Share

Akikah Cucu Kesayangan

Penulis: Hayanis Kalani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-24 15:01:00

Sudah beberapa hari ini Baiq sering sekali menangis tiba-tiba, apalagi setiap malam hari sampai subuh Baiq tidak pernah berhenti menangis dan sulit untuk tidur lagi. Dibujuk dengan berbagai cara tetap tidak mempan. Bu Nining yang terganggu dengan suara tangisan dari Baiq itu selalu marah-marah dan pernah mengusir Gayatri juga kedua anaknya karena terus-menerus mengganggu tidurnya.

"Mungkin Baiq teringat dengan ayahnya," ucap Bu Uri ketika Gayatri bercerita pada ibu juragan sayuran itu.

"Kadang Ghifari juga sering tiba-tiba ingat sama ayahnya."

"Apa dulu Hendar ada keinginan yang belum tercapai untuk anak-anaknya?"

Gayatri mencoba mengingat-ingat rencana jangka panjang yang dulu disusun oleh mereka berdua.

"Dulu sebelum Mas Hendar mau merantau ke Bandung, katanya nanti kalau sehabis lebaran mau khitanan Ghifari sama Baiq, sekalian akikah semuanya."

"Begitu, ya?" Bu Uri mengangguk-angguk. "Kayaknya kedua anak kamu harus segera dikhitan, Tri."

"Kira-kira biayanya berapa ya, Bu?"

"Waktu jaman anak ibu dulu sih gak sampai satu juta. Tapi sekarang sudah beda jaman, ibu juga kurang tahu. Kalau mau khitan, ke mantri Ajat saja, bisa dipanggil ke rumah jadi kita gak perlu repot-repot ke sana."

"Kalau harga kambing berapa ya?"

Bu Uri mengernyit. "Kenapa kamu gak pakai kambing yang ada saja?"

"I-itu... itu bukan kambing punya saya."

"Itu kambing punya kamu, Tri. Punya Hendar juga. Bukan punya mertua kamu."

"Tapi, Bu..."

"Kamu takut sama mertua kamu?"

Gayatri hanya diam, tapi Bu Uri sudah tahu jawabannya.

"Memang susah kalau hidup bareng sama mertua, apalagi segalanya diatur oleh mertua. Ibu heran kenapa pula mertua sama ipar kamu tiba-tiba pindah rumah ke rumah kamu, bukan menetap di rumahnya."

Itu yang sering Gayatri pikirkan, ketika Hendar sudah tidak ada, awalnya Gayatri senang karena Bu Nining tinggal di rumahnya, jadi Gayatri tidak terlalu kesepian. Tapi makin ke sini, Gayatri menjadi semakin muak satu atap dengan orang yang dzolim itu.

"Mungkin karena rumah yang saya sama Mas Hendar bangun itu tanah warisan dari ibu, jadi mungkin ya... begitu."

Bu Uri kembali mengembuskan napas, sebenarnya ia ingin membicarakan banyak hal tentang kebusukan Bu Nining, tetapi ia mencoba menahannya karena tidak tega melihat Gayatri.

"Kamu rundingkan dulu sama ibu mertua kamu. Kalau dia menolak, benar-benar keterlaluan banget ibu mertua kamu itu, Tri."

Dan malam harinya, ketika selesai makan malam, Gayatri mengutarakan keinginannya. Dan sesuai perkiraan, Bu Nining menolak mentah-mentah usulan dari Gayatri untuk segera mengkhitan kedua anaknya.

"Kamu pikir biayanya murah, hah? Memangnya kamu punya uang? Ibu juga uang dari mana? Kamu jangan mengada-ada."

"Gayatri bisa pinjam dulu ke bank, Bu."

"Pinjam?" Bu Nining menyiram wajah Gayatri dengan air kopi milik Bu Nining yang sudah tinggal setengah. "Kamu pikir bisa bayar tiap bulannya, hah? Kamu mau semakin mempersulit hidup ibu yang sudah tua ini? Apa nanti kata orang-orang kalau kamu telat bayar dan didatangi oleh mantri bank? Bikin malu keluarga aja."

Bu Nining pergi ke kamarnya— "Makanya kalau punya anak itu jangan anak laki-laki biar gak nyusahin." —dan membanting pintu kamar sampai menimbulkan suara dentuman.

Damilah yang merasa terusik oleh obrolan tersebut berdecak kesal dan menatap wajah Gayatri dengan sebal. Damilah juga segera pergi dari ruangan tengah dan menuju ke kamarnya.

Gayatri menangis dalam diam, ia membereskan gelas dan piring bekas mertua dan iparnya. Ia mencuci wajah dengan sabun dan tidak berhenti menangis. Sehina itukah Gayatri di depan ibu mertuanya sampai dirinya disiram bagai hama seperti itu?

"Mas..., aku sudah tidak kuat tinggal di sini. Aku ingin segera pergi dari sini." Isakan pelan dari mulut Gayatri itu terdengar sangat memilukan.

Mana ada orang yang tahan hidup dengan orang-orang yang memperlakukan dirinya sangat buruk seperti itu.

***

Gayatri diam mematung saat melihat juragan kambing membawakan seekor kambing ke rumah Bu Nining yang sekarang ditempati oleh anak keduanya. Dari desas-desus yang beredar kalau Engkom alias Komariah, adik iparnya Gayatri itu akan mengakikah anaknya. Pantas saja akhir-akhir ini Kholik dan Bu Nining sering pergi ke pasar dan membeli segala macam sayuran juga bumbu dapur.

"Gayatri! Jangan diam saja! Cepat ke sini bantuin ibu beresin barang-barang." Bu Nining kesal melihat Gayatri yang seperti patung tidak bergerak sama sekali.

Gayatri dengan langkah yang berat berjalan menuju teras depan dan membantu mengangkat tumpukan sangku kecil untuk wadah makanan yang nantinya dibagikan kepada para tetangga.

"Apa lagi yang belum dibeli?" tanya Bu Nining.

"Nanti saja beli lagi kalau pas udah digarap, jadi kita tahu yang mana saja yang kurang," jawab Engkom.

"Ya udah, ini ATM-nya simpan, Kom."

"Iya, Bu."

Hati Gayatri sangat teriris melihat semua kenyataan ini. Ibu mertuanya yang lebih mementingkan kepentingan anaknya terlebih dahulu daripada menantunya. Apalagi semua biaya akikah ini menggunakan uang milik Gayatri. Gayatri tahu kalau ATM yang diberikan oleh Bu Nining pada Engkom itu adalah kartu ATM miliknya. Gayatri tahu persis barang miliknya karena ATM Gayatri itu sudah lama, sudah banyak noda dan warnanya sedikit memudar.

Selesai beres-beres di rumah Engkom, Gayatri langsung pulang karena mulai besok acara akikahnya akan dimulai.

Sepanjang hari ini hari Gayatri rasanya tidak keruan. Ia ingin marah, ia ingin menangis, ia ingin mengamuk dan menyalahkan orang-orang.

Gayatri benar-benar kecewa. Kenapa dirinya selalu disepelekan? Kenapa dirinya selalu tidak dianggap? Kenapa dirinya selalu dihinakan? Kenapa mertuanya tidak menyayanginya? Apa salah Gayatri sehingga ibu mertuanya selalu berperilaku buruk seperti itu terhadapnya?

Padahal selama menikah dengan Hendar, Gayatri sedikit pun tidak pernah lupa dengan ibu mertuanya itu. Kalau Hendar gajian, Gayatri sering menyisipkan uang untuk ibu mertuanya, setiap bulan sering membelikan perlengkapan mandi dan mencuci. Setiap Gayatri masak yang enak, Gayatri tidak pernah lupa memberikannya barang sedikit. Setiap di sawah, ladang dan di kebun ada pekerjaan, Gayatri selalu membantunya. Jadi, Gayatri kurang apa? Apa yang kurang? Gayatri harus berbakti seperti apa lagi pada ibu mertuanya itu?

Jika memang Gayatri adalah menantu yang tidak diinginkan, kenapa dulu Bu Nining memberikan restu untuk menikahi Gayatri? Ketika sudah terlanjur, kenapa juga dulu saat Gayatri belum memiliki anak, Bu Nining tidak menyuruh Hendar untuk menceraikan saja Gayatri?

Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Hanya kata-kata itu yang sekarang berputar di otak Gayatri.

Ibu, Ghifari dan Baiq itu adalah cucumu juga. Kenapa mereka berdua tidak pernah kau sayangi dan kau anggap? Jika ibu benci dan tidak suka padaku, cukup bencilah saja aku. Jangan kau bawa-bawa anakku karena mereka tidak bersalah, mereka tidak tahu apa-apa. Jangan melibatkan mereka dengan ego-mu, Bu.

Gayatri menjerit dalam hati.

Uang yang sudah hak-nya Ghifari dan Baiq malah dipakai oleh orang lain. Gayatri benar-benar tidak ikhlas uangnya dipakai untuk keperluan orang lain meskipun itu saudaranya sendiri. Yang lebih berhak atas uang santunan itu kedua anak Hendar dan istrinya, bukan ibunya Hendar apalagi adik dan keponakannya.

Gayatri terisak. Ia benci pada dirinya yang lemah ini karena tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa bersikap tegas pada keluarga suaminya.

Harus bersabar sampai kapan lagi Gayatri menghadapi ujian kehidupan ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Munculnya Bu Nining

    "Maksud kamu? Tolong jelaskan."["Bu Nining sama Damilah akan pergi ke pulau Jawa besok lusa, Tri."]Gayatri memijat pelipisnya. Baru saja masalah yang satu selesai, datang lagi masalah baru yang kali ini akan membuatnya pusing tujuh keliling dan sangat menguras emosi baik jiwa maupun raga.["Waktu kalian sidang di pengadilan agama, besannya mertua kamu kebetulan juga lagi ke sana, ngantar anaknya yang tengah buat cerai sama menantu lakinya. Kamu mungkin nggak nyadar sama kehadiran mereka, tetapi besan ngeliat, malah ada buktinya foto kamu sama Hendar pas lagi keluar dari ruang sidang. Awalnya mertua kamu nggak percaya, tapi pas nanya sana-sini barulah dia percaya. Kali ini maaf aku nggak bisa bantu, Tri. Aku bantu support sama doa aja."]"Iya, Lin, nggak apa-apa. Dengan kamu ngasih tau aku, aku udah bersyukur banget. Makasih ya, Lin. Aku di sini akan jaga diri baik-baik.""Iya, Tri. Tapi kayaknya sebelum mertua kamu nyari kamu, kayaknya dia bakal nyari dulu anaknya. Orang tua mana, s

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Mencoba Bersikap Seperti Biasa

    Sebulan setelah Gayatri resmi bercerai, kehidupannya berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Seolah ia benar-benar sudah melupakan Hendar dan seolah tidak pernah mengenal Hendar sama sekali.Cindy juga tidak menanyakan apa-apa perihal masalah rumah tangganya Gayatri. Ia hanya tahu cerita lengkapnya dari obrolan kedua orangtuanya dan juga dari Bram. Dari mereka pun tidak ada yang menanyakan, hanya menanyakan kondisi Gayatri dan menyemangatinya.Akhir-akhir ini juga Bram sering mengajak keluarganya untuk berlibur sekaligus refreshing untuk Gayatri dan terbukti Gayatri bisa cepat menyembuhkan kesedihannya meskipun mereka tidak tahu tiap malam Gayatri sering melamun dan tidak fokus."Mbak, malam Minggu nanti kita nonton film di bioskop, yuk!" Ajak Cindy.Gayatri tersenyum tipis. "Nggak dulu deh, Non. Saya lebih suka nonton drama di rumah dan nonton kartun. Kalau ke bioskop kan anak-anak gak bisa masuk.""Hmmm... iya juga, sih, soalnya bulan ini emang nggak ada film kartun yang rilis..

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Hampa Part 2

    Hendar POVEntah sudah berapa lama kami hanya duduk terdiam. Satupun dari kami tidak ada yang ingin membuka pembicaraan. Aku sudah lelah bersabar, akhirnya aku dulu yang membuka suara, tetapi hal tersebut malah membuat mereka makin terdiam, membisu."Jadi, apakah kalian bisa menjelaskan dengan sejujurnya padaku apa yang sebenarnya sedang terjadi?"Lima menit kutunggu tetapi tidak ada jawaban."Kenapa kalian diam saja? Tolong kalian jelaskan padaku supaya aku bisa mengambil keputusan antara memilih istri pertamaku atau Hita."Barulah mereka bereaksi ketika aku mengatakan hal demikian."Hendar, Nak, dengarkan Papa. Tapi Papa mohon kamu jangan marah."Ayah mertuaku, Pak Diman menghela napas berat. Aku bersabar mendengarkan perkataan dari beliau."Kami memang sudah tau kalau kamu sudah menikah."Bu Astri, ibu mertuaku mengangguk. Kini beliau yang berbicara, "Mama pikir kamu memang sudah bercerai soalnya dulu waktu mau menikahi Hita, kamu memang berniat menceraikan istri pertamamu, makanya

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Hampa Part 1

    Hendar POVSuasana di pantai hari ini rasanya membuat perutku mual, apalagi ketika aku melihat air laut. Tiba-tiba saja aku merasa ketakutan dan kesadaranku langsung menghilang. Yang kuingat hanya suara teriakan Hita saat panik ketika melihatku pingsan tak sadarkan diri. Samar-samar dadaku juga berdetak kencang, entah kenapa berdebar seperti seseorang yang sedang dilanda kasmaran.Saat sadar, rasanya aku mengingat kenangan yang abstrak, entah itu mimpi atau bukan tetapi rasanya seperti nyata dan aku pernah mengalami peristiwa tersebut. Ketika mencoba terus untuk mengingatnya, kepalaku kembali merasakan sakit seperti sebelumnya. Kata dokter aku harus beristirahat dan jangan terlalu banyak pikiran. Aku didiagnosis serangan panik akibat trauma otak. Kata istriku dan mertuaku, aku ini memang hilang ingatan, kata mereka aku kecelakaan. Aku hidup sebatang kara dan bekerja di keluarga istriku dan mereka memberikan restu antara hubunganku dan anak gadisnya.Awalnya aku tidak percaya, aku mer

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Cerai

    Gayatri menatap suaminya dari kejauhan. Tak terasa air matanya kembali menetes. Laki-laki yang tengah bersama seorang perempuan itu dulu adalah laki-laki yang paling mencintainya dan menyayanginya. Tetapi sekarang laki-laki itu sudah melupakannya dan mencintai perempuan lain yang kecantikannya sangat jauh dari Gayatri, gayanya yang sangat berbeda dari Gayatri. Laki-laki mana yang tidak menyukai perempuan cantik dan pandai bergaya itu? Berbeda dengan Gayatri yang terlihat lusuh dan tidak terawat.Kenapa Gayatri tidak berusaha kembali mendekati Hendar dan menjelaskan semuanya? Jawabannya sudah. Gayatri sudah melakukannya. Ia sudah mendatangi kediaman Hendar dan memohon untuk kembali padanya, memohon supaya suaminya itu percaya padanya tetapi hasilnya nihil. Gayatri gagal karena keburu diusir oleh Hita dan keluarganya yang ikut turun tangan. Bahkan ibunya Hita memohon pada Gayatri untuk tidak datang lagi ke rumahnya karena ibunya takut kandungan Hita kenapa-kenapa.Gayatri kini tidak bis

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Hilang Ingatan

    "Tri?"Gayatri mengusap air mata. Ia mencoba baik-baik saja di depan Bu Nela dan Cindy yang tengah menatapnya dengan sorot mata prihatin."Iya, Bu?"Bu Nela dan Cindy saling pandang. Cindy kemudian mengambil Citra dari pangkuan Gayatri. Sepertinya Gayatri tidak sadar kalau Citra tengah tertidur di pangkuannya dan sekarang tubuhnya hampir terjatuh karena Gayatri tidak memeluknya erat."Kamu istirahat saja. Biar saya dan Cindy yang mengurus anak-anak," ucap Bu Nela."Tidak usah, Bu. Kan ini sudah tugas saya, pekerjaan saya jadi saya yang harus tanggung jawab.""Tidak apa-apa, Tri. Kamu istirahat saja. Wajah kamu pucat gitu.""Iya, Mbak Tri. Mbak istirahat saja, kasihan anak-anak nanti kalau lihat Mbak sakit." Cindy juga ikut menyarankan.Gayatri mengangguk. Walaupun sekarang ia bekerja, pekerjaan pasti akan kacau karena pikiran dan perasaan sekarang sedang tak keruan.Bu Nela menghela napas. Ia sudah tahu apa yang terjadi pada Gayatri. Kemarin Asti sudah menceritakan semuanya tentang Ga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status