Início / Romansa / Menjadi Belahan Jiwa CEO / 5. Lari dan ... masuk ke?

Compartilhar

5. Lari dan ... masuk ke?

Autor: Aksarajjawi
last update Última atualização: 2025-12-09 14:42:09

Suara itu kontak membuat tubuh Jennara membalik. Terhampar bersandar di pintu itu.

Jennara mendongak pelan.

Dan dunia seolah berhenti berputar.

Pria di depannya berdiri dengan kemeja putih digulung sampai siku, rambut masih basah menetes-netes, dan sorot matanya… seperti bisa membunuh sekaligus menyelamatkan dalam satu detik yang sama.

Jennara ingat wajah itu.

"C-Chakra Ragantara?!" tuturnya terkejut, langsung menutup mulutnya sendiri.

Kedua mata pria itu menusuknya tanpa jeda. Langkah tenangnya maju. Tiga langkah, tanpa suara. Lalu berjongkok tetap di depan Jennara.

Menggeser tubuh Jennara enteng, seolah Jennara hanyalah benda ringan. Lalu, berdiri lagi. Mengintip sebuah panel digital kecil dari pintu. Monitornya memberitahukan, di luar pintu sudah ada sekerumunan manusia heboh membawa banyak kamera.

Pria itu adalah Chakra.

Yang sudah dikenali oleh Jennara ketika berita positifnya menguasai perhatian publik.

Tetapi, kini Chakra berada di tengah amukan para wartawan haus berita.

Chakra melirik turun. Melihat wajah dari gadis yang tiba-tiba memasuki kamar Super VIP miliknya ini.

"Bagaimana kerjanya Galang, menutup pintu saja tidak becus," ketus Chakra dalam hati.

Sebab, Jennara tak mungkin masuk ke kamarnya dengan mudah jika tidak ada celah pintu.

Asistennya itu pasti ceroboh lagi.

"Berdiri kamu," titah Chakra, menatap Jennara yang masih terduduk tanpa suara.

Gadis itu perlahan-lahan berdiri. Mengikuti intruksi Chakra. Wajahnya tertunduk. Tak berani sama sekali memandang pada Chakra.

"Berita kotor kamu sudah saya ketahui," ucap Chakra.

Seperti bom meledak di telinga Jennara. Gadis itu langsung menengadahkan wajahnya yang pucat pasi. Dia menggeleng cepat. Nyaris menangis.

"Cha... Ah, Pak Chakra! Tolong jangan pecat saya, Pak. Berita kayak gitu nggak akan mempengaruhi kerja saya, kok! Saya pasti akan profesional! Saya juga sudah dua tahun kerja di sana! Saya butuh uang pak! Cari kerja sekarang susah! Saya-"

"Jangan cerewet!" potong Chakra tegas.

Pria itu menghela napas berat. Memasang wajah yang cukup lelah dipandang Jennara. Membuat Jennara merasa benar-benar bersalah.

"M-Maaf, Pak. Kalau saya cerewet ... tapi saya benar-benar nggak bisa kehilangan pekerjaan." Jennara menunduk lagi. Menenggelamkan semua rasa takutnya di sana.

Rasanya, Jennara makin ingin melebur hilang dari Bumi. Atau bereinkarnasi menjadi Putri Raja! Seperti di buku-buku fantasy bacaannya. Tapi mana mungkin?!

"Kamu sadar, kamu sudah bawa masalah baru untuk saya?"

Keperkasaan suara Chakra kembali mengudara. Merenggut pikir Jennara. Jennara menggeleng sama sekali tidak mengerti.

"Saya ... bawa masalah apa buat Pak Chakra?" tanya Jennara, masih menunduk.

Chakra geram. Tidak suka dengan sikap Jennara. Dia maju selangkah. Meraih dagu Jennara, dan membuat gadis itu mendongak menatapnya.

"Kamu lihat ..." Chakra mengarahkan dagu Jennara, pada panel digital kamera intip di pintunya, lalu menyambung ucapan, "di luar sana banyak wartawan. Semua orang sudah tahu, saya adalah aset publik."

Chakra melepas dagu Jennara, hingga gadis itu tersentak sedikit.

Chakra melangkah tegas. Menuju nakas. Meraih ponsel miliknya. Dan berjalan mendekat ke arah Jennara lagi.

Chakra membuka ponsel itu. Menggulir isinya serius. Lalu menyodorkannya tepat di depan wajah Jennara. Sampai gadis itu terkesiap kaget.

"Baca artikel ini!" suruh Chakra dingin.

Jennara langsung menurut. Matanya terbuka lebar. Menyoroti tulisan biru besar dari balik layar ponsel milik Chakra.

Seketika .... Jennara langsung merasa kehilangan jantungnya lagi dan lagi, dengan unggahan berita terbaru yang sangat-sangat fresh.

Satu menit yang lalu.

[ TERNYATA, ALINKA JENNARA JADI SIMPANAN GADUN! KAMAR HOTEL VIP MILIK KELUARGA RAGANTARA, DIMASUKI ALINKA JENNARA! LUSA, CHAKRA RAGANTARA JUGA KELUAR DARI KAMAR YANG SAMA, APAKAH INI BERITA SENSASIONAL YANG MENGGUNCANG KESUKSESAN CHAKRA RAGANTARA?! ]

"Bagaimana ... Alinka Jennara... cara kamu bertanggung jawab?"

Sisa-sisa hidup yang dimiliki Jennara kini tak tahu tinggal berapa. Jiwa dan raganya terasa sudah ringan. Seperti kantong plastik yang siap terbang tak berdaya dihampar badai angin.

Jennara menunduk lagi.

Menggelengkan kepala sangat pelan.

Suaranya mulai terdengar.

"S-saya... nggak tahu, Pak. Maaf..."

Chakra diam.

Meneliti Jennara.

Sekilas melirik lagi ke arah panel digital pintunya. Para wartawan masih heboh.

Sehingga otak cerdas Chakra kontan, terbesit sebuah ide.

Cukup gila, tapi bisa menyelamatkan.

Chakra menyeret Jennara, mendekat ke nakas. Gadis itu menurut begitu saja. Sambil menyaksikan tindakan apa yang akan dilakukan oleh Chakra.

Pria itu membiarkan Jennara berdiri di dekat ranjang hotelnya. Sedang, dia membuka laci. Mengambil sebuah kotak perhiasan berwarna merah.

Terjeda sejenak saat akan mengambilnya. Melambung berpikir, ingat akan seseorang. Tapi, tak digubrisnya ingatan itu.

Chakra langsung menyambar kotak tersebut. Menutup laci dengan cekatan. Lalu berdiri tegak di depan Jennara.

"Mana tangan kamu," kata Chakra, tetap datar.

"B-buat apa, Pak?"

Chakra tak menjawab. Langsung meraih tangan kiri Jennara. Tak menunggu izin dari gadis itu. Lalu, memegang jari manisnya.

Kotak perhiasan yang dia ambil, kemudian dibuka. Chakra mengeluarkan sebuah cincin dengan berlian biru lima karat dari sana. Menyematkan cincin itu pada jari manis Jennara.

Menekan dengan paksa, sampai Jennara menahan deritan kulit yang cukup perih di jari manisnya. Berusaha mengontrolnya dengan menggigit bibir. Memberanikan diri untuk melihat presensi tubuh Chakra di depannya.

Pria itu tampak termenung memandangi jari manis Jennara, saat tindakan paksanya memasang cincin di jari Jennara sudah terlaksana.

Dan Jennara ikut memandangi jarinya.

Melihat dengan terkesima. Betapa indahnya cincin itu menguasai jari manis di tangan putihnya yang selalu dia rawat. Walau memang kini cincin itu mengunci perih di jarinya.

Napas Jennara kini seakan tersangkut di tenggorokan. Mengingat bahwa impiannya, hari itu harus dipasang cincin yang sesuai dengan ukurannya. Dan harus dari orang yang tulus kepadanya.

Tapi sekarang, jarinya sudah diikat dengan sebuah cincin yang begitu terasa berat, dingin, dan… terlalu sesak di jarinya.

Mata Jennara memanas, menatap lekat pada pria yang sudah memasangnya, "ini... apa maksudnya, Pak?"

"Gosip itu akan menguasai seluruh media masa. Satu-satunya langkah yang tepat adalah mengakui hubungan, dan mengubahnya menjadi topik bersih." Chakra menjelaskan dengan sangat detail, dan menuntut, seolah Jennara harus menurut.

Tapi, Jennara kontan menggeleng lemah. Otaknya tak bisa berpikir. "Maksud bapak apalagi?! Saya nggak mengerti ..."

"Ikut saya sekarang. Kita temui wartawan. Sebarkan berita pertunangan kita sekarang juga."

Sayangnya Jennara masih tenggelam dalam pikiran kacaunya. Tak menyahut ataupun bergerak merespon Chakra.

Chakra meredam amarahnya sendiri kalau gadis itu malah sama sekali tak bersuara.

Chakra bergerak menarik paksa tangan Jennara. Menarik ponselnya sendiri, lalu memotret satu foto. Tepat pada jari manis Jennara yang sudah terikat cincin berlian darinya.

"Bapak! Bapak mau ngapain?!" histeris Jennara menarik tangannya sendiri.

"Lebih baik jadi wanita nakal, atau jadi tunangan saya?! Gosip itu bakal mereda dalam waktu cepat, jika kamu setuju dengan rencana ini."

Tatapan Chakra terasa menusuk relung hati Jennara. Pria itu tampak sangat serius dengan ucapannya. Membuat gadis itu melemas, tapi tetap berusaha bersuara.

Jennara menggeleng lemah, suaranya bergetar, “Pak Chakra … saya nggak mau … dan juga ... kita bahkan nggak saling kenal…”

Chakra tak menggubris Jennara lagi. Fokus dengan tindakannya sendiri. Secara lihai, Chakra menekan aplikasi. Mengunggah foto itu tepat di laman Website Sky Star Technology.

Refresh layar terjadi.

Sebuah unggahan baru.

Lima detik yang lalu.

Postingan dengan gambar foto jari manis Jennara, yang terbalut cincin berlian biru.

Dengan caption :

[ Calon istri saya agak pemalu.

Mohon doa restunya.

– Chakra Ragantara. ]

Notifikasi meledak dalam 2 detik seketika.

557 suka. 15 komentar.

Chakra mengarahkan isi layar ponsel yang menampilkan kutipan itu. Tepat di depan wajah Jennara yang masih berdiri tegak.

"Kamu nggak bisa nolak lagi, Jennara. Sekarang mau atau pun tidak, kamu sekarang adalah tunangan saya!"

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   8. Cukup 90 hari saja.

    Jennara membeku di tempat. Jantungnya seperti lompat sendiri dari rongganya. Bahkan, pertahanan kakinya berguncang. "Calon istri bagaimana maksud, Pak Chakra? Jelas jelas... perjanjian awal kita adalah tunangan pura-pura. Pak..." Jennara mendera Chakra dengan pertanyaan paniknya. Tetapi, Chakra tak menjawab. Dia hanya tersenyum singkat, tetapi bukan senyuman yang hangat. Seolah memberikan sinyal penyiksaan bagi Jennara. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, saat melihat Chakra berlalu begitu saja. Masih diam, tanpa menjawab pertanyaannya. "Pak Chakra!" teriak Jennara, mengejar langkah Chakra yang sudah selangkah lebih maju dengannya, "Pak... tolong jelaskan, Pak. Ini mengenai nasib hidup saya..." geger Jennara. Langkahnya cepat, sangat teratur mengikuti tubuh Chakra yang berjalan tenang. Bahkan, tak mempedulikan tatapan orang di kanan-kirinya. Hanya fokus pada Chakra yang masih diam tidak menjawabnya. "Pak Chakra... tolong jawab pertanyaan saya dengan baik," pinta Jennar

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   7. Bersandiwara

    "M-maksudnya, itu apa ya pak... dari atas sampai kaki?" Jennara mengeluarkan suara keberaniannya yang tersisa. Jarinya mulai kaku, "s-saya... benar-benar bukan wanita murahan, Pak. Jadi, jangan berpikir bisa mengikat saya dengan hubungan yang tidak seharusnya," terusnya, menjelaskan prinsip yang dia genggam erat. Kali ini, meskipun Jennara takut, Jennara harus berani untuk membela dan menjaga kehormatan dirinya. Kontan, Chakra terkekeh. Terdengar berat, dan juga... agak mengerikan. "Kamu mudah sekali ya terbawa suasana? Saya cuman bercanda. Siapa juga yang minat melaksanakan hubungan tidak seharusnya dengan kamu?" lolos Chakra, menikam relung hati Jennara. Gadis itu menunduk. Melanjutkan pertanyaan. "Jadi, maksud bapak untuk klausul 5 itu lebih jelasnya bagaimana?" tanya Jennara. Menyembunyikan kesalnya. Melanjutkan catatan notepad di hp milik Chakra. "5. Perjanjian kontrak klausul berakhir dalam waktu 90 hari. Diwajibkan terlaksana, tanpa melibatkan perasaan nyata." Jan

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   6. Klausul Perjanjian

    Keberanian Jennara seakan hilang entah kemana. Melihat dengan mata kepalanya dengan nyata. Postingan Chakra di lembar halaman Website Sky Star Technology itu sudah terunggah dan memiliki reaksi kontan. Langsung populer begitu saja hanya dalam waktu singkat. Jennara memandang Chakra dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "pak... tolong hapus saja... itu nggak bener, kita bahkan baru saling ketemu detik ini, pak ..." suara Jennara terasa agak lemah. Seakan serak tak berdaya. "Bisa saya hapus." Singkat Chakra, menyorot pandang mata dingin kepada Jennara. "Benarkah, pak?!" Jennara langsung semangat. Seakan mendapat asa hidupnya lagi. "Dengan dua pilihan." Suara Chakra tetap datar. Tapi, cukup terdengar menenangkan saat ini. "M-Maksud bapak?" "Pilihan pertama. Mengakui hubungan, temui wartawan bersama saya," kata Chakra semakin melangkah, mendekati Jennara. Gadis itu menelan ludahnya. Saat merasakan aura dominasi Chakra kian meninggi. "Pilihan kedua?" tanya Jennara, sangat m

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   5. Lari dan ... masuk ke?

    Suara itu kontak membuat tubuh Jennara membalik. Terhampar bersandar di pintu itu. Jennara mendongak pelan. Dan dunia seolah berhenti berputar. Pria di depannya berdiri dengan kemeja putih digulung sampai siku, rambut masih basah menetes-netes, dan sorot matanya… seperti bisa membunuh sekaligus menyelamatkan dalam satu detik yang sama. Jennara ingat wajah itu. "C-Chakra Ragantara?!" tuturnya terkejut, langsung menutup mulutnya sendiri. Kedua mata pria itu menusuknya tanpa jeda. Langkah tenangnya maju. Tiga langkah, tanpa suara. Lalu berjongkok tetap di depan Jennara. Menggeser tubuh Jennara enteng, seolah Jennara hanyalah benda ringan. Lalu, berdiri lagi. Mengintip sebuah panel digital kecil dari pintu. Monitornya memberitahukan, di luar pintu sudah ada sekerumunan manusia heboh membawa banyak kamera. Pria itu adalah Chakra. Yang sudah dikenali oleh Jennara ketika berita positifnya menguasai perhatian publik. Tetapi, kini Chakra berada di tengah amukan para wartaw

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   4. Jennara dikejar wartawan!

    Kalut membaca artikel itu, Jennara tak sadar Snack kentangnya sudah tumpah berserakan ke ranjang. Fokusnya berpusat total pada sisipan video dan foto yang ada di artikel. Jennara memutar sisipan Video. Itu adalah rekaman dirinya yang memasuki kamar 111. Juga saat setelah dia keluar dari sana. Bahkan, ada zoom untuk melihat lebih detail penampilannya. Jelas sekali, bagian bahu putih dan sepotong tali bra miliknya terpampang dari video itu. Jennara menggigit bibirnya. Keluar dari video itu, berlanjut melihat beberapa foto. Dari saat dirinya berada di meja resepsionis. Hingga sampai memasuki kamar. Semuanya ada! "Penguntit dari mana yang kurang kerjaan ngerekam aku cuman buat berita bohong kayak gini, sih?!" monolog Jennara sangat marah. Otak kepala Jennara mulai semakin panas. Mencoba mengklik tautan artikel itu berkali-kali. Berharap bisa terhapus dari layar laptopnya. Tapi, nihil. Yang ada, malah laporan statistik baca artikel tersebut sudah 99.877 kali dibaca. Tentu saja

  • Menjadi Belahan Jiwa CEO   3. Tidak diduga.

    Sayangnya, Michael langsung keluar dari toilet lagi. Membuat tangan Jennara yang nyaris memegang ponsel urung secepat kilat. Hampir saja napasnya hilang. Takut jikalau laki-laki itu memergokinya. Tapi... sepertinya ekspresi Michael biasa saja.Lantas, gadis itu tersenyum manis pada Michael yang sudah berjalan ke arahnya lagi.“Nggak ada baby… harus beli sendiri. Nggak papa, aku terima kamu apa adanya kok.” Michael langsung mengungkung Jennara begitu saja.Tidak memberikan kesempatan sedetik pun pada Jennara untuk menghindar. Laki-laki itu kini membungkuk, mulai melepas blazer hitam Jennara dan melemparnya asal. Menyisakan kemeja putih milik Jennara, lalu juga membukanya pelan-pelan sambil tak berhenti memandang Jennara penuh dengan nafsu.Jennara panas dingin, tetapi dia menahan tubuhnya tetap diam. Setiap sentuhan Michael membuat kulitnya merinding, itu bukan karena nikmat, tapi karena rasa jijik yang ingin meledak. Dia menunggu celah. Begitu tengkuk Michael turun, Jennara lang

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status