Menjadi Cinderella Karena Mertua

Menjadi Cinderella Karena Mertua

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-28
Oleh:  Hayanis KalaniOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
21Bab
302Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Hidup Gayatri yang seharusnya menjadi menantu malah berubah menjadi pembantu. Rumah yang sudah diwariskan untuk suaminya kini diambil kembali oleh mertuanya. Gayatri sudah tidak tahan dengan perlakuan mertua dan para iparnya. Melihat Gayatri yang hidup menderita, temannya berencana untuk membantu Gayatri kabur. Apakah rencana tersebut akan berhasil? Dan jika Gayatri kabur dari rumah apakah kebenaran akan suaminya yang menghilang akan terkuak?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Menghilangnya Hendar

Gayatri menangis tersedu sambil menaburkan bunga ke atas permukaan air laut pelabuhan Bakauheni. Mengelap air mata yang membasahi pipinya, Gayatri mencium puncak kepala anak keduanya yang baru berusia dua tahun, sementara tangan kanannya mengusap kepalanya yang berdiri di sampingnya yang baru berusia lima tahun.

Bukan hanya Gayatri seorang saja yang menangis di sana, tetapi banyak orang-orang juga yang menangis sedih lantaran harus mengikhlaskan orang-orang terdekat dan yang dicintainya menghilang, pergi untuk selama-lamanya dan raganya tidak akan pernah ditemukan. Menghilang dalam gelap, dingin dan dalamnya lautan lepas.

Sudah hampir dua pekan kapal feri yang mengangkut penumpang dari lampung menuju pelabuhan merak itu hilang. kabarnya kapal feri tersebut tenggelam di sekitaran Selat Sunda. Dari banyaknya  penumpang kapal, hanya sekitar tujuh puluhan orang yang ditemukan, termasuk korban selamat yang hanya bisa dihitung dengan jari.

Angin laut menerpa wajah Gayatri yang terlihat sangat sedih, wajahnya juga pucat karena tidak pernah sebentar pun tidak menangis.

"Ayo kita pulang," ucap Gayatri, mencoba tegar ketika Tim SAR dengan berat hati menghentikan pencarian korban tenggelamnya kapal feri itu.

Sesampainya di rumah, Gayatri disuguhkan oleh tangisan histeris dari ibu mertuanya serta kedua adik iparnya. Televisi di ruang tengah menyala, menampilkan acara berita tentang Tim SAR yang berhenti mencari korban-korban dan menyatakan kalau semua penumpang itu tidak ada yang selamat.

"Hendar! Hendar! Hendar!" Ibu mertuanya berteriak memanggil anak sulungnya, satu-satunya anak laki-laki di keluarganya.

Para tetangga yang memang sedang berkumpul di masing-masing rumah keluarga para korban itu mencoba menenangkan keluarga yang ditinggalkan.

Ibu Nining, mertua Gayatri terjatuh pingsan. Gayatri buru-buru masuk ke dalam rumah, sebisa mungkin dirinya membantu mertuanya untuk segera sadar kembali.

Tujuh hari kemudian, kehidupan mereka kembali normal meskipun perasaan mereka masih agak hampa karena kehilangan.

Gayatri yang selesai memasak langsung pergi ke belakang rumah untuk mengambil cucian pakaian dan menjemurnya di depan rumah. Sengaja dirinya tidak langsung sarapan terlebih dahulu karena kalau dirinya ikut sarapan bersama mertua dan adik iparnya, pasti Gayatri akan langsung dimarahi. Kedua anak Gayatri pun belum diberi makan. Yang kecil hanya baru diberi minum susu saja.

Sikap mertua dan adik iparnya langsung berbeda ketika Hendar sudah tidak ada. Yang tadinya pekerjaan rumah selalu dibagi-bagi, sekarang semua tugas Gayatri lakukan sendiri. Makanya akhir-akhir ini Gayatri selalu bangun jam empat pagi supaya nanti ketika Damilah akan berangkat ke sekolah, Gayatri tidak keteteran.

"Nanti kalau sudah selesai beres-beres rumah kamu jangan lupa pergi ke sawah buat bantuin ibu nanam sayuran. Jangan terlalu siang berangkatnya."

"Iya, Bu," jawab Gayatri sambil merapikan posisi jemurannya.

Bu Nining dan Damilah sudah pergi. Gayatri langsung menyuapi anak-anaknya makan makanan sisa karena sebagian sudah dibawa oleh ibu mertuanya dan juga Damilah yang dari bulan Januari sudah mulai les di sekolah dan pulangnya sampai sore.

"Nanti Gifari sama adek main di rumah Danang, ya. Soalnya ibu mau pergi ke sawah lagi. Jangan nakal ya, jagain adek. Ini uang buat jajan kalian berdua."

"Iya, Bu," jawab Gifari sambil meminum air putih sambil habis.

Sementara itu Gayatri mulai mencuci piring dan gelas yang kotor, setelah itu dilanjutkan dengan menyapu di dalam dan di luar rumah.

***

"Kamu ini dari mana saja? Kenapa baru datang sekarang? Dasar menantu lelet." Bu Nining langsung marah-marah begitu Gayatri sampai. Padahal hari ini masih pagi, sekitar pukul setengah tujuh lebih sepuluh menit.

"Maaf, Bu."

"Maaf, maaf. Emangnya cukup minta maaf doang? Udah sana kamu pergi ke petakan sawah yang lain. Sekalian kamu pacul di sana biar pas nanam jadi gampang."

"Iya, Bu." Gayatri dengan sigap mengambil cangkul dan mulai menggarap lahan tersebut.

Sebenarnya petakan sawah yang sudah selesai dipanen sebulan yang lalu itu sudah digarap oleh orang lain. Tetapi karena kabar Hendar menghilang dan dinyatakan meninggal, Bu Nining menghentikan pekerja tersebut karena takut nantinya tidak terbayar, soalnya tulang punggung keluarga adalah Hendar. Jadi segala kebutuhan dari mulai Gayatri dan kedua anaknya, kemudian Bu Nining dan Damilah semua Hendar yang menanggung. Apalagi sekarang Damilah sudah kelas dua belas, makin banyak saja kebutuhan dari sekolah yang harus menelan banyak biaya. Apalagi sekarang harga sembako dan BBM sedang naik, sebisa mungkin keluarga Bu Nining harus menghemat.

Siang harinya ketika mereka pulang, Gayatri pergi dulu ke kebun untuk mencari kayu bakar. Sementara Bu Nining langsung pulang ke rumah untuk tidur siang. Biasanya di rumah mereka sering masak nasi menggunakan magicom, tetapi karena menghemat, jadilah Gayatri harus menanak nasi menggunakan tungku.

Gayatri menghela napas panjang. Ia sebisa mungkin menahan tangisnya supaya  tidak pecah. Dalam keadaan dan situasinya saat ini, dirinya tidak boleh lemah karena Gayatri sama sekali tidak mempunyai pegangan.

Gayatri dulunya adalah gadis yang hidup sebatang kara. Kata paman dan bibinya, orang tua Gayatri sudah meninggal dunia ketika Gayatri dilahirkan ke dunia ini. Dari kecil Gayatri sudah terbiasa hidup mandiri meskipun paman dan bibinya selalu mencoba memanjakannya.

Ketegaran hati Gayatri runtuh ketika mendengar suaminya, orang yang paling dicintainya itu pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dirinya dan kedua anaknya. Hidup Gayatri seketika terasa hancur. Kini tempat satu-satunya untuk bersandar itu tidak ada. Gayatri sekarang harus berdiri sendiri dan harus mencoba untuk kuat.

Andai saja saat itu Gayatri tidak mengijinkan Hendar untuk merantau ke Bandung, bekerja di tempat temannya yang saat itu katanya sedang membutuhkan tambahan pekerja, pasti hal ini tidak akan terjadi. Hendar tersayangnya itu masih ada di sampingnya dan sikap mertua serta iparnya tidak akan berubah.

"Mas...," Sekuat apa pun Gayatri menahan tangisnya, hal tersebut nyatanya tidak berhasil. Perlahan air matanya jatuh, tetapi Gayatri buru-buru menghapusnya. Dirinya takut kalau ibu mertuanya melihat dirinya sedang menangis. Pasti nantinya akan menjadi sebuah masalah yang berkepanjangan.

Di dalam hati Gayatri, dirinya mendoakan kebaikan untuk suaminya. Meskipun agak mustahil dan sedikit menentang takdir, tetapi selama raga Hendar belum juga ditemukan, Gayatri berharap kalau suaminya itu selamat di suatu tempat supaya nanti keluarga kecil mereka bisa berkumpul kembali.

Gayatri menatap cincin pernikahannya dengan Hendar. Sampai sekarang Gayatri enggan melepaskan cincin suci tersebut. Biarlah cincin itu masih tetap Gayatri pakai, hitung-hitung untuk menjaga dirinya dari para laki-laki yang mencoba menggodanya. Biarlah para ibu-ibu mencemooh dirinya karena sudah janda ditinggal mati tetapi tidak melepaskan cincin pernikahan. Ibu mertuanya tidak memarahi Gayatri karena masih memakai cincin tersebut. Atau memang Bu Nining sengaja membiarkan Gayatri tetap memakainya karena anaknya masih ada yang gadis dan juga lajang. Jadi semua perhatian orang-orang pasti akan tertuju pada Gayatri karena mereka merasa iba atau karena Gayatri sudah dewasa.

Dari segi fisik, rupa dan sifat, Gayatri jauh lebih unggul daripada Damilah. Bahkan saat ini Gayatri sudah memiliki anak dua pun, kecantikan Gayatri tidak pernah memudar. Tubuhnya tetap kurus ideal.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
21 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status