seru, sayang banget bokap gue ngerusak suasana,” keluh Cantika. Lian mencebik.

“Kamu sendiri kali yang ngerusak suasana. Puas kamu sekarang?” tanya Lian dengan nada datar.

“Puas dong, Sayang… soalnya sekarang kita udah resmi tunangan. Gue udah berhasil ngerebut lo dari Dion.” Cantika tersenyum tanpa dosa sambil mengangkat tangan kirinya, mengingatkan jika di jari mereka kini sudah melingkar cincin kembar.

“Udah gila beneran kamu!” sinis Lian.

“Dion yang bikin gue kayak gini.” Cantika tertawa, meski sebenarnya dia tidak yakin dengan apa yang dia tertawakan. Mungkin benar apa yang dibilang Lian, dia sudah gila.

“Gak usah nyalahin orang lain, Dion males sama kamu pasti karena udah nyadar dari dulu, kalo kamu itu cewek gila!” Lian menghela napas panjang sambil geleng kepala.

“Padahal muka lo kayak orang lugu, tapi lidah lo tajem juga ternyata,” ucap Cantika sambil mencubit pipi Lian geregetan. “Tapi gapapa, aku malah makin gemes sama kamu," goda Cantika, manja.

Cantika masih sibuk mencubit pipi Lian saat Dion kembali ke Banquet Hall tempat acara pertunangan mereka. Cantika yang melihat Dion kembali jadi menahan tawanya agar tidak pecah. Cantika masih ingin menertawakan wajah Dion yang terlihat bodoh setelah dipermalukan di acara pertunangan barusan.

“Dion? Aku kira kamu udah balik duluan?” sapa Cantika, namun Dion mengabaikannya. Dion hanya menatap pada Lian.

“Ada yang mau gue omongin sama lo, ikut gue.” Dion langsung balik badan dan melangkah pergi setelah mengatakan itu. Lian baru saja mau mengikuti Dion, namun Cantika dengan cepat meraih tangan Lian dan menggenggamnya.

“Oops, sorry— gak bisa,” tegas Cantika. Dion kembali berbalik menatap Lian. Mata Dion bergulir memerhatikan tangan Lian yang digenggam oleh Cantika.

“Lian sekarang udah resmi jadi tunangan aku, dan dia pasti lebih mentingin aku daripada sahabatnya,” sindir Cantika sambil tersenyum. “Iya kan, Sayang?” Cantika menoleh pada Lian. Beberapa saat Lian hanya diam sambil menatap Dion dengan ekspresi tidak enak hati.

“Sayang?” suara Cantika penuh penekanan, membuat Lian refleks mengangguk.

Sorry, Dion. Ntar aja gue samperin ke tempat lo.”

Cantika puas banget mendengar jawaban Lian. Cantika memerhatikan Dion dari puncak kepala hingga ujung kaki, baru kali ini dia melihat pria tersebut terlihat begitu emosi. Melihat ekspresi Dion yang menahan geram itu sebenarnya membuat Cantika ingin tertawa.

“Kamu denger sendiri kan, Dion? Lian sekarang ini nggak mau diganggu— lagian aku sama Lian baru aja tunangan, harusnya kamu tau diri dong. Jangan ganggu kami dulu, kita butuh waktu berduaan,” ucap Cantika sengaja memanas-manasi Dion.

Dion mengepalkan kedua tangannya, berusaha menahan emosi. Dion menoleh pada Lian yang berdiri di samping Cantika.

“Kenapa lo tiba-tiba tunangan sama Cantika?” tanya Dion.

“Gue—” Lian baru mau menjawab, tapi Cantika lebih dulu menyela. “Kan Lian tadi udah jawab, dia mau tunangan sama aku, gara-gara kamu nyia-nyiain aku. Sekarang kamu nggak boleh nyesel ya.”

“Sebenernya apa rencana kamu? Kenapa kamu ngelibatin Lian?”

“Rencana aku cuma mau jadi suami istri yang bahagia sama Lian. Udah dulu ya, aku sama Lian capek. Mau istirahat dulu.” Cantika langsung menarik Lian dan membawanya pergi keluar dari gedung acara. Dion menoleh, menatap sengit pada Cantika yang terus menarik Lian keluar dari Banquet Hall.

***

Cantika mengendarai mobilnya sambil terus tertawa-tawa teringat wajah bodoh Dion. Lian yang duduk di samping kemudi hanya diam, masih tak habis pikir ada orang yang sampai mempermainkan acara pertunangan hanya untuk memberi pelajaran untuk mantan tunangan.

“Aku harus pura-pura sampe kapan?” tanya Lian.

Cantika hanya mengangkat bahunya.

“Jawab yang serius! Aku juga nggak mau terlalu lama jadi tunangan palsu kamu, ntar yang ada aku nggak bisa deketin cewek lain,” gerutu Lian kesal.

“Sebelumnya gue udah bilang, kalo kita harus nikah. Pokoknya gue bakal ngerebut lo dari Dion. Biar dia patah hati.”

Lian menghela napas panjang, berusaha tetap tenang menghadapi Cantika yang selalu saja bersikap semaunya. “Masih aja mikir kalo Dion belok? Itu nggak bener, Dion masih normal. Dia suka cewek kok. Jadi please, jangan lagi ngelibatin aku sama rencana kamu yang di luar nalar itu.”

“Balik lagi, gue gak ngasih lo tawaran— tapi perintah.”

“Mbak Cantik—”

“Jangan kebiasaan manggil gue Mbak Cantik deh, kalo sampe kedenger orang lain, bakal aneh banget. Secara status kita sekarang tunangan. Gue juga harus ubah cara ngomong deh—” Cantika berdeham sejenak, lalu melanjutkan, “mulai sekarang gue bakal pake aku kamu. Biar kita lebih mesra.”

“Pasangan palsu, bisa mesra dari mana?” Lian hanya geleng kepala.

“Kamu nggak usah kebanyakan protes, cukup ikutin permainan aku.”

“Kenapa kamu harus sampe kayak gini sih, Can? Aku ngerasa kamu udah berlebihan. Kamu gak nyadar apa, bukan cuma Dion yang kamu bikin malu, tapi juga keluarga kamu— termasuk diri kamu sendiri.”

Cantika menggeleng sambil tertawa. “Bodo amat!”

“Agak lain emang kamu, Mbak.”

Cantika berdecak saat Lian masih memanggilnya ‘Mbak’. Lian hanya nyengir saat menyadari tatapan tak suka dari Cantika.

“Setelah ini mending kamu gak usah praktik lagi, kalo sampe ketahuan kamu dokter gadungan— aku juga yang malu.” Cantika menghentikan mobilnya di depan rumah kontrakan Lian.

“Kalo aku nggak praktik, aku dapet duit dari mana? Lagian kalo aku nggak jadi dokter gadungan lagi, kamu nggak bakal bisa ngancem aku, kan?” Lian melepas seat belt di tubuhnya, namun kesulitan. Cantika yang melihat itu spontan membantu Lian hingga tubuhnya berdekatan dengan Lian.

“Mulai sekarang, anggap aja kamu kerja sama aku. Berapa pendapatan kamu pas jadi dokter hewan, aku bakal bayar sama. Gimana?” tawar Cantika dengan wajah yang begitu dekat dengan Lian. Tidak nyaman dengan posisi mereka yang berdekatan, Lian buru-buru membuka pintu mobil dan keluar. Lian langsung menutup pintu.

Cantika membuka kaca mobil agar bisa melihat Lian, namun Lian langsung memberi gestur mengusir Cantika.

“Aku capek, mau istirahat. Kamu buruan pergi sana.”

“Kirain ditawarin masuk dulu.”

“Buruan pergi!”

Cantika berdecak kesal, tapi akhirnya melajukan mobilnya pergi dari sini. Setelah mobil Cantika berbelok dan tak terlihat lagi, Lian langsung balik badan berniat masuk rumah. Namun tiba-tiba saja sebuah pukulan keras mendarat tepat di pipi kirinya.

Lian seketika terdorong hingga tersungkur jatuh. Lian belum sempat bangkit, namun sepasang tangan lebih dulu menarik kerah bajunya. Lian baru menyadari jika sepasang tangan itu milik Dion.

“Kurang ajar lo! Selama ini gue selalu nganggep lo sahabat, kenapa lo ngekhianatin gue?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Juniarth
katanya nggak cinta kenapa mukul Lian?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status