Share

BAB 5. Tawaran Mengejutkan

Author: Bayang Cermin
last update Last Updated: 2025-10-01 12:49:09

"Perlu Anda tahu, lowongan yang masih tersisa hanya di bagian cleaning servis. Apa Anda mau di bagian tersebut?" tanya Mark, tatapannya tajam namun penuh penilaian, tak lepas dari wajah Irenne.

"Maaf, Pak. Bidang ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya," kata Irenne.

Mark lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Apa kamu sudah izin dengan keluargamu? Atau dengan suamimu agar bisa bekerja di perusahaan ini?"

Pertanyaan itu membuat Irenne membeku. Dia menunduk, mencoba menyembunyikan sorot matanya yang bergetar.

"Sa—saya baru aja pisah dengan suami," ucapnya terbata, suaranya nyaris berbisik.

Mark mencondongkan tubuh sedikit ke depan. "Bercerai maksudnya?" tanyanya, suaranya dalam dan penuh rasa ingin tahu.

Irenne menggigit bibir bawahnya, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Sa—saya belum resmi bercerai. Tapi saya akan bekerja untuk membuat surat cerai secepatnya."

Di balik kata-kata itu, tersimpan luka yang dalam pada Davin, sang suami. Tapi pertanyaan-pertanyaan Mark menekannya.

"Kamu yakin ingin bercerai dengan suamimu? Kenapa?" tanya Mark pelan, nada suaranya seolah ingin menguji keteguhan hati wanita di hadapannya.

"Suami saya selingkuh. Jadi saya memutuskan untuk menggugat cerai dia. Tekad saya udah bulat, Pak," jawab Irenne berapi-api, matanya berkilat menahan amarah sekaligus kesedihan.

Sejenak ruangan hening. Hanya suara jam dinding yang terdengar berdetak, seakan ikut menghitung detik keheningan itu. Mark kembali bersandar ke kursinya, kedua tangannya terlipat di dada. Tatapannya tajam dan dalam. Sesekali ia melirik Irenne, seolah sedang menimbang sesuatu yang tak ingin ia ucapkan terburu-buru.

Irenne merasa dadanya berdebar kencang. Sorot mata Mark membuatnya gugup, tapi juga menumbuhkan secercah harapan. Rasa penasaran, apa yang sedang dipikirkan pria itu? Apakah dia dianggap layak untuk diterima bekerja sebagai desainer di perusahaan ini?

"Saya harap, saya bisa diterima di tempat ini Pak. Tanpa ada kaitannya dengan suami saya. Saya janji, setelah ada uang, secepatnya saya urus perceraian."

Dalam hatinya, Irenne berdoa semoga Mark tidak menolaknya hanya karena status rumah tangganya yang berantakan.

'Wanita ini sepertinya cocok menjadi seorang ibu, dari pada Lisa, tunanganku yang selalu cuek dengan Arley. Kalau aku ambil suatu keputusan ini, pastinya Lisa marah besar dan berlaku kasar dengan wanita ini,' batinnya.

Mark akhirnya meletakkan kedua tangannya di atas meja, lalu menatap Irenne lekat-lekat.

"Hmm, kalau hanya di bagian lain, saya rasa kemampuanmu terlalu berharga untuk itu."

Irenne terdiam, keningnya berkerut. "Maksud Bapak?" tanyanya ragu.

Mark menghela napas dalam, seolah hendak mengambil keputusan saat itu juga.

"Saya punya tawaran lain untukmu. Mungkin akan terdengar aneh, atau bahkan membuat kamu terkejut."

Irenne semakin tegang. Seolah ingin secepatnya mendapat jawaban sesuai harapannya.

"Pekerjaanmu di sini menjadi ibu sambung bagi Arley, anak saya."

Irenne terbelalak, seakan telinganya salah dengar. "I—ibu sambung? Maksud Bapak, saya harus menikah dengan Bapak?" suaranya tercekat, nyaris tak percaya.

Mark hanya menatapnya dalam, tanpa senyum, seakan tawaran itu bukan main-main.

"Kamu hanya perlu menjadi sosok ibu bagi Arley. Menemaninya, merawatnya, membuatnya merasa punya keluarga utuh lagi, dan membahagiakannya, dan pastinya kamu harus menikah dengan saya."

Ruangan kembali hening. Kali ini bukan karena kebingungan Mark, melainkan keterkejutan Irenne. Jantungnya berdegup tak karuan, antara percaya dan tidak, maka Irenne terpaku lama.

Melihat Irenne seperti patung, Mark melanjutkan ucapannya. "Kamu bekerja hanya menjadi Mama kandung Arley sepenuhnya. Jalan-jalan, antar sekolah, bermain, dan bacakan dongeng sebelum tidur. Kamu gak perlu khawatir. Suster Ina tetap mengurus Arley. Jadi kamu gak capek. Apa kamu mau terima pekerjaan ini?

"Tapi Pak ..."

Belum sempat Irenne mengucap, Arley terbangun dari tidurnya. Suara tangisnya memenuhi ruangan, sambil tangannya melambai ke Irenne minta digendong.

"Mama, Mama. Aley mau digendong Mama!"

Irenne buru-buru menggendongnya, memeluknya, mengusap rambutnya. "Iya, sayang, kamu jangan takut ya. Aley gak boleh nangis. Kalau nangis, nanti pintarnya hilang. Aley gak boleh nangis ya."

Arley mengangguk pelan. "Mama janji  jangan tinggalin Aley?" tanya Aley dalam isaknya.

Irenne terdiam, lalu melirik ke Mark, yang terkesima melihat sang anak begitu rapat pada Irenne, wanita yang baru dikenalnya.

"Saya berharap, kamu mau menjawab sekarang. Ada satu hal lagi. Arley pernah mengalami trauma yang sangat berat. Dia pernah mendapat perlakuan Mamanya yang keji," jawab Mark.

"Maksudnya, Pak?" tanya Irenne mengernyitkan keningnya.

Mark menghela nafas dalam. "Arley pernah mendapat kekerasan dari Laura, ibunya. Sehingga dia mengalami Post-Traumatic Stress Disorder. Yaitu gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan. Arley sering melamun, atau sering mengamuk apa bila ada hal yang tidak menyenangkan hatinya. Bisa juga dia menyakiti seseorang, atau menyakiti dirinya sendiri."

"Tapi tidak perlu khawatir. Ada suster yang menangani," lanjut Mark.

"Maaf, boleh saya tahu di mana ibu anak ini?" tanya Irenne pelan.

"Kami sudah bercerai belum lama ini," jawab Mark tegas.

"Dan sekarang ... Jawab pertanyaan saya. Bagaimana dengan tawaran saya. Apa kamu mau terima untuk menjadi ibu sambung Arley, dan menikah dengan saya, walau hanya di catatan sipil saja." lanjut Mark menatap lekat mata Irenne.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 63. Di Kamar Arley.

    "Kalian gak perlu khawatir, saya sebagai ibunya, wajib memberi perhatian pada anak saya sendiri," ucap Laura sambil menatap Mark dan Irenne dengan nada yang sukar ditebak, antara teguran, kecemasan, dan kepemilikan yang kuat.Suasana meja makan langsung terasa mencekam. Saly berhenti mengunyah, sementara Siren Kai hanya mengangkat alis, menatap Laura dari ujung meja.Beberapa saat kemudian, Bibi kembali ke ruang makan dengan langkah ragu, kepala tertunduk dalam-dalam."Kamar sudah siap ditempati, Nyonya," lapornya pelan."Hmmm, terima kasih, Bi," jawab Laura singkat. Tanpa menunggu reaksi siapa pun, dia langsung melangkah menuju kamar Arley. Tidak ada permisi, tidak ada sopan santun, seolah rumah itu miliknya sendiri.Pintu kamar mengayun tertutup, meninggalkan keheningan yang menegangkan.Siren Kai menatap punggung Laura yang menghilang di balik pintu kamar, tatapannya dingin menusuk. Rahangnya mengeras.Mark dan Irenne saling pandang, masing-masing menyimpan keresahan yang tak merek

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 62. Ancaman untuk Irenne

    Pagi itu, di ruang makan rumah keluarga Mark. Aroma jarumnya roti panggang dengan isi daging asap memenuhi udara. Mark, Irenne, Saly, dan Nenek Sirren Kai sedang duduk sarapan dalam keheningan yang tegang setelah beberapa hari penuh masalah. Arley masih beristirahat di kamarnya—dokter menyarankan agar ia tidak banyak bergerak pascakejadian di proyek kemarin, dan harus banyak beristirahat, karena retaknya lengan kiri. Tok! Tok! Tok! Bibi yang sedang membereskan gelas menoleh cepat dan berjalan ke arah pintu depan. Begitu pintu dibuka, wajahnya langsung berubah kaku. "Nyonya Laura?" bisiknya pelan. Tanpa menunggu dipersilakan, Laura melangkah masuk, sepatunya masih menginjak karpet bersih. Sorot matanya tajam, napasnya terengah sedikit, tanda ia datang dengan emosi penuh. Terlebih saat menatap Irenne. Laura langsung menuju meja makan. Semua orang menoleh, suasana langsung mencekam. Laura: (dengan suara tinggi) "Mana Arley? Aku mau dia ikut aku sekarang juga." Irenne menelan luda

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 61. Mencari Bukti

    "Mark, aku memang salah. Aku minta maaf," ucap Irenne suatu hari. Mark enggan untuk menoleh. "Nggak ada yang perlu dimaafkan. Lupakan." Sejak hari itu, setiap Mark melihat Irenne, sorot matanya penuh dingin dan penolakan. Saat Irenne mencoba menjelaskan, Mark memalingkan wajah. Saat Irenne mendekat, Mark melangkah pergi. Saat Irenne berkata jujur, Mark menyebutnya, "Hmm, masih berani membela diri setelah kecerobohanmu, yang hampir membunuh Arley." Perlahan, jarak di antara mereka menjadi jurang yang sulit dijembatani. Belum lagi setiap malam sebelum tidur, bisikan Saly Vista terus menggaung di kepala Mark. "Wanita itu memang sengaja kok, ingin menyingkirkan Arley …" "Mama yakin, dia mengejar kekayaan keluarga kita …" "Kamu harusnya lebih berhati-hati dengan perempuan seperti dia Mark. Ingat, dia itu darah pembunuh …" Mark menutup mata, mengabaikan rasa bersalah yang berusaha muncul. Karena ia mulai percaya bahwa Irenne bukan lagi orang yang ia pikir selama ini. Pagi

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 60. Kesalah Pahaman

    Arley masih terbaring tak sadarkan diri ketika para pekerja proyek bergegas mengangkat tubuhnya yang tertimpa balok. Mark yang tiba tak lama kemudian langsung memerintahkan,"Hei! Kalian tunggu apa lagi?! Kenapa cuma diam! Cepat! Bawa dia ke rumah sakit sekarang!" seru Mark dengan berang.Suasana kacau. Debu masih beterbangan, para pekerja panik, sementara Irenne berdiri di tengah kerumunan dengan wajah pucat dan tubuh bergetar dan perasaan bersalah.Di Rumah SakitArley akhirnya dinyatakan selamat. Dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah tenang menemui Mark."Syukurlah, tidak ada luka internal serius. Hanya retak pada lengan kiri dan beberapa memar," jelas dokter.Mark mengangguk, lega. "Terima kasih Dok. Kalau begitu saya urus administrasi dulu, permisi."Mark melangkah ke loket bagian administrasi. Di sana Irenne sedang duduk melamun bercampur shok. Namun ketika Mark menatap Irenne, sorot matanya berubah—bukan marah, tetapi kecewa yang begitu dalam atas kecerobohan Irenne.Irenne

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 59. Pemeriksaan TKP

    "Arley!!!! Bangun sayang, bangun Nak!" Saat itu juga air Irenne tidak dapat menahan air matanya untuk meleleh. Arley berusaha melindungi Irenne tanpa memikirkan dirinya sendiri, sehingga kayu balok besar menimpanya. Sehingga yang terdengar berikutnya hanyalah suara Arley meringis pelan di bawah tumpukan debu dan kayu. "Arley!! Arley bangun, Nak! Tolong!! Tolooong!" Irenne berteriak histeris, berusaha mengangkat kayu berat itu dengan tangan gemetar. Beberapa pekerja datang membantu, dan mereka akhirnya menemukan Arley dalam keadaan tak sadarkan diri. Sus Ina terpekik dan langsung menangis. "Tuan kecil! Oh Tuhan…" Irenne menahan tangis, wajahnya pucat pasi. "Cepat! Panggil ambulans!" Beberapa jam kemudian di rumah sakit, Arley terbaring di ruang perawatan dengan perban di lengan kirinya. Dokter menjelaskan kalau ia mengalami retak tulang, tapi nyawanya masih sempat tertolong dan selamat. Irenne menunduk di sisi ranjang, menggenggam tangan anaknya dengan mata sembab. "Maafin Mama,

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 58. Kerja Sama Aurel dan Melvin

    Siang itu, langit tampak mendung seolah ikut menyimpan beban perasaan yang menggelayuti hati Aurel. Di kontrakan kecil yang kini ia tinggali bersama Edgar dan Amy, suasana terasa sepi. Edgar duduk termenung di kursi tamu bersama Amy.Aurel menatap sekeliling rumah itu dengan rasa tidak percaya. Dulu, ia hidup di rumah megah Kenneth Residence—berlantai marmer, berlampu kristal, penuh kemewahan. Kini, semuanya hilang karena satu nama, Irenne."Irenne!!" pekik hatinya.Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Perempuan itu sudah menghancurkan segalanya ..."Sambil berjalan ke kamarnya, Aurel mengambil ponselnya. Ia membuka daftar kontak dan menggulir ke bawah hingga menemukan nama Melvin. Bibirnya menyunggingkan senyum licik."Untung aku sempat menyimpan nomor Melvin. Dan untung juga aku tahu, dia benci Mark setengah mati karena urusan warisan neneknya," gumam Aurel pelan. "Mungkin ini waktunya kita kerja sama."Tanpa berpikir panjang, ia menekan tombol panggil. Suara di seberang terdengar s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status