"Hmmm... syarat ya. Syarat untuk saya memberi kewajiban setiap malam di dalam kamar sebagai suami ke istri," ucap Mark pelan namun tegas. Wajahnya tetap datar, dingin tanpa ekspresi. Tapi dalam hatinya, ia hampir tak kuasa menahan tawa melihat pipi Irenne yang seketika merona merah, jelas sekali terkejut mendengar ucapan itu. Irenne menunduk, jari-jarinya saling meremas karena gugup. "P-Pak, itu ..." suaranya bergetar, tidak tahu harus menjawab apa. Mark menyandarkan tubuhnya dengan santai ke kursi, matanya tajam menatap Irenne. Dalam hatinya dia geli, tapi dia sengaja membiarkan kesunyian menggantung, hanya untuk melihat bagaimana wanita itu bereaksi. "Bu—bukan, bukan itu maksud saya Pak. Tapi ..." Terpaksa Irenne memutuskan kata-katanya, Karena Mark langsung menjawab. "Itu pasti akan saya lakukan apabila hati saya sudah dekat denganmu, dan bisa kita bicarakan suatu saat nanti," jawab Mark sambil melemparkan pandangannya ke arah lain, menahan hatinya untuk tertawa. "Pak, saya
Last Updated : 2025-10-04 Read more