Share

Bab 3

Author: Nikma
last update Last Updated: 2023-09-30 20:41:38

5 September 2023

Beberapa jam setelah acara pertunangan usai.

Banquet Hall sudah sepi, menyisakan Lian dan Cantika yang masih duduk di sudut ruangan. Cantika memerhatikan Lian yang mengompres lukanya dengan kantong es.

“Sakit?” Cantika menyentuh luka di sudut bibir Lian yang belum kering.

“Pake nanya lagi, jelas sakit banget lah, Mbak,” jawab Lian sambil menyinkirkan tangan Cantika. “Makanya jangan pegang-pegang.”

“Ntar gue ganti rugi deh, bilang aja lo mau berapa?”

Lian memutar bola matanya saat Cantika membahas soal ganti rugi. “Di mata kamu, aku sematre itu? Yaudah, dua juta aja deh.”

Cantika tertawa mencibir sesaat setelah Lian meminta kompensasi.

“Padahal tadi acaranya udah seru, sayang banget bokap gue ngerusak suasana,” keluh Cantika. Lian mencebik.

“Kamu sendiri kali yang ngerusak suasana. Puas kamu sekarang?” tanya Lian dengan nada datar.

“Puas dong, Sayang… soalnya sekarang kita udah resmi tunangan. Gue udah berhasil ngerebut lo dari Dion.” Cantika tersenyum tanpa dosa sambil mengangkat tangan kirinya, mengingatkan jika di jari mereka kini sudah melingkar cincin kembar.

“Udah gila beneran kamu!” sinis Lian.

“Dion yang bikin gue kayak gini.” Cantika tertawa, meski sebenarnya dia tidak yakin dengan apa yang dia tertawakan. Mungkin benar apa yang dibilang Lian, dia sudah gila.

“Gak usah nyalahin orang lain, Dion males sama kamu pasti karena udah nyadar dari dulu, kalo kamu itu cewek gila!” Lian menghela napas panjang sambil geleng kepala.

“Padahal muka lo kayak orang lugu, tapi lidah lo tajem juga ternyata,” ucap Cantika sambil mencubit pipi Lian geregetan. “Tapi gapapa, aku malah makin gemes sama kamu," goda Cantika, manja.

Cantika masih sibuk mencubit pipi Lian saat Dion kembali ke Banquet Hall tempat acara pertunangan mereka. Cantika yang melihat Dion kembali jadi menahan tawanya agar tidak pecah. Cantika masih ingin menertawakan wajah Dion yang terlihat bodoh setelah dipermalukan di acara pertunangan barusan.

“Dion? Aku kira kamu udah balik duluan?” sapa Cantika, namun Dion mengabaikannya. Dion hanya menatap pada Lian.

“Ada yang mau gue omongin sama lo, ikut gue.” Dion langsung balik badan dan melangkah pergi setelah mengatakan itu. Lian baru saja mau mengikuti Dion, namun Cantika dengan cepat meraih tangan Lian dan menggenggamnya.

“Oops, sorry— gak bisa,” tegas Cantika. Dion kembali berbalik menatap Lian. Mata Dion bergulir memerhatikan tangan Lian yang digenggam oleh Cantika.

“Lian sekarang udah resmi jadi tunangan aku, dan dia pasti lebih mentingin aku daripada sahabatnya,” sindir Cantika sambil tersenyum. “Iya kan, Sayang?” Cantika menoleh pada Lian. Beberapa saat Lian hanya diam sambil menatap Dion dengan ekspresi tidak enak hati.

“Sayang?” suara Cantika penuh penekanan, membuat Lian refleks mengangguk.

Sorry, Dion. Ntar aja gue samperin ke tempat lo.”

Cantika puas banget mendengar jawaban Lian. Cantika memerhatikan Dion dari puncak kepala hingga ujung kaki, baru kali ini dia melihat pria tersebut terlihat begitu emosi. Melihat ekspresi Dion yang menahan geram itu sebenarnya membuat Cantika ingin tertawa.

“Kamu denger sendiri kan, Dion? Lian sekarang ini nggak mau diganggu— lagian aku sama Lian baru aja tunangan, harusnya kamu tau diri dong. Jangan ganggu kami dulu, kita butuh waktu berduaan,” ucap Cantika sengaja memanas-manasi Dion.

Dion mengepalkan kedua tangannya, berusaha menahan emosi. Dion menoleh pada Lian yang berdiri di samping Cantika.

“Kenapa lo tiba-tiba tunangan sama Cantika?” tanya Dion.

“Gue—” Lian baru mau menjawab, tapi Cantika lebih dulu menyela. “Kan Lian tadi udah jawab, dia mau tunangan sama aku, gara-gara kamu nyia-nyiain aku. Sekarang kamu nggak boleh nyesel ya.”

“Sebenernya apa rencana kamu? Kenapa kamu ngelibatin Lian?”

“Rencana aku cuma mau jadi suami istri yang bahagia sama Lian. Udah dulu ya, aku sama Lian capek. Mau istirahat dulu.” Cantika langsung menarik Lian dan membawanya pergi keluar dari gedung acara. Dion menoleh, menatap sengit pada Cantika yang terus menarik Lian keluar dari Banquet Hall.

***

Cantika mengendarai mobilnya sambil terus tertawa-tawa teringat wajah bodoh Dion. Lian yang duduk di samping kemudi hanya diam, masih tak habis pikir ada orang yang sampai mempermainkan acara pertunangan hanya untuk memberi pelajaran untuk mantan tunangan.

“Aku harus pura-pura sampe kapan?” tanya Lian.

Cantika hanya mengangkat bahunya.

“Jawab yang serius! Aku juga nggak mau terlalu lama jadi tunangan palsu kamu, ntar yang ada aku nggak bisa deketin cewek lain,” gerutu Lian kesal.

“Sebelumnya gue udah bilang, kalo kita harus nikah. Pokoknya gue bakal ngerebut lo dari Dion. Biar dia patah hati.”

Lian menghela napas panjang, berusaha tetap tenang menghadapi Cantika yang selalu saja bersikap semaunya. “Masih aja mikir kalo Dion belok? Itu nggak bener, Dion masih normal. Dia suka cewek kok. Jadi please, jangan lagi ngelibatin aku sama rencana kamu yang di luar nalar itu.”

“Balik lagi, gue gak ngasih lo tawaran— tapi perintah.”

“Mbak Cantik—”

“Jangan kebiasaan manggil gue Mbak Cantik deh, kalo sampe kedenger orang lain, bakal aneh banget. Secara status kita sekarang tunangan. Gue juga harus ubah cara ngomong deh—” Cantika berdeham sejenak, lalu melanjutkan, “mulai sekarang gue bakal pake aku kamu. Biar kita lebih mesra.”

“Pasangan palsu, bisa mesra dari mana?” Lian hanya geleng kepala.

“Kamu nggak usah kebanyakan protes, cukup ikutin permainan aku.”

“Kenapa kamu harus sampe kayak gini sih, Can? Aku ngerasa kamu udah berlebihan. Kamu gak nyadar apa, bukan cuma Dion yang kamu bikin malu, tapi juga keluarga kamu— termasuk diri kamu sendiri.”

Cantika menggeleng sambil tertawa. “Bodo amat!”

“Agak lain emang kamu, Mbak.”

Cantika berdecak saat Lian masih memanggilnya ‘Mbak’. Lian hanya nyengir saat menyadari tatapan tak suka dari Cantika.

“Setelah ini mending kamu gak usah praktik lagi, kalo sampe ketahuan kamu dokter gadungan— aku juga yang malu.” Cantika menghentikan mobilnya di depan rumah kontrakan Lian.

“Kalo aku nggak praktik, aku dapet duit dari mana? Lagian kalo aku nggak jadi dokter gadungan lagi, kamu nggak bakal bisa ngancem aku, kan?” Lian melepas seat belt di tubuhnya, namun kesulitan. Cantika yang melihat itu spontan membantu Lian hingga tubuhnya berdekatan dengan Lian.

“Mulai sekarang, anggap aja kamu kerja sama aku. Berapa pendapatan kamu pas jadi dokter hewan, aku bakal bayar sama. Gimana?” tawar Cantika dengan wajah yang begitu dekat dengan Lian. Tidak nyaman dengan posisi mereka yang berdekatan, Lian buru-buru membuka pintu mobil dan keluar. Lian langsung menutup pintu.

Cantika membuka kaca mobil agar bisa melihat Lian, namun Lian langsung memberi gestur mengusir Cantika.

“Aku capek, mau istirahat. Kamu buruan pergi sana.”

“Kirain ditawarin masuk dulu.”

“Buruan pergi!”

Cantika berdecak kesal, tapi akhirnya melajukan mobilnya pergi dari sini. Setelah mobil Cantika berbelok dan tak terlihat lagi, Lian langsung balik badan berniat masuk rumah. Namun tiba-tiba saja sebuah pukulan keras mendarat tepat di pipi kirinya.

Lian seketika terdorong hingga tersungkur jatuh. Lian belum sempat bangkit, namun sepasang tangan lebih dulu menarik kerah bajunya. Lian baru menyadari jika sepasang tangan itu milik Dion.

“Kurang ajar lo! Selama ini gue selalu nganggep lo sahabat, kenapa lo ngekhianatin gue?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Juniarth
katanya nggak cinta kenapa mukul Lian?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab Extra 4

    Lian mengemasi segala keperluannya, Cantika, serta anak-anak ke dalam dua koper besar. Cantika menyisir rambut Theo. Nala dan Cio duduk menunggu di dekat mereka bertiga. Theo sesekali melirik ke adik-adiknya yang mengerjapkan mata berusaha untuk bangun sepenuhnya. “Ma, adek tidur lagi, tuh,” tunjuk Theo ke arah Cio.Lian dan Cantika sontak tertawa melihat Cio berusaha terjaga meski kepalanya oleng ke sana ke mari. Padahal sudah dimandikan, tinggal didandani, tapi nyatanya Cio dan Nala tidak tahan kantuk karena dipaksa bangun saat subuh.“Cio biarin aja tidur lagi,” ujar Lian. “Nala bangunin, biar Ayah dandanin,” imbuhnya.Theo beranjak ke tempat Nala yang diam keriyipan sambil memangku dagu di meja lipatnya. “Ngantuk banget, Dek?” tanya Theo membuyarkan kantuk Nala. Nala sedikit tersentak. “Kaget, ya? Maaf,” ucap Theo dengan sabar. Dia geret pelan tangan Nala menuju orangtua mereka. Nala kemudian duduk

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab Extra 3

    Cantika tengah sibuk dengan segala aktivitasnya di butik, menyusun desain terbaru dan koordinasi dengan Rudi dan Maya sebagai tim kreatifnya. Saat itu tiba-tiba terdengar suara notifikasi hp-nya. Cantika mengalihkan pandangannya sejenak pada layar hp-nya, terlihat ada pesan WhatsApp masuk dari Dion. Cantika segera meraih hp-nya dan membuka pesan itu. Mata Cantika langsung terbelalak melihat isi kiriman foto dari Dion.Foto itu menampilkan Lian yang duduk santai di sebuah kafe, bersama Fandy. Yang jadi masalah adalah Lian membawa ketiga anak mereka untuk nongkrong di café. Cantika memperbesar foto itu dan memperhatikan setiap detailnya. Terlihat Cio yang duduk di pangkuan Lian sembari sibuk mengenyot dot susunya. Theo disuapin makan oleh Fandy, sedangkan Nala duduk di kursi tinggi balita, dengan seluruh mukanya yang sudah cemong dengan es krim.Cantika segera menoleh pada Maya dan Rudi. “Maya, Rudi, tolong kalian handle urusan ini. Aku masih ada ur

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab Extra 2

    Lian berjongkok di samping ranjang. “Can, bangun, dong,” pintanya sembari mengelus kepala Cantika. Cantika mengerjap sebentar lalu menguap. “Ini jam berapa?” tanya Cantika. Matanya masih keriyipan. Dia lingkarkan lengannya di leher Lian. “Jam setengah enam.” Cantika mengernyit. “Tumben banget kamu bangunin aku jam segini, Yank?” Lian berdiri. “Lupa lagi? Hari ini kan jadwal imunisasi Cio sama Nala.” “Oiya!” Sontak mata Cantika terbuka lebar. Dia pun duduk lalu mengulet. Setelah menikah, memang sempat ada bahasan mengenai asisten rumah tangga. Cantika ingin memboyong Mbak Nikmah dan Mbak Pita dari tempat kakek ke rumahnya. Tapi Lian keberatan. Meski sudah cukup akrab dengan dua ART Rahadi itu, nyatanya Lian lebih ingin mengurus rumah dan anak-anak mereka sendirian saja. Cantika berpikir dalam-dalam. Dia juga tidak ingin kalau meninggalkan gadis-gadis itu bersama suami gantengnya saat dirinya bekerja. Jadi Cantika setuju saja asa

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab Extra 1

    Enam tahun berlalu sejak pernikahan Cantika dan Lian, rumah tangga mereka dihiasi dengan canda tawa anak-anak mereka yang memiliki jarak usia begitu tipis. Di awal pernikahan, mereka begitu bersemangat dan berniat untuk memiliki banyak anak. Karena Cantika sudah merasakan sendiri betapa kesepiannya hidup sebagai anak tunggal. Sedangkan Lian, sejak dulu memang menyukai anak-anak. Namun mereka tidak menyangka jika memiliki banyak anak adalah tanggung jawab yang begitu melelahkan. Lian tak pernah sehari pun bisa bangun lebih dari jam lima pagi. Karena tugasnya sebagai Ayah rumah tangga sungguh tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Sejak pagi Lian sudah sibuk memasak nasi, sayur dan lauk pauknya. Dilanjutkan dengan membuat bekal untuk anak pertama mereka, Theo yang sudah masuk TK. Dapur diisi aroma harum dari makanan yang sedang dimasak. Sementara Cantika baru bangun tidur setelah semalam begadang mengurus beberapa desain fashion baru. Dia keluar dari kamar lalu tersenyum melihat Lian ya

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab 111

    “Lian!” Fandy menggedor pintu kontrakan Lian pagi-pagi sekali. “Di mana sih lo?” gumamnya sambil mengecek kembali HP-nya. Dia sudah berusaha menelepon sohibnya itu tapi nomornya tidak aktif. “Nggak mungkin jam segini Lian belum bangun. Belum masuk jam kerjanya juga,” gerutunya.Fandy yang gelisah memutuskan untuk menelepon Dion. “Bro!” ucapnya begitu panggilannya diterima.“Apa sih, gangguin orang tidur aja!” sengak Dion dengan suara malas.Fandy mendesis. “Gue nyamperin Lian di kontrakan tapi dia nggak bukain pintunya. Gue telfon juga nggak aktif nomernya.”“Oooh...” sahut Dion sambil menguap. “Dia udah di klinik, kali? Atau di rumah Om Tian.”“Oke, kalo gitu gue cek ke klinik dulu. Lo share loc alamat Dokter Septian ke gue, ya!” ucap Fandy sembari jalan menuju motor sport-nya.“I

  • Menikahi Sahabat Tunanganku   Bab 110

    Lian termenung di teras rumah sembari bermain dengan kucing orennya. Meski tangannya sibuk menggelitiki tubuh anabul tersebut, namun pikirannya melayang. Masih terbayang-bayang kejadian sebelumnya-- saat dia mendapat penolakan dari Kakek Cantika. Jika Rahadi tak akan memberi restu, apakah hubungannya dengan Cantika memang harus berakhir sampai di sini?Lian menggeleng, rasanya belum rela jika dia merelakan hubungannya dengan Cantika begitu saja. Saat sedang termenung, tiba-tiba saja terdengar suara deru mesin mobil yang menepi di depan rumah kontrakannya. Lian menoleh, ternyata mobil Dion yang berhenti di depan halaman kontrakan. Tak lama kemudian, Dion turun dari mobilnya sambil menenteng kantong plastik. Lian tersenyum menyapa Dion. “Bawa apaan tuh?”Dion mengangkat kresek putihnya. “Makanan kucing."”Lian mencibir karena ternyata sohibnya itu hanya membawakan makanan untuk anabulnya saja. “Buat gue gak ada?”“S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status