Share

Bab 4 : Curiga

Bab 4 : Curiga.

Tira terkejut karena seseorang menegurnya setelah Ia melemparkan sepatu pada pria yang Ia duga sebagai mata-mata musuh yang mengincarnya. Karena Tira adalah salah satu dari anggota club motor gede di kota itu.

Saat Tira menoleh, Ia dapati Alex yang tengah membelalakan matanya. Ia heran, karena Tira sebelumnya tidak pernah bertindak demikian.

"Tira, sepatu kamu, bukannya kau sangat sayang pada semua barang-barangmu? Bahkan, kau rela jalan kaki tanpa sepatu itu saat melewati kubangan air. Tapi kenapa kau lempar?" tanya Alex yang yang masih menatap Tira keheranan.

"Itu ... karena pria tadi ... mengintip. Ya, dia mengintip saat aku tengah ada di tolilet. Aku harus menjaga milikku yang kini sudah menjadi milikmu." Jawab Tira terbata-bata.

Alex langsung memeluknya dan meminta maaf karena Ia pikir, dirinya lalai dalam menjaga Tira.

"Nggak papa, Mas. Aku baik-baik aja kok," kata Tira yang lega karena Alex mempercayai alasannya.

Karena Alex tengah membelikan perhiasan, Ia langsung mengajak Tira pergi menuju ke rumahnya. Tira lega, karena sedikitpun Alex tidak mencurigainya.

'Lain kali, gue harus lebih berhati-hati. Gue harus banyak berlatih jadi Tira. Tenang Tisa, ini hanya untuk beberapa hari saja!' Batinnya.

Saat mereka di mobil, Ia menatap Tira dan mengeluarkan sebuah kotak berbentuk hati berwarna merah darah. Alex membuka kotak itu dan memperlihatkannya pada Tira. Diambilnya sebuah cincin permata berwarna biru kemudian Ia pasangkan cincin itu pada jari tengah Tira.

"Semoga kali ini, kamu suka dengan pilihanku." Ucap Alex sembari memasangkan cincin.

Cintin permata biru itu, memang terlihat pantas di jari manis tangan Tira. Kulitnya yang putih kekuningan, memperjelas keberadaan cincin itu.

"Aku suka," ucap Tira dengan mengangguk dan membalas senyum pada Alex.

Ucapa terima kasih pun Tira sampaikan. Tentu saja, berbeda dengan lubuk hatinya yang bahkan nyaris tak menyukai perhiasan. Apalagi, sekarang ada dua cincin yang melingkar, membuatnya semakin tidak percaya diri. Tampil cuek dan simpel adalah Tisa.

Alex juga memasangkan sepatu untuk Tira karena sepatu yang Ia lemparkan itu tak ditemukannya.

Walaulun Tira tidak perduli dari mana Alex dapatkan sepatunya, namun Alex pun berkata pada Tira, "untung saja ada sepatu ini."

'Terserah, yang penting gue pake!' Batinnya.

Mereka pun langsung pergi ke rumah Alex untuk menemui kedua orang tua Alex. Sesampainya di rumah, Alex langsung membawa Tira masuk ke rumahnya. Dan seperti biasa, Alex mempersilahkan Tira duduk dan Ia memanggil ibunya.

Saat Alex pergi, Tira takjub melihat beberapa foto yang di sana tampak seorang pria tengah menaiki motor gede. Baginya, foto itu terlihat keren. Hingga Tira meraba foto itu. Ia ingin tau siapa orang yang tengah berada di foto.

"Selamat datang, Tira." Suara seorang wanita membuyarkan pikirannya hingga Ia langsung menoleh dan menjauh dari foto itu. Ia juga kembali duduk dengan tenang.

Tira ingat pesan ibunya, kemudian Ia langsung menyalami wanita yang ada di samping Alex.

"Ibu senang kamu datang. Setelah acara kemarin, kamu pasti capek. Kamu mau 'kan tidur di sini? Ibu juga mau kamu pindah ke rumah ini. Sesuai janji, harusnya kamu pindah hari ini." ucap Bu Sani.

Tira tercengang mendengarnya. Ia seperti terjebak dalam permainannya sendiri. 'Gimana ini? Gue nggak mungkin tinggal disini? Harus jawab apa dong? Ya ampun! Semoga aja ini nggak lama! Tira, lo dimana? Mana gue nggak tau nama Ibunya Alex lagi! Mantu macem apa gue ini? Kalo gue pindah, semuanya pasti kebongkar!' Pikirnya mulai kacau.

"Tira, kok bengong? Ayo kita duduk!" Ajak Bu Sani membawa Tira ke ruang tengah, tempat biasnya keluarga Alex berkumpul.

Kali ini, tak ada siapapun di sana. Namun Tira tak ingin menanyakan hal itu karena Tira juga tidak perduli.

Setelah duduk, Tira masih melihat kesekeliking ruangan. Ia tampak asing saat melihat rumah Alex.

"Kamu sakit?" tanya Bu Sani yang mendapati Tira masih dengan kebingungan.

"Enggak, Tira cuma nggak bisa pindah." Celetuknya membuat Bu Sani terkejut.

"Tapi kenapa? Bukannya kamu sudah janji pada Ibu?"

"Soal itu, akan aku pikirkan Bu. Maaf ya," lanjutnya.

"Tapi ibu berharap kamu sama Alex segera pindah,"

"Pasti, Bu. Kita pasti pindah, tapì nggak hari ini ya," ucap Alex pada ibunya.

"Apa aku boleh ke toilet?" tanya Tira.

"Tentu saja boleh. Silahkan saja," Jawab Bu Sani.

"Disebelah mana ya?" Celetuk Tira.

"Ya ampun sayang, kamu lupa toilet rumah ini? Kamu lurus aja dan belok kanan aja dari sini." Jelas Alex yang menjelaskan sembari duduk dekat dengan Bu Sani.

Tira pun pergi ke toilet, sementara Bu Sani terdiam. Ia menatap kemana Tira pergi.

"Ibu kenapa?" tegur Alex pada Ibunya yang dinilai tak biasa saat menatap Tira.

"Ibu ngerasa, ada yang aneh dengan Tira. Dia kayak ling-lung. Apa dia sakit?" tanya Bu Sani.

"Dia baik-baik aja kok, Bu. Mungkin dia capek, Bu. Lagian, kami 'kan baru aja selesai melakukan serangkaian acara yang membuat kami kelelahan. Mungkin itu penyebabnya." Jelas Alex yang tak ingin membuat Ibunya khawatir.

"Semoga saja, apa yang kau ucapkan itu benar," jawab Bu Sani.

Sementara itu di toilet, Tira tengah mencoba menghubungi ibunya. Ia ingin bertanya soal apa yang tengah dikatakan oleh Tira pada Bu Sani.

Ketika sambungan telepon sudah tersambung, Tira langsung menyerbu Ibunya dengan beberapa pertanyaan.

"Bu, masa aku harus tinggal disini? Ibu 'kan tau, kalau itu nggak akan mungkin. Aku bukan Tira, Bu!" Ucap Tira yang terlihat kesal.

"Tisa, kamu ini Tira sekarang! Ingat itu! Menurut saja! Lagian, ini cuma beberapa hari saja. Bapak sedang mengusahakan mencari kakakmu. Jadi, bertahanlah sebentar lagi!" Ucap Bu Mira dari seberang telepon.

Sambungan telepon pun terputus. Tira membuang nafasnya kasar. Ia tak bisa berbuat apapun karena kebohongannya sudah hampir mencelakai dirinya sendiri.

Ia matikan keran air yang sedari tadi Ia nyalakan dan Ia hendak membuka pintu toilet.Ia terkejut kala melihat Bu Sani ada dekat daun pintu kamar mandi.

"Tira, siapa yang menghubungimu?" tanya Bu Sani.

Tira yang terkejut mencoba berpikir jernih. Ia mencari alasan yang paling masuk akal saat ditanyai hal itu.

"Ini soal Ibuku, Bu. Aku minta izin sama dia buat nginep semalam disini. Tapi dia nggak ada kabar lagi."

"Benarkah? Biar ibu saja yang menelepon. Pasti ibumu akan izinkan." Ucap Bu Sani antusias.

Tira yang salah bicara langsung menjawab lagi saat itu, " iya, Bu. Besok, aku akan pindah ..."

Bu Sani yang bahagia, langsung memeluk Tira dan tak mendengarkan kelanjutan perkataan Tira.

Tira pun pasrah jika Ia akan berakhir pindah rumah ke rumah Alex. Setidaknya, ia berpikir semua ini akan selesai ketika Tira kembali.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status