Share

BAB 8. Syarat

Author: Bayang Cermin
last update Last Updated: 2025-10-04 10:43:09

"Hmmm... syarat ya. Syarat untuk saya memberi kewajiban setiap malam di dalam kamar sebagai suami ke istri," ucap Mark pelan namun tegas.

Wajahnya tetap datar, dingin tanpa ekspresi. Tapi dalam hatinya, ia hampir tak kuasa menahan tawa melihat pipi Irenne yang seketika merona merah, jelas sekali terkejut mendengar ucapan itu.

Irenne menunduk, jari-jarinya saling meremas karena gugup. "P-Pak, itu ..." suaranya bergetar, tidak tahu harus menjawab apa.

Mark menyandarkan tubuhnya dengan santai ke kursi, matanya tajam menatap Irenne. Dalam hatinya dia geli, tapi dia sengaja membiarkan kesunyian menggantung, hanya untuk melihat bagaimana wanita itu bereaksi.

"Bu—bukan, bukan itu maksud saya Pak. Tapi ..."

Terpaksa Irenne memutuskan kata-katanya, Karena Mark langsung menjawab.

"Itu pasti akan saya lakukan apabila hati saya sudah dekat denganmu, dan bisa kita bicarakan suatu saat nanti," jawab Mark sambil melemparkan pandangannya ke arah lain, menahan hatinya untuk tertawa.

"Pak, saya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 19. Ini Perintah!

    Di rumah mewah itu, Arley, bocah berusia lima tahun, berlari kecil menghampiri sang ayah yang tengah duduk di ruang tamu. Dengan mata polosnya, ia menatap penuh tanya pada sang ayah. "Pa, Mama Irenne ke mana Pa. Aku kangen?" suaranya bernada merengek, membuat Mark terdiam sejenak. Pertanyaan sederhana dari bibir kecil itu seolah menampar kesadaran sang ayah. Ada kerinduan tulus dalam setiap kata yang diucapkan Arley, kerinduan pada sosok yang ia panggil Mama. "Pa, kenapa Mama gak tinggal sama kit Pa?" Mark tersentak mendengar pertanyaan itu. Baru disadarinya, sudah dua hari ia tak bertemu dengan Irenne. Wajah wanita itu tiba-tiba terlintas jelas di benaknya, senyum lembutnya, tatapan matanya yang hangat pada Arley. Dengan perasaan cemas, Mark segera meraih ponselnya dan menekan nomor Irenne. Nada sambung terdengar berulang, namun tak ada jawaban di sana. "Kemana wanita?" gumamnya pelan, napasnya terasa berat. Ada rasa khawatir yang mulai tumbuh di dadanya. Dua hari tidak ada kab

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 18. Menemui Mark.

    Dengan tangan bergetar, Irenne membuka map itu. Di dalamnya terdapat lembaran fotokopi surat kepemilikan Perusahaan Richard Kenneth, masih tercantum atas nama kakeknya. Jantungnya berdetak cepat. Pandangannya kabur oleh rasa campur aduk antara kaget, lega, dan tidak percaya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih ponselnya. Jemarinya menekan nomor Pak Mark dengan tergesa. "Pak Mark, saya harus bicara sekarang juga," ucapnya cepat, hampir tanpa jeda. "Mau bicara? Bicara apa?" suara Mark datar. "Aku sudah menemuka surat kepemilikan awal Kenneth Group. Tapi di sini hanya foto copy," jawab Irenne tergesa. "Ok, temui saya di kantor, sekarang." "Baik Pak." Irenne menutup sambungan telpon. Begitu panggilan berakhir, Irenne bangkit. Dengan langkah mantap, ia keluar dari kamar, meninggalkan segala kegelisahan yang sempat menahannya tadi. Namun baru saja Irenne membuka pintu, langkahnya seketika terhenti. Di ambang pintu, Aurel sudah berdiri, bersedekap dengan tatapan sinis yang menusuk.

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 17. Isi File

    Irenne memeriksa setiap file di laptop ayahnya satu per satu. Hampir semuanya berisi laporan pekerjaan kantor, tanpa ada yang tampak mencurigakan. Waktu berjalan cukup lama, matanya mulai lelah, tapi rasa penasaran menahannya untuk tidak berhenti dan terus mencari."Kenapa tak ada satu pun yang benar-benar aku inginkan? Semua berisi laporan perusahaan," gumamnya sambil terus menelusuri file satu-persatu.Hingga akhirnya, matanya menangkap satu file yang membuat napasnya tercekat, yaitu sebuah dokumen berisi pemecahan laba saham perusahaan. Tertulis dengan jelas, 30 persen untuk Amy, ibu tirinya, dan 30 persen untuk Aurel, adik tirinya.Namun, namanya sendiri sama sekali tidak tercantum di sana.Dada Irenne terasa sesak. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. Ia menatap layar itu lama, matanya mulai basah."Papa ... kenapa, Pa? Kenapa Papa tega banget? Aku ini anak kandungmu," bisiknya lirih, kecewa dan terluka dalam diam.Irenne terdiam lama di

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 16. Pulang ke Rumah.

    Malam itu, Irenne memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Lampu-lampu di ruang makan masih menyala ketika ia tiba. Dari kejauhan, terdengar suara dentingan sendok dan garpu. Edgar, ayahnya, tengah menikmati makan malam bersama Amy, sang ibu tiri.Irenne merogoh tasnya mengambil anak kunci. Dia masih menyimpan kunci duplikat rumah orang tuanya. Lalu melangkah masuk.Begitu melihat kehadiran Irenne di ambang pintu, Edgar dan Amy berhenti sejenak sambil masih memegang sendok garpu. Tatapan Edgar tampak datar, sementara Amy tersenyum tipis — senyum yang terasa hanya bagai basa-basi saja."Hei, Irenne. Sudah lama tidak ke sini. Tumben, ada perlu apa?" tanya Amy, suaranya terdengar manis namun sinis."Hmm, ga ada apa-apa, cuma mau tengok rumah orang tuaku aja. Aku memang sibuk belakangan ini," jawab Irenne singkat, berusaha menahan perasaan sesak dadanya.Irenne ikut duduk berhadapan dengan mereka. Beberapa percakapan ringan pun terjadi, sekadar formalitas. Tidak ada pelukan, tidak a

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 15. Suntikan Dana

    Irenne menelan ludah pelan. "Maksud Bapak, pernikahan kontrak itu … akan dilaksanakan dalam waktu dekat?" Mark mengangguk pelan. Hatinya ragu dan menduga, kalau Irenne akan membatalkannya. "Aku tidak ingin menundanya lebih lama lagi. Semakin cepat ini selesai, semakin baik untuk kepentingan kita berdua, dan juga untuk Arley. Kamu tahu kan, Arley semakin dekat denganmu." Nada suaranya terdengar tenang, tapi tegas. Seolah keputusan itu sudah mutlak, tak ada ruang untuk negosiasi. Irenne memalingkan pandangan ke jendela. Hatinya terasa berat. Bukan karena ia menolak, tapi karena kesadaran bahwa pernikahan itu bukanlah atas dasar cinta, melainkan sebuah kesepakatan dingin demi masa depan anak kecil yang sangat ia sayangi. "Kalau begitu … kapan tanggal yang Bapak rencanakan?" tanyanya perlahan. Mark membuka kalender di meja kerjanya, lalu menunjuk sebuah tanggal dengan ujung penanya. "Minggu depan. Hari Senin. Di kantor catatan sipil. Semua akan aku urus, surat, saksi, bahkan jadwal

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 14. Menetapkan Tanggal Pernikahan

    Pagi-pagi sekali, Arley sudah terbangun. Dengan langkah kecilnya, ia menghampiri tempat tidur dan menggoyang pelan tubuh Irenne.“Mama… bangun, Ma. Sudah pagi. Aley lapar, mau makan,” ucapnya manja.Irenne mengucek-ucek matanya sambil tersenyum melihat bocah kecil itu duduk di sampingnya dengan wajah polos."Sayang, kamu sudah bangun duluan? Yah sudah, Mama juga bangun, ya. Tapi kamu mandi dulu, baru nanti Mama temani Arley makan, oke?""Okey Mama, aku mau mandi dulu."Arley tertawa kecil, senang sekali mendengarnya. Ia langsung meloncat turun dari tempat tidur dan berlari kecil menuju ruang tamu. Membangunkan suster yang masih tertidur di kursi sofa.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Irenne berjalan ke dapur. Aroma roti panggang dan susu hangat mulai memenuhi ruangan. Ia menyiapkan sarapan sederhana—roti isi telur, segelas susu untuk Arley, dan kopi hitam untuk dirinya.Di meja makan, Arley sudah duduk manis, menggoyang-goyangkan kakinya di kursi tinggi. Suster Ina membantu Irenne d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status