Share

Gara-gara Kucing

Penulis: Hayanis Kalani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 17:44:53

Gayatri menaburkan bunga ke atas air laut dermaga, ini sudah ke empat puluh harinya Hendar. Waktu memang tak terasa cepat berlalu, rasa-rasanya baru saja kemarin Hendar masih berada di sisinya, bermain dengan kedua anaknya, mengajaknya jalan-jalan dan lain sebagainya. Tapi, semua itu hanya tinggal kenangan, hanya tinggal rindu saja yang tersisa.

"Ibu, suatu hari nanti kita akan tinggal di seberang laut sana. Kita akan pergi naik kapal ferry dari sini ke pulau Jawa."

Tangan Gayatri mengelus kepala Ghifari. Entah siapa yang mengajarkan Ghifari hal seperti itu. Semenjak kehilangan Hendar, cara berpikir Ghifari memang sedikit agak berbeda, pikiran dan ucapannya bahkan tindakannya sedikit agak seperti orang dewasa.

"Tunggu Ghifari besar, ya, Bu. Ghifari janji akan membahagiakan ibu dan tidak akan membuat ibu menangis juga bersedih lagi."

"Terima kasih ya, Nak." Gayatri memeluk tubuh mungil Ghifari.

Saat posyandu minggu kemarin, kedua anaknya memiliki berat badan yang tidak ideal. Hal itu disebabkan gara-gara kurangnya makan dan kurang memakan makanan yang tinggi gizi juga protein. Petugas puskesmas yang memeriksa kedua anak Gayatri sempat heran dengan menurunnya berat badan yang cukup signifikan.

"Ayo kita pulang."

Ghifari mengangguk, sementara Baiq tertidur dipangkuan Gayatri karena lelah setelah perjalanan panjang yang mereka lalui.

Sesampainya di rumah, Gayatri langsung membereskan belanjaan yang tadi sempat dibelinya. Kebanyakan yang Gayatri beli adalah kebutuhan dapur dan lauk pauk yang sudah matang milik Damilah.

Ketika malam harinya saat keluarga Bu Nining hendak makan malam. Ibu mertua Gayatri itu berteriak dan marah-marah karena kesal gara-gara lauk yang hendak dimakannya hilang akibat diambil kucing liar yang masuk entah dari mana.

Gayatri membantu Damilah mengejar kucing tersebut namun sayang, kucing itu sudah berlari keluar menjauh dari rumah karena takut kena pukul.

"Itu kucing punya kamu, kan?" tanya Bu Nining.

Kepala Gayatri menggeleng. "Bukan, Bu."

Beberapa waktu lalu Gayatri memang mempunyai kucing, tetapi kucingnya sudah dibuang oleh Bu Nining karena dia tidak suka kucing, apalagi ketika melihat Gayatri memberi kucing makan, Bu Nining sangat benci dan pernah murka karena menurutnya Gayatri hanya membuang-buang makanan.

"Awas saja ya kalau kamu melihara kucing lagi. Ibu usir juga kamu dari rumah ini."

Gayatri hanya bisa diam. Padahal ini rumah miliknya tetapi ia diperlukan seperti orang asing.

***

Baiq terbatuk-batuk saat malam hari ketika sedang tidur. Gayatri memeriksa suhu tubuh Baiq dan ternyata panas. Baiq demam dan juga terkena flu. Mungkin ini efek dari cuaca yang tidak menentu membuat imun di tubuh Baiq melemah.

Gayatri pergi ke dapur untuk mengompres Baiq supaya agak baikan. Bu Nining bangun dan terlihat kesal mendengar suara batuk dari Baiq dan memarahi anak kecil itu supaya cepat tidur dan tidak mengganggu orang yang sedang beristirahat. Setelah batuk Baiq mulai mereda, Gayatri diam-diam membuka dompet lusuhnya dan menghitung uang miliknya hasil dari menjual sayuran tadi pagi. Uangnya sedikit cukup untuk memeriksa Baiq ke mantri, terpaksa Gayatri harus berjalan kaki karena kalau naik ojek uangnya tidak akan cukup.

"Mau ke mana kamu?" tanya Bu Nining pada pagi harinya saat melihat Gayatri berpakaian rapi.

"Pergi ke pak mantri, Bu. Mau periksa Baiq."

"Jangan diperiksa! Gak usah! Buang-buang uang saja. Mending berobat pakai obat herbal saja, di belakang rumah, kan, banyak labu siam sama daun sirsak. Pakai itu saja. Kalau anak kecil kebanyakan makan obat kimia nanti buat tubuhnya jadi gak bagus. Anaknya jadi manja, gak kebal sama penyakit."

Gayatri menarik nafas panjang. Mau tidak mau Gayatri menuruti perintah dari ibu mertuanya itu.

Tiba-tiba seekor kucing datang entah dari mana. Bu Nining langsung emosi melihat kucing tersebut karena mengira kucing tersebut milik Gayatri, padahal bukan. Itu adalah kucing liar yang diam-diam selalu diberi makan oleh Gayatri.

"Gayatri! Buang kucing itu, buang! Buang yang jauh." Bu Nining berteriak yang membuat para tetangga penasaran dengan kegaduhan tersebut.

Gayatri mengambil kucing itu dan memasukkannya ke dalam karung. Gayatri pura-pura hendak membuangnya padahal ia membawa kucing tersebut menjauh dari rumah miliknya sekalian dirinya pergi ke rumah Pak Mantri untuk memeriksakan kondisi Baiq.

"Kamu tunggu saja di sini, ya," ucap Gayatri pada kucing dua warna hitam putih seperti warna sapi itu.

Kucing itu diam dan menggeletakkan tubuhnya di bawah pohon mahogani pinggir jalan. Jarak kebun tersebut dan rumah Gayatri tidak terlalu jauh, mungkin ada sekitar dua ratus meter jadi kucingnya tidak akan tersesat karena kucing tersebut adalah kucing liar yang sudah pasti sering berkeliaran keberbagai tempat.

Sekitar satu jam setengah kemudian, Gayatri sudah pulang dari rumah Pak Mantri. Baiq juga sudah diberikan obat. Gayatri berharap anaknya itu cepat sembuh supaya Bu Nining tidak marah-marah terus karena Gayatri sulit bekerja di ladang jika Baiq sakit berkepanjangan.

"Tri, itu ibu mertuamu kenapa lagi, sih? Dari pagi kedengarannya teriak-teriak terus," kata tetangga Gayatri yang rumahnya hanya terhalang dua rumah saja.

"Saya kurang tahu, Bu. Memangnya kenapa?" tanya Gayatri. Hatinya sedikit tidak enak memikirkan apa yang nanti akan terjadi di rumah jika ibu mertuanya itu melihat dirinya.

"Paling Bu Nining berantem lagi sama Bu Titi, kayaknya masih berebut perbatasan kebun itu, lho," ujar tetangganya yang lain.

"Tri, lebih baik kamu jangan dulu ke rumah, deh. Kamu pergi ke mana dulu aja gitu. Ibu kasihan sama kamu, takutnya nanti kamu kena marah dari mertua durjana itu."

Kepala Gayatri mengangguk paham, ia langsung balik badan dan pergi ke kebun untuk mencari kayu bakar atau apa pun itu untuk menyibukkan diri.

Menjelang siang Gayatri sudah pulang ke rumah. Dia menyimpan kayu bakar dan rumput di kandang kambing. Bu Nining juga sedang memetik buah cabai rawit. Kali ini Bu Nining tidak memarahi Gayatri karena sudah melihat Gayatri membawa hal yang memang sedang dibutuhkan.

"Kucingnya kamu buang ke mana?" tanya Bu Nining.

"Gayatri buang di dekat sawah, Bu."

Tidak berapa lama kucing tersebut kembali datang. Bu Nining langsung emosi karena kucing tersebut menggigit seekor tikus dan membawanya masuk ke dalam dapur.

"Katanya sudah kamu buang, kenapa kucingnya masih ada di sini, Tri?"

"Gayatri gak tahu, Bu. Tapi seriusan kucingnya tadi sudah Gayatri buang."

Tetangga Gayatri yang baru pulang dari sawah berhenti sebentar. "Kucing yang warnanya hitam putih itu, ya? Oh kalau kucing itu mah pernah saya buang juga. Tapi dia balik lagi, balik lagi aja terus. Sudah gak aneh."

"Oh begitu ya, Bu? Aduh... ampun banget deh itu kucingnya bandel, kemarin saja kucingnya sudah mencuri lauk padahal saya lagi lapar belum juga dimakan sudah diambil. Bikin pusing, deh."

Gayatri berhasil menangkap kucing itu yang masih menggigit tikus. Ia membawa kucing itu menjauh dari rumah dan membiarkan kucing itu memakan tikus yang sudah mati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Cindy

    "Gayatri, bisa bicara sebentar?" tanya Bu Nela setelah Gayatri selesai mengerjakan pekerjaan rumah.Gayatri hanya mengangguk. Kemudian ia mengikuti Bu Nela dan duduk di kursi santai di balkon apartemen Bram."Jadi begini, saya sudah membicarakan hal ini dengan Bram tadi malam. Saya berencana mengerjakan kamu menjadi baby sitter, untuk masalah gaji kamu tenang saja, tidak usah khawatir. Gaji kamu akan naik dua kali lipat." Bu Nela menatap Gayatri. "Kamu sanggup, kan?""Saya sanggup, Bu.""Lusa kamu mulai pindah ke sini.""Eh? Maaf, Bu?""Bram nggak bilang, ya?"Gayatri menggeleng.Bu Nela menjelaskan. "Jadi gini, karena kamu akan mengurus bayi, jadi tidak mungkin kalau kamu harus pulang pergi, apalagi bayi selalu terbangun tengah malam. Jadi kamu akan tinggal di sini, di apartemen sebelah Bram. Kebetulan itu apartemen punya saya. Sebenarnya saya menyuruh Bram untuk tinggal di rumah. Tapi ia tidak mau.""Lalu apakah anak-anak saya juga ikut?""Benar. Kamu bawa saja anak-anak ke sini. Na

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nela

    "Pak Bram!" Gayatri mengetuk pintu. Meskipun kemarin Bram mengatakan kalau hendak membangunkannya Gayatri masuk saja ke kamar tapi Gayatri sungkan. Masa iya seorang janda seperti dirinya harus masuk ke dalam kamar bujangan yang tengah tertidur pulas. "Saya sudah bangun, Tri!" Gayatri langsung kembali ke dapur untuk mengambil vacum cleaner dan pel-an. Untuk hari ini ia tidak mencuci baju karena kata Bram, Gayatri mencuci bajunya dua atau tiga hari sekali saja. Pukul setengah tujuh pagi Bram sudah rapi dan bersiap untuk berangkat. Gayatri juga sudah selesai membereskan rumah dan sekarang ia hendak pulang untuk bekerja di rumah yang lain. Bram juga sudah memberikan ijin untuk Gayatri bekerja yang lain asalkan nanti pas bagian bekerja di rumahnya, Gayatri datang tepat waktu. Gayatri bekerja dari rumah ke rumah sebagai buruh cuci. Kalau ada yang menyuruhnya untuk menyetrika, Gayatri menolaknya karena menyetrika menyita banyak waktu. Ia melakukannya harus berada di waktu yang benar-bena

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bram

    Seorang lelaki berperawakan tinggi dan berkulit kecokelatan dengan potongan rambut bergaya undercut itu menguap lebar. Sambil menunggu pintu lift terbuka ia mencoba membuka matanya lebar-lebar supaya kesadarannya masih terjaga. Pekerjaannya dari luar kota menguras tenaganya, ditambah perjalanan yang jauh membuatnya benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.Selang beberapa menit kemudian dirinya sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia membuka kunci kemudian masuk. Keningnya sedikit mengkerut melihat ada sandal lusuh. Sepertinya itu milik asisten rumah tangga yang baru. Aroma masakan juga mulai tercium harum menyeruak ke seisi ruangan. Laki-laki itu yang sedang lelah dan kelaparan perutnya semakin perih dan tidak sabar untuk makan."Ini beneran apartemen-ku, bukan, sih?" gumam laki-laki itu. Ia terkejut melihat seorang perempuan muda yang tengah mengelap meja dapur. Sebuah menu masakan sudah terhidang di meja makan.Laki-laki itu kembali ke luar apartemen, hanya untuk

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Kehidupan yang Baru

    "Minum dulu, Tri." Asti memberikan air hangat untuk Gayatri dan kedua anaknya.Gayatri baru saja sampai di Pelabuhan Merak setelah beberapa jam mengarungi lautan dari Pelabuhan Bakauheuni.Ya, benar, Gayatri sekarang berada di Pulau Jawa, ia tidak benar-benar pergi ke Batam sesuai apa yang dikatakan Alin pada keluarga Bu Nining dan para warga.Pelarian Gayatri ini dibantu oleh ketiga sahabatnya yang berada di Lampung, keluarga Bu Uri, Pak RT dan beberapa warga yang lain. Gayatri kabur dari rumah tepat pukul satu malam saat ibu mertuanya dan adik iparnya sedang tidur pulas. Sengaja Gayatri memilih waktu tersebut karena memang Gayatri sudah terbiasa bangun tengah malam, jadi kalau Bu Nining terbangun ia tidak akan curiga kalau menantunya itu sebenarnya sedang melarikan diri.Gayatri pergi menggunakan mobil pickup milik Bu Uri, sekalian Bu Uri mengantarkan sayuran ke pasar subuh. Perjalanan yang sangat menegangkan bagi Gayatri itu sekarang sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan hatinya

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nining

    Sampai pukul tujuh pagi Gayatri dan kedua anaknya tidak kunjung datang juga ke rumah. Bu Nining sudah tidak enak duduk, tidak enak makan dan sebagainya. Ia terus saja mondar-mandir dan sesekali berdecak kesal, kepalanya terus menoleh ke arah jalan, siapa tahu nanti begitu Gayatri muncul, ia akan langsung memborbardir Gayatri dengan amukan yang meledak-ledak.Setengah jam kemudian, ada sebuah mobil pickup berwarna hitam yang sering digunakan untuk mengangkut hewan ternak berhenti di depan rumah Gayatri.Bu Nining mengerutkan keningnya kemudian menghampiri sopir dan seorang yang duduk di kursi penumpang."Lho, juragan Iwan. Mau ke mana?" tanya Bu Nining."Ini saya mau mengambil ternak milik Gayatri, Bu.""Ternak? Ternak apa?" Bu Nining terheran-heran."Kambing milik Gayatri. Kemarin lusa Gayatri menjual semua kambingnya ke saya. Dan hari ini saya mau mengambil semuanya termasuk ayam-ayam yang Gayatri pelihara.""Mengambil? Gayatri menjual kambing? Kok saya gak tahu? Juragan Iwan jangan

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Rencana

    Darsa sudah melaksanakan pertunangan dengan anak Pak RW, tanggal pernikahan mereka juga sudah direncanakan dan kabar tersebut sekarang menjadi topik perbincangan hangat di antara para warga desa. Termasuk Bu Nining, dengan kesal ia membicarakan dua sejoli itu. Bahkan sampai saat ini Bu Nining selalu saja menyalahkan Gayatri atas gagalnya rencana mengenalkan Damilah pada Darsa.Pernah waktu kemarin saat kabar Darsa berpacaran dengan anaknya Pak RW, Bu Nining menyalahkan Gayatri dan memaki menantunya itu. Bu Nining juga sempat main tangan dan mulutnya berkata kasar saking emosinya. Ia juga selalu menyuarakan untuk Gayatri hengkang dari rumahnya. Ralat, ini sebenarnya rumah milik Hendar. Sertifikat dan SPPT juga atas nama Hendar. Meskipun ini adalah tanah warisan, tetapi biaya pembangunan rumah semuanya atas jerih payah Hendar dan Gayatri. Dan sekarang, Bu Nining merasa tidak ikhlas saat tanah warisannya itu diambil alih oleh Gayatri, istri sah dari anaknya. Karena memang Gayatri-lah yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status