Share

Bab 2 : Malam Pertama

Bab 2 : Malam pertama.

"Tira kamu sangat cantik hari ini. Aku semakin tak sabar ingin segera memilikimu seutuhnya." Bisik Alex pada telinga Tisa.

Tentu saja Tisa hanya tersenyum, senyum yang dipaksakan. 'Ini orang otaknya ngeres. Pake acara ngomong memiliki seutuhnya lagi! Iwh, kagak mau gue!' batinnya.

Tisa memang tidak pernah mendengar kata-kata manis terlontar dari mulut seorang pria. Ia merasa risih dengan hal-hal berbau ranjang dan kemesraan. Bahkan, Alex yang katanya seorang pria yang paling tampan pun tidak membuatnya tertarik. Entah pria seperti apa yang akan bisa menaklukan hati seorang Tisa.

Detik berikutnya, Alex melakukan prosesi akad dengan lancar dalam satu tarikan nafas. Pak Arya tampak lega karena acaranya sudah berjalan lancar.

Setelah acara akad, Alex dan Tira dipersilahkan untuk naik ke pelaminan dan keduanya mendapatkan banyak doa dari keluarga dan sahabat yang datang.

Saat hendak naik ke pelaminan, Tisa yang tidak pandai memakai heels berjalan oleng saat Ia langkahkan kakinya satu tingkat lebih tinggi dari tempatnya berdiri, dan beruntung Alex menangkapnya dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Tisa.

Detak jantung Tisa berdegup kencang saat Alex mengalungkan tangannya di pinggang Tisa. Sorot mata Alex seakan menusuk hatinya hingga Tisa tersadar dan langsung berdiri dengan tegak dengan ucapan maaf pada Alex.

Suara ledekan dari teman-temannya menjadi ramai kala kejadian itu menimpa keduanya. Alex salah tingkah dan mencoba tenang, ia duduk di kursi pelaminan yang telah tersedia untuknya.

Sepersekian detik, mereka saling bertatapan. Namun, arti tatapan keduanya tentu saja berbeda. Tisa membenci tatapan Alex karena membuatnya tak nyaman. Sementara Alex, semakin jatuh hati melihat wajah Tira yang semakin cantik hari ini.

Mereka berdiri di pelaminan dan menerima ucapan salam dari setiap pasang mata yang hadir. Alex terlihat bahagia saat mendapat ucapan selamat. Begitupun Tisa yang berpura-pura bahagia di depan semua pasang mata.

Setelah prosesi itu selesai, Tisa langsung masuk ke kamar karena Ia tak ingin berlama-lama menggunakan pakaian pernikahan. Beginya, pakaian pernikahan itu membuat kulitnya gatal. Tisa hendak pergi ke kamarnya. Namun naas, saat Ia memegang tuas pintu kamar, kamarnya terkunci. Lebih tepatnya, sengaja di kunci.

"Tira, kamu tidak boleh ke kamar ini lagi. Kamarmu ada di sebelah sana," ucap Pak Arya yang tiba-tiba saja mengagetkan Tisa.

"Aku mau ganti baju!" Tegas Tisa berbisik.

"Kau harus berpakaian seperti Tisa! Apa kau mengerti?" Pak Arya langsung pergi dengan kunci di tangan kanannya.

Tisa terlihat kesal dan mau tidak mau, Ia masuk ke kamarnya. Ia membuka lemari pakaian dan mulai mencari pakaian yang bisa Ia kenakan.

"Mana bisa aku pake pakaian yang biasa Tira pakai? Idih! Jijai!" Katanya sembari mencubit pakaian Tira dengan telunjuk dan jempolnya.

Tisa pun memilih baju tidur saja. Karena hanya itu pakaian Tira yang masih mending dipakai menurutnya. 'Mana mau aku pake dres sepuluh senti di atas lutut? Ogah!'

Tisa membawa pakaian ke kamar mandi. Ia hendak menghapus make up-ya dan mengganti pakaiannya.

Sementara itu, Alex dipersilahkan oleh Bu Mira untuk beristirahat di kamarnya. Karena Bu Mira cukup perhatian pada menantunya itu.

"Selamat beristirahat, Nak." Bu Mira langsung pergi dari hadapan Alex. Dan Alex pun masuk kamar kemudian menutup pintu kamar itu dengan rapat.

Alex merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membayangkan jika Ia akan melakukan apapun yang ada di pikirannya pada Tira, hingga Alex pun tersenyum nakal membayangkannya.

"Tira ...! Kamu di kamar mandi ya?" tanya Alex sembari merebahkan tubuhnya di ranjang.

Tisa terkejut mendengar sapaan Alex padanya. Dan Ia mulai was-was! "Jangan bilang, pria hidung belang itu ingin ... Ah! Tidak! Aku bukan Tira! Mana mungkin aku harus melakukan hal tak senonoh itu! Lagian, pernikahan ini kan cuma pura-pura saja!" Gumamnya sembari meraih handuk dan mulai memakai pakaiannya.

"Tira ...!" Panggil Alex lagi.

"Iya, sebentar." Jawab Tisa. Ia berpikir keras di kamar mandi. Ia tidak ingin Alex macam-macam padanya dan Ia memaksa otaknya untuk berpikir.

"Aduh! Aku harus apa? Dasar pria hidung belang! Apa dia tidak lelah seharian berdiri dan malam ini dia mau minta ... Ah! Ngeri!" Katanya bergidik ngeri saat membayangkan dirinya berasama dengan Alex.

Tisa sengaja diam di kamar mandi. Ia duduk di closet sampai ia pun terlelap di sana.

Sementara itu, Alex memang sudah tertidur sebelum Tisa tidur. Karena Ia lelah seharian menyapa tamunya.

Tepat jam dua dini hari, Tisa tersadar jika dirinya masih berada di kamar mandi. Ia pun berniat pergi dari kamar itu dan memastikan jika Alex sudah tertidur.

Tisa membuka pintu kamar mandi dengan sangat hati-hati dan Ia berjalan mengendap-endap hingga Ia sampai tepat di hadapan Alex yang sedang tidur.

"Ah! Syukurlah hari ini aku selamat. Bye pria hidung belang!" Kata Tisa sembari melangkah perlahan dan pergi.

Tisa membuka tuas pintu dengan sangat hati-hati dan Ia kesal karena pintunya terkunci dari luar. 'Sial! Ini pasti Ayah! Pintar sekali dia, sampai dia tau kalo gue bakal kabur di malam pertama gue sama Alex si pria hidung belang.' Batinnya sembari menyenderkan tubuhnya ke pintu yang terkunci.

Tidak ada yang bisa Tisa lakukan selain menunggu Ayahnya membuka pintunya itu. Dan selama itu, ia memutuskan untuk duduk bersila di lantai tepat dekat daun pintu hingga Ia terlelap di sana.

***

Keesokan harinya, Alex bangun lebih pagi dari Tira. Namun, Ia tak mendapati Tira disampingnya hingga Ia langsung terbangun. Ia melebarkan matanya untuk mencari Tira ke semua penjuru kamar dan Ia terkejut saat melihat jika Tira tertidur di daun pintu kamar.

Alex bangun dan berjalan beberapa langkah, mendekat pada Tira. Saat tiba di hadapan Tira, Ia berjongkok dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Tira.

"Kamu cantik, sayang. Dan kamu milikku, sekarang." Alex mengerucutkan bibirnya beberapa senti hendak menc*um Tira. Beberapa senti lagi, bibir Alex akan mendarat di kening Tira.

Namun, Tira membuka matanya dan langsung menendang Alex begitu saja pada bagian sensitivnya hingga Alex memekik kesakitan.

Alex tak menyangka jika Tira punya kekuatan sebesar itu saat menendang.

"Maaf, aku tidak sengaja," kata Tira langsung mendekat pada Alex yang seolah tak berdaya, dia mengaduh di atas lantai sembari memegangi bagian sensitivnya dengan kedua tangannya.

"Apa sesakit itu? Maaf," ucap Tira lagi, mengulanginya.

"Ini sakit sekali. Padahal dia belum berkenalan denganmu, kau malah menendangnya."

"Maaf, kau mengagetkanku tadi. Jika kau tidak nyosor, aku juga nggak akan nendang kok. Maaf ya, ini refleks. Mohon maaf," kata Tira pada Alex.

"Yasudahlah. Palingan, kau harus bersabar sampai dia baik-baik saja."

"Baiklah, ayo kita bersiap sarapan!" Ajak Tira sembari mengulurkan tangannya.

Tentu saja, uluran tangan Tira disambut hangat oleh Alex dan saat itu Alex malah menarik Tira hingga badannya bertumpuk di atas badan Alex.

"Sayang ...

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status