Share

Baju Lusuh

last update Last Updated: 2024-02-24 08:12:21

Setelah dua hari dirawat di puskesmas, Gayatri akhirnya sembuh dan pulang ke rumah. Selama Gayatri sakit, yang berjaga di puskesmas hanya Alin saja, sementara ibu mertua dan adik iparnya sama sekali tidak mengurusi Gayatri, mereka hanya datang menjenguk satu kali saja, itupun datang hanya sepuluh menitan saja, setelah itu mereka pulang.

Kedua anak Gayatri menginap di puskesmas, mereka tidak mau satu rumah dengan nenek dan bibinya karena takut dimarahi seperti yang selalu dilakukan oleh Bu Nining. Apalagi Bu Nining itu orangnya tidak mau diberikan beban, dia tidak mau mengurus anak kecil yang sulit diatur dan hanya ingin main terus tanpa bisa patuh atau dibujuk.

Melihat sikap ibu mertua dan ipar, darah Alin kembali mendidih. Alin tidak habis pikir kenapa ada seorang nenek yang sama sekali tidak sayang pada cucunya sendiri. Padahal cucunya ini bukan hasil dari zina, bukan pula pembawa aib atau petaka. Yang membuat Alin semakin marah itu yaitu ketika mengetahui kalau kartu ATM dan buku tabungan Gayatri semua diambil oleh Bu Nining. Jadi jika Gayatri sedang butuh uang, ia tidak bisa mengambil uang miliknya, kalaupun meminta ijin, Bu Nining tidak akan mengijinkannya dan malah memarahi Gayatri, mengata-ngatai Gayatri tukang belanja dan orang boros.

Ketika Gayatri sudah sampai di rumah, para tetangga datang untuk menjenguk. Bu Nining sikapnya berubah 180 derajat. Sambil nangis buaya, ia pura-pura sedih dan nelangsa untuk mencari perhatian orang-orang.

Alin dan sebagian tetangga yang tahu kebusukan Bu Nining hanya bisa mencebik sebal.

***

"Nanti kalau aku sudah punya uang aku ganti, semoga aja ada secepatnya." Gayatri memasukkan uang selembar lima puluh ribuan itu ke dalam amplop putih, tidak lupa juga ia menuliskan namanya di bagian depan.

"Gak apa-apa lah, Tri. Santai saja pinjam uang ke aku mah."

"Mertua kamu itu kenapa sih orangnya tegaan banget. Heran, aku." Bu Mina, guru PAUD yang usianya masih muda itu geleng-geleng kepala.

Gayatri, Alin dan Bu Mina ini seumuran semua, mereka baru menginjak 24 tahun. Diantara mereka bertiga, hanya Gayatri saja yang baru menikah karena Gayatri bukan asli orang Lampung, tapi asalnya dari Tanggerang. Gayatri memutuskan menikah muda karena memang dia sudah dilamar duluan oleh Hendar, orang tua Hendar juga sudah setuju. Daripada berlama-lama pacaran, pikir mereka.

Ada satu lagi teman mereka yang seumuran dan sekarang sedang merantau di Jakarta, Asti namanya. Meskipun sekarang Asti tinggal jauh di sana, tetapi mereka bertiga masih tetap memberi kabar via pesan elektronik.

"Kalau mertua kamu udah mulai keterlaluan banget, aku gak akan tinggal diam. Aku masih sebel pas tahu ATM kamu diambil alih sama Bu Nining. Akhir-akhir ini dia sering ke pasar, dia juga kelihatan selalu pakai perhiasan yang baru. Kayaknya dia emang ambil uang kamu buat kesenangan dia, deh."

"Ibu aku juga bilang kalau tiap ke pengajian, Bu Nining selalu pakai pakaian baru dan emas baru. Kamu harus ganti nomor pin ATM kamu, Tri. Itu, kan, uang kamu dan anak-anak kamu," ucap Bu Mina.

"Aku gak bisa berbuat apa-apa. Ibu selalu bilang kalau uang itu uangnya juga karena Mas Hendar adalah anaknya. Anak yang sedari kecil ia rawat dengan menghabiskan uang juga tenaga." Gayatri tertunduk lesu.

Alin dan Mina saling beradu pandang kemudian mereka menghela napas bersama. Memang tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain hanya memberikan saran tanpa ada aksi.

***

Hari ini keluarga Gayatri akan pergi ke undangan pernikahan saudara jauh. Gayatri menyimpan rasa sakit hatinya dalam-dalam ketika mengetahui kalau baju-baju miliknya yang masih bagus sudah tidak ada, termasuk baju-baju milik kedua anaknya. Dengan terpaksa Gayatri memakai baju lama yang sudah ketinggalan jaman dan warnanya sedikit pudar.

Ternyata semua baju-bajunya yang bagus dan belum ada yang sempat dipakai itu diambil oleh Bu Nining dan Damilah. Mereka menyimpannya untuk diri mereka sendiri dan sebagian lainnya diberikan kepada saudara sepupunya. Baju Ghifari dan Baiq pun sama, diberikan kepada anak dari sepupu jauhnya. Kenapa mereka tega sekali padanya?

Ketika sampai di rumah pengantin, Gayatri merasa minder melihat orang-orang yang memakai pakaian bagus dan layak. Karena tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang, Gayatri memilih duduk di tempat yang agak jauh dari keramaian.

Memakai pakaian lusuh, memakai sandal capit dan kerudung yang tidak sesuai dengan warna baju membuat Gayatri malu setengah mati. Bisa-bisanya ia benar-benar direndahkan seperti ini di depan umum oleh mertua dan adik iparnya. Apakah mereka tidak cukup puas menghina Gayatri di rumah? Apalagi pakaian kedua anaknya yang sama lusuhnya karena itu adalah pakaian mereka sehari-hari. Sungguh tega.

Samar-samar telinga Gayatri mendengar orang-orang berbisik-bisik membicarakan dia dan kedua anaknya. Gayatri mencoba menguatkan hati. Bagi orang-orang penampilannya mungkin hina, tetapi lebih hina lagi orang yang tidak berperasaan, mempermalukan dan membiarkan orang terdekatnya dibuat menderita.

Sesi persamaan tiba. Gayatri mengambil dua piring makan untuk dirinya juga Baiq dan satu lagi untuk Ghifari. Saudara jauh yang kasihan pada Gayatri memberikan nasi, lauk dan juga buah cukup banyak. Gayatri menyisihkan lauknya untuk dibawa pulang untuk nanti makam malam kedua anaknya. Kasihan kedua anak itu karena sudah lama tidak merasakan makanan yang enak dan bergizi tinggi.

Gayatri pulang duluan dari acara. Ia sempatkan dulu berpamitan pada keluarga yang punya hajatan. Gayatri pulang jalan kaki karena dirinya tidak punya uang untuk membayar ongkos ojek. Sementara Bu Nining pulang naik motor dibonceng oleh Damilah. Padahal motor tersebut milik Gayatri, tetapi kini sudah menjadi hak milik Damilah. Bu Nining pikir motor tersebut belinya menggunakan nama Hendar, padahal aslinya itu motor atas nama Gayatri.

"Gayatri, ayo naik!" ucap Pak Toro, juragan sayuran yang sepertinya baru saja datang dari kota sehabis mengantarkan hasil panennya.

Gayatri yang sedang beristirahat di pinggir jalan segera berdiri dan menaikkan kedua anaknya ke atas mobil pickup, dibantu oleh kedua anaknya Pak Toro yang masih SMA dan SMP.

"Habis dari mana?" tanya Bu Uri, istri Pak Toro.

"Habis pulang dari ondangan pernikahan saudara jauh, Bu. Kalau ibu habis dari mana?"

"Habis antar sayuran ke pasar kota. Minggu depan kamu sibuk gak, Tri? Nanti bantu kami lagi di kebun, ya. Kami mau menanam mentimun lagi."

Gayatri mengangguk. "Nanti kalau saya tidak sibuk saya kabari lagi."

Bu Uri memperhatikan baju yang dipakai oleh Gayatri dari balik kaca spion. Ia tidak banyak berkomentar karena ia tahu apa yang sudah terjadi di dalam kehidupan sehari-hari Gayatri. Sudah rahasia umum kalau Bu Nining ini dzolim kepada menantu dan cucunya.

"Dek, mau ini?" Anak Pak Toro yang SMP memberikan Ghifari lima permen cokelat, begitupun dengan Baiq.

"Terima kasih, Kak," ucap Ghifari, kemudian memakan satu permen tersebut.

Mobil pickup tersebut berhenti di depan rumah Gayatri. Gayatri turun, Bu Uri juga ikut turun untuk memberikan beberapa sayuran yang tercecer di bak mobil. Gayatri mengucapkan terima kasih. Bu Uri tersenyum sambil mengusap-usap punggung Gayatri.

"Yang sabar ya, Tri. Yang sabar, kamu harus tatap tabah dan jangan berhenti berdoa. Semoga Allah segera memberikanmu kebahagiaan."

Mau tidak mau air mata Gayatri menetes mendengar ucapan tersebut. Semua orang di sini memang mengasihani Gayatri, semuanya sayang pada Gayatri. Mereka mungkin tidak bisa membantu banyak, tetapi Gayatri bersyukur ada yang masih peduli padanya dan mendoakan kebaikan untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Cindy

    "Gayatri, bisa bicara sebentar?" tanya Bu Nela setelah Gayatri selesai mengerjakan pekerjaan rumah.Gayatri hanya mengangguk. Kemudian ia mengikuti Bu Nela dan duduk di kursi santai di balkon apartemen Bram."Jadi begini, saya sudah membicarakan hal ini dengan Bram tadi malam. Saya berencana mengerjakan kamu menjadi baby sitter, untuk masalah gaji kamu tenang saja, tidak usah khawatir. Gaji kamu akan naik dua kali lipat." Bu Nela menatap Gayatri. "Kamu sanggup, kan?""Saya sanggup, Bu.""Lusa kamu mulai pindah ke sini.""Eh? Maaf, Bu?""Bram nggak bilang, ya?"Gayatri menggeleng.Bu Nela menjelaskan. "Jadi gini, karena kamu akan mengurus bayi, jadi tidak mungkin kalau kamu harus pulang pergi, apalagi bayi selalu terbangun tengah malam. Jadi kamu akan tinggal di sini, di apartemen sebelah Bram. Kebetulan itu apartemen punya saya. Sebenarnya saya menyuruh Bram untuk tinggal di rumah. Tapi ia tidak mau.""Lalu apakah anak-anak saya juga ikut?""Benar. Kamu bawa saja anak-anak ke sini. Na

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nela

    "Pak Bram!" Gayatri mengetuk pintu. Meskipun kemarin Bram mengatakan kalau hendak membangunkannya Gayatri masuk saja ke kamar tapi Gayatri sungkan. Masa iya seorang janda seperti dirinya harus masuk ke dalam kamar bujangan yang tengah tertidur pulas. "Saya sudah bangun, Tri!" Gayatri langsung kembali ke dapur untuk mengambil vacum cleaner dan pel-an. Untuk hari ini ia tidak mencuci baju karena kata Bram, Gayatri mencuci bajunya dua atau tiga hari sekali saja. Pukul setengah tujuh pagi Bram sudah rapi dan bersiap untuk berangkat. Gayatri juga sudah selesai membereskan rumah dan sekarang ia hendak pulang untuk bekerja di rumah yang lain. Bram juga sudah memberikan ijin untuk Gayatri bekerja yang lain asalkan nanti pas bagian bekerja di rumahnya, Gayatri datang tepat waktu. Gayatri bekerja dari rumah ke rumah sebagai buruh cuci. Kalau ada yang menyuruhnya untuk menyetrika, Gayatri menolaknya karena menyetrika menyita banyak waktu. Ia melakukannya harus berada di waktu yang benar-bena

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bram

    Seorang lelaki berperawakan tinggi dan berkulit kecokelatan dengan potongan rambut bergaya undercut itu menguap lebar. Sambil menunggu pintu lift terbuka ia mencoba membuka matanya lebar-lebar supaya kesadarannya masih terjaga. Pekerjaannya dari luar kota menguras tenaganya, ditambah perjalanan yang jauh membuatnya benar-benar lelah dan ingin segera beristirahat.Selang beberapa menit kemudian dirinya sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia membuka kunci kemudian masuk. Keningnya sedikit mengkerut melihat ada sandal lusuh. Sepertinya itu milik asisten rumah tangga yang baru. Aroma masakan juga mulai tercium harum menyeruak ke seisi ruangan. Laki-laki itu yang sedang lelah dan kelaparan perutnya semakin perih dan tidak sabar untuk makan."Ini beneran apartemen-ku, bukan, sih?" gumam laki-laki itu. Ia terkejut melihat seorang perempuan muda yang tengah mengelap meja dapur. Sebuah menu masakan sudah terhidang di meja makan.Laki-laki itu kembali ke luar apartemen, hanya untuk

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Kehidupan yang Baru

    "Minum dulu, Tri." Asti memberikan air hangat untuk Gayatri dan kedua anaknya.Gayatri baru saja sampai di Pelabuhan Merak setelah beberapa jam mengarungi lautan dari Pelabuhan Bakauheuni.Ya, benar, Gayatri sekarang berada di Pulau Jawa, ia tidak benar-benar pergi ke Batam sesuai apa yang dikatakan Alin pada keluarga Bu Nining dan para warga.Pelarian Gayatri ini dibantu oleh ketiga sahabatnya yang berada di Lampung, keluarga Bu Uri, Pak RT dan beberapa warga yang lain. Gayatri kabur dari rumah tepat pukul satu malam saat ibu mertuanya dan adik iparnya sedang tidur pulas. Sengaja Gayatri memilih waktu tersebut karena memang Gayatri sudah terbiasa bangun tengah malam, jadi kalau Bu Nining terbangun ia tidak akan curiga kalau menantunya itu sebenarnya sedang melarikan diri.Gayatri pergi menggunakan mobil pickup milik Bu Uri, sekalian Bu Uri mengantarkan sayuran ke pasar subuh. Perjalanan yang sangat menegangkan bagi Gayatri itu sekarang sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan hatinya

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Bu Nining

    Sampai pukul tujuh pagi Gayatri dan kedua anaknya tidak kunjung datang juga ke rumah. Bu Nining sudah tidak enak duduk, tidak enak makan dan sebagainya. Ia terus saja mondar-mandir dan sesekali berdecak kesal, kepalanya terus menoleh ke arah jalan, siapa tahu nanti begitu Gayatri muncul, ia akan langsung memborbardir Gayatri dengan amukan yang meledak-ledak.Setengah jam kemudian, ada sebuah mobil pickup berwarna hitam yang sering digunakan untuk mengangkut hewan ternak berhenti di depan rumah Gayatri.Bu Nining mengerutkan keningnya kemudian menghampiri sopir dan seorang yang duduk di kursi penumpang."Lho, juragan Iwan. Mau ke mana?" tanya Bu Nining."Ini saya mau mengambil ternak milik Gayatri, Bu.""Ternak? Ternak apa?" Bu Nining terheran-heran."Kambing milik Gayatri. Kemarin lusa Gayatri menjual semua kambingnya ke saya. Dan hari ini saya mau mengambil semuanya termasuk ayam-ayam yang Gayatri pelihara.""Mengambil? Gayatri menjual kambing? Kok saya gak tahu? Juragan Iwan jangan

  • Menjadi Cinderella Karena Mertua   Rencana

    Darsa sudah melaksanakan pertunangan dengan anak Pak RW, tanggal pernikahan mereka juga sudah direncanakan dan kabar tersebut sekarang menjadi topik perbincangan hangat di antara para warga desa. Termasuk Bu Nining, dengan kesal ia membicarakan dua sejoli itu. Bahkan sampai saat ini Bu Nining selalu saja menyalahkan Gayatri atas gagalnya rencana mengenalkan Damilah pada Darsa.Pernah waktu kemarin saat kabar Darsa berpacaran dengan anaknya Pak RW, Bu Nining menyalahkan Gayatri dan memaki menantunya itu. Bu Nining juga sempat main tangan dan mulutnya berkata kasar saking emosinya. Ia juga selalu menyuarakan untuk Gayatri hengkang dari rumahnya. Ralat, ini sebenarnya rumah milik Hendar. Sertifikat dan SPPT juga atas nama Hendar. Meskipun ini adalah tanah warisan, tetapi biaya pembangunan rumah semuanya atas jerih payah Hendar dan Gayatri. Dan sekarang, Bu Nining merasa tidak ikhlas saat tanah warisannya itu diambil alih oleh Gayatri, istri sah dari anaknya. Karena memang Gayatri-lah yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status