Share

Nasib Yang Sama

last update Last Updated: 2025-03-17 06:02:15

"Sudah, Pak Baim," jawab suara di ujung sana. "Semua dekorasi sesuai dengan yang Bapak minta."

Baim mengangguk kecil meski lawan bicaranya tak bisa melihatnya. "Baik, bagus. Sekarang tolong ke ruang kerja, antar Ayu ke kamarnya."

"Baik, Pak."

Ia meletakkan telepon dengan gerakan santai, lalu kembali menoleh ke Ayu. Kali ini, ekspresinya lebih lembut. Ia melangkah kembali ke sofa, duduk di sampingnya dengan tubuh sedikit condong ke depan, seolah ingin memastikan Ayu merasa nyaman.

"Asisten rumah tangga akan segera ke sini untuk mengantarmu ke kamar," kata Baim, suaranya terdengar datar, tapi ada sesuatu di matanya—seperti ingin memastikan Ayu merasa nyaman. "Kamarmu ada di lantai ini. Karena kamar asisten sudah penuh, jadi kamu menempati kamar tamu. Itu juga supaya kamu lebih mudah menuju kamar bayi."

Ayu hanya mengangguk pelan. Jemarinya meremas ujung bajunya, seakan masih mencoba memahami perubahan besar dalam hidupnya.

Baim memperhat

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Fasilitas Mewah

    Ayu membuka mulutnya, hendak berkata sesuatu, tapi sebelum sempat menjawab—Tok tok...Suara ketukan pintu memecah keheningan di antara mereka.Ayu buru-buru mengusap sisa air mata di pipinya, sementara Baim menoleh ke arah pintu, ekspresinya kembali terkendali."Masuk." Suara Baim terdengar tenang, tapi ada sedikit perubahan dalam nada bicaranya—seolah ia butuh waktu untuk mengalihkan pikirannya dari percakapan barusan.Pintu terbuka pelan. Seorang wanita paruh baya melangkah masuk dengan langkah mantap, wajahnya memancarkan ketenangan seorang yang sudah lama mengabdi. "Saya mau antar Mbak Ayu, Pak," katanya dengan suara ramah.Baim mengangguk sebelum menoleh ke Ayu. "Ayu, ini Mak Ti. Dia asisten senior di rumah ini. Sudah kuanggap seperti ibuku sendiri." Ia menatap wanita itu dengan penuh hormat. "Aku bahkan nggak pernah panggil namanya. Semua orang di sini menyebutnya Mak Ti."Ayu segera berdiri, lalu meraih tangan Mak

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Debaran Tanpa Henti

    Mak Ti yang sejak tadi berdiri di ambang pintu tersenyum. "Pak Baim yang minta. Dia bilang, Nak Ayu suka warna pink, jadi dia suruh Mak dekorasi kamar ini seperti ini. Dia juga meminta Mak menyiapkan perlengkapan make-up dan baju-baju itu."Ayu terdiam. Ada sesuatu di dadanya yang terasa menghangat, sekaligus bergetar."Dia ingat warna favoritku?" batinnya. "Kenapa perhatian sekali?"Tangannya perlahan menyentuh dadanya sendiri, merasakan detak jantungnya yang mulai berdegup lebih cepat."Ya Allah... Kenapa aku deg-degan lagi?"Ayu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya. Tapi pikirannya justru kembali ke perjanjian itu-poin delapan.'Dilarang terlibat emosi antara pemberi dan penerima kontrak.'Ia menutup matanya sejenak, menggigit bibir, berusaha mengusir perasaan aneh yang mulai merayapi ben

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Makan Malam

    Mak Ti mengangguk, ekspresinya seakan mengatakan bahwa hal ini wajar saja.Ayu menghela napas, berusaha menepis pikirannya yang mulai berlarian ke arah yang tidak seharusnya. "Ah… nggak. Gak mungkin, kan?" batinnya.Ia mengusap wajah, mencoba mengembalikan fokusnya. "Ya udah, Mak. Saya siap-siap dulu ya."Mak Ti tersenyum. "Baiklah. Kami tunggu di bawah, ya."Setelah pintu tertutup, Ayu menghela napas panjang, lalu berjalan menuju wastafel. Percikan air dingin menyentuh wajahnya, membuatnya sedikit lebih segar.Ia berdiri di depan lemari, tangannya terulur, menyentuh deretan pakaian yang tersusun rapi. Matanya menelusuri satu per satu sebelum akhirnya mengambil sebuah dress yang terlihat cantik namun tetap sederhana.Saat mengenakannya, ia melangkah ke depan cermin.Sejenak, ia tertegun.Pantulan d

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kepedulian Sang CEO

    "Saya nggak enak sama yang lain. Jadi, biarkan saya makan bersama mereka saja, ya?"Baim menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Ayu dengan sorot penuh ketenangan."Ayu," katanya, nada suaranya lebih dalam. "Kamu adalah ibu susu anak-anakku. Aku perlu membahagiakanmu demi menjaga kualitas ASI yang kamu berikan untuk mereka."Ayu tercekat. Kata-kata itu seharusnya terdengar biasa, sangat masuk akal. Tapi entah kenapa, sesuatu dalam dirinya bergetar.Dada Ayu berdesir pelan. Ia menggigit bibir, mencoba menekan perasaan yang mulai menguar di hatinya."Ya Allah… andai saja suamiku memperlakukanku seperti dia," bisiknya dalam hati.Tapi seketika ia menggeleng halus, menepis harapan yang tak seharusnya ada.Ia menarik napas dalam, lalu dengan ragu meraih sendoknya.Di hadapannya, Baim masih tersenyum.Dan untuk pertama kalinya, Ayu merasa dihargai.Bik Imah melangkah mendekati meja makan, tatapannya hangat saat i

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perasaan Iri

    Mak Ti yang berdiri di dekat Indri menyenggol lengannya pelan. "Udah, jangan cari masalah. Lebih baik kamu bersikap ramah sama karyawan baru kali ini."Indri mendengus, melipat tangan di dada. "Gak mau! Kalau bukan Ibu Laura, gak ada yang boleh memiliki hati Pak Baim—kecuali aku," ujarnya sambil menyeringai.Mak Ti menatapnya tajam. "Kamu pikir Pak Baim mau sama kamu?"Indri segera merangkul lengan Mak Ti dengan manja. "Mak Ti harus bantu aku dong! Pak Baim pasti nurut sama Mak Ti, kan?"Mak Ti mencibir. "Jangan mimpi..."Indri mendengus kesal, kakinya menghentak lantai dengan gemas.Setelah menghabiskan makan malamnya, Ayu segera menuju kamar si kembar untuk menyusui mereka. Sementara itu, para pengasuh menikmati makan malam bersama karyawan lainnya.Seperti biasa, si kembar menyusu dengan lahap sebelum akhirnya terlelap dalam tidur yang damai.Ayu menghela napas lega. Dengan penuh kasih, ia mengusap kepala mungil mereka

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Peringatan Keras

    Ayu hanya diam, tak ingin terpancing.Indri menyeringai, tangannya semakin kuat menekan pel ke lantai. "Semoga aja gak ada yang lupa diri gara-gara kebaikan orang, ya. Soalnya, kalau jatuh dari angan-angan, sakitnya bisa keterlaluan."Ayu berusaha tak peduli. Ia hendak melangkah ke dispenser, tapi tiba-tiba ujung alat pel Indri berkali-kali menyentuh kakinya, seolah disengaja.Ayu berhenti. Mata mereka bertemu—tatapan Indri tajam, penuh amarah yang tak tersampaikan.Ayu menegakkan tubuhnya, menatap Indri dengan ekspresi tenang tapi menusuk. "Mbak Indri… Aku permisi ya, mau ambil air." Kali ini, nada suaranya mengandung sedikit ketegasan.Indri menyeringai sinis. "Gak liat apa aku lagi ngepel?" Gerakannya makin kasar, membasahi lantai di dekat kaki Ayu."Indri…" Suara Mak Ti dari meja makan terdengar seperti peringatan.

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perasaan Menyiksa

    Baim hanya tersenyum kecil. "Apa yang kamu pikirkan? Sampai gak lihat aku yang berdiri di depan."Ayu berusaha tersenyum, mencoba menyembunyikan kegugupan yang mulai menjalari tubuhnya. "Nggak kok, Mas. Gak ada…"Baim mengamati wajahnya. "Aku perhatiin, kamu sering jalan sambil nunduk. Di rumah sakit juga begitu. Itu pasti karena kamu banyak pikiran, kan?"Ayu menggeleng cepat. "Enggak, Mas. Beneran enggak."Baim tak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu. Lalu, dengan suara lebih lembut, ia bertanya, "Ayu… Apa ada sesuatu yang membuatmu gak nyaman di rumah ini?"Ayu ingin menjawab. Ingin sekali mengatakan bahwa iya, dia merasa tak nyaman. Tapi bukan karena rumah ini, bukan karena orang-orang di dalamnya.Tapi karena dia.Baim."Kamu yang membuat aku gak nyaman, Mas. Kebaikanmu terlalu berlebihan. Aku takut..." batinnya.Baim mengulurkan tangan, menyentuh bahunya pe

    Last Updated : 2025-03-20
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menghindar

    "Indri?"Indri menyilangkan tangan di dada, alisnya sedikit terangkat. "Kenapa kaget? Kecewa yang datang bukan Pak Baim?"Ayu mengerjap, berusaha menguasai ekspresinya. "Ah... nggak kok. Aku cuma kaget. Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu nggak suka sama aku?"Indri terkekeh sinis, lalu mengangkat alat bersih-bersih yang dibawanya. "Servis room. Aku mau bersihin kamar kamu."Ayu menghela napas, membuka pintunya lebih lebar. "Oh... baiklah. Silakan."Indri melangkah masuk, bola matanya langsung berkeliling, menelusuri setiap sudut ruangan. Napasnya terdengar berat, seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Matanya menyipit ketika melihat fasilitas yang ada di kamar itu—tempat tidur yang lebih besar, lemari yang lebih mewah, bahkan ada kursi empuk di pojokan."Hebat juga kamu, bisa bikin Pak Baim memberikan semua ini," katanya, suaranya sarat dengan racun.Ia melangkah mendekat, lengannya bersedekap. "Kamu... nggak ngeray

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Keraguan Yang Terselip

    "Papa ngirim pesan..." Suara Narendra terdengar panik.Mata Ayu membulat. "Apa? Mungkinkah itu orang suruhan Papa?"Narendra kembali melirik spion, lalu menggeleng pelan. "Nggak tahu."Beberapa detik kemudian, getaran panggilan masuk dari Sambo membuat ponselnya bergerak."Papa nelpon, Mas!" seru Ayu panik.Narendra spontan menoleh ke arah ponsel. Pegangannya di setir mulai goyah."Apa Papa tahu aku bawa Ayu kabur?" batinnya.Ayu melirik spion dengan napas tak teratur. "Mas, van hitam itu masih ngikutin kita. Gimana dong?""Di depan ada pom bensin. Aku akan masuk ke sana."Narendra membanting setir, lalu menepi ke area pom. Dari kaca spion, ia melihat van itu menyalip dan terus melaju.Ayu menghela napas panjang. Matanya terpejam sebentar."Syukurlah... Van itu udah nggak ngikutin kita."Narendra mengangguk kecil. "Aku angkat telepon dari Papa. Kamu tenang dulu, ya."Ayu mengangguk cepat. "Iya, Mas..."Narendra menekan tombol hijau. Ia menarik napas panjang sebelum berbicara."Halo,

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ketegangan Dalam Pelarian

    Mata Ayu membelalak. Nafasnya tertahan saat melihat sosok di ambang pintu. Degup jantungnya melambat—bukan karena takut, tapi lega."Mas Rendra..." suaranya lirih, nyaris seperti bisikan yang tercekat. Ia bergegas membuka pintu.Narendra masuk tanpa basa-basi. Tangannya meraih gagang pintu dan membantingnya hingga tertutup rapat. Tatapannya tajam, nadanya nyaris membentak."Kamu yang menyebarkan surat itu? Kenapa kamu gegabah, Ayu?"Ayu tersentak, lalu buru-buru menggeleng. "Bukan aku, Mas. Sumpah. Aku bahkan nggak tahu siapa yang—""Ini gawat." Narendra menyapu ruangan dengan pandangan waspada. Matanya menyipit."Kamu bisa dalam bahaya. Siapapun yang menyebarkan, yang jelas isi perjanjian itu sudah terungkap ke publik. Papa Sambo nggak akan membiarkan kamu muncul dan bicara.""Kenapa, Mas? Aku bisa menyangkal. Berpura-pura perjanjian itu nggak benar.""Karena kamu itu ancaman, Ayu. Dari awal!"Narendra mendekat, matanya menyala marah—bukan padanya, tapi pada kebenaran yang selama ini

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ancaman Yang Tak Main-main

    "Baik, Pak. Di mana posisi target sekarang?" Suara dalam ponsel itu terdengar datar. "Di rumah. Dia tidak ke mana-mana." Sambo melirik ke arah jendela, seolah bisa menembus dinding dengan tatapan. "Lenyapkan dia. Malam ini." "Siap, Pak." Telepon berakhir dengan bunyi klik. Sambo menatap layar ponsel yang mati, lalu mengepalkannya hingga sendi jarinya memutih. "Bangsat!" gumamnya pelan namun penuh geram. Ia melempar ponsel ke sofa, lalu menghantam meja kecil di sampingnya dengan kepalan tangan. "Anak itu benar-benar tidak bisa diajak bicara baik-baik. Sudah kuperingatkan. Tapi dia tetap melawan." Dari dalam rumah, langkah cepat terdengar. Hayati muncul dengan napas tersengal, wajahnya pucat. "Pa... barusan itu wartawan? Suaranya ramai sekali." Sambo memutar tubuhnya, sorot matanya gelap. "Mereka menanyakan surat itu. Memaksa aku mengakui perbuatan Jaka. Dan sekarang... mereka ingin Ayu tampil di jumpa pers." Hayati menutup mulutnya dengan tangan. "Ya Tuhan... Pa, aku sudah cob

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ketegangan Di Rumah Dinas

    "Nggak masuk akal, menantu Gubernur adalah penjual sayur. Mereka pasti sengaja menyembunyikan sesuatu, agar nama Gubernur tetap bersih." Polisi itu menjabat tangan Baim, lalu melangkah pergi. Baim membeku. Pandangannya kosong, bahunya kaku, dan wajahnya pucat. Melihat itu, Yoga buru-buru menghampiri. "Pak? Anda baik-baik saja?" Baim mengangkat kepala perlahan. Suaranya parau. "Yoga, aku nggak begitu paham maksud polisi tadi. Aku bingung." Yoga mengeluarkan ponselnya. Ia membuka unggahan yang sedang viral, menampakkan surat perjanjian bermaterai. Komentar-komentar menghujani layar, sebagian besar berisi kemarahan. "Ini, Pak. Surat ini sudah tersebar ke mana-mana. Banyak yang menuntut Gubernur diperiksa KPK. Rakyat marah karena kasus ini ditutupi. Mereka menyuarakan keadilan untuk Ayu." Baim membaca cepat. Sorot matanya tajam, lalu berubah nanar saat melihat nama Ayu dan Jaka tertera jelas dalam perjanjian itu. "Jadi... orangtua Ayu...?" "Iya, Pak. Jaka menabraknya saat mabuk. Ibu

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kejahatan Yang Terungkap

    Baim mendongak. "Apa? Bagaimana bisa?"Yoga menoleh ke Laura sejenak, lalu kembali ke Baim. "Dia memang sudah lama diincar. Tapi selalu lolos karena punya pelindung kuat. Gubernur."Laura menyambung, suaranya mantap. "Kamu lihat sendiri kan, Mas. Bahkan tanpa ikut permainannya, kita masih bisa bertahan. Ayu nggak perlu lagi jadi korban mereka.""Benar, Pak. Orang saya bilang, salah satu bandar kecil yang kerja buat Bram akhirnya buka suara. Polisi tinggal menunggu waktu."Baim menarik napas dalam. Pandangannya kini lebih terang. Ragu-ragu yang tadi menggumpal mulai menguap."Terima kasih, Yoga," ucapnya lega. "Ayo, waktunya kita masuk ke ruang jumpa pers." Ia menggandeng tangan Laura mantab.Hingga akhirnya, jumpa pers itu berjalan tanpa mengikuti tekanan dari Bram. Kini suara kamera mulai mereda, para wartawan berkemas, beberapa masih sibuk menelepon redaksi.Tapi di lorong luar, langkah kaki bergemuruh. Bram datang tergesa, matanya menyala seperti bara. Saat ia melihat Baim keluar

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Diam-diam Melawan

    "Lalu ke mana ibunya saat itu? Kenapa bukan dia yang memberi ASI anak kalian?"  Seorang wartawan mengangkat tangan di antara kerumunan, lalu bertanya lantang—menyayat keheningan yang baru saja terbentuk.Pertanyaan itu membuat Laura tersentak pelan. Ia menunduk, menahan gelombang emosi yang nyaris tumpah. Lalu, dengan napas dalam, ia angkat wajahnya. Matanya basah, tapi suaranya jelas."Ya... itu salahku," ucap Laura pelan, tapi suaranya cukup menggema memenuhi ruangan."Saat itu, aku mengalami baby blues. Aku... aku memilih pergi ke Jerman. Meninggalkan anakku sesaat setelah mereka dilahirkan."Laura menarik napas dalam. Tangannya bergetar saat menyentuh dada, mencoba meredakan rasa bersalah yang terus menghantui."Aku sangat berterima kasih pada Ayu," lanjutnya. "Kalau bukan karena dia... mungkin anakku nggak akan selamat."Suasana ruangan menegang, namun bukan karena kecurigaan—melainkan karena rasa haru yang makin nyata.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Malaikat Tak Bersayap

    Bram tertawa pendek, puas. "Tentu saja. Pria sehebat kamu, masa iya mau mengorbankan semuanya hanya demi... wanita penjual sayur." Ia melirik Laura, lalu menambahkan, "Apalagi istrimu secantik dan seanggun ini. Ah, Ayu... mana mungkin bisa menandingi."Laura hanya tersenyum tipis, tanpa menanggapi. Ia dan Baim saling menatap, sebuah kesepahaman diam tercipta di antara mereka—entah apa isi dari kesepakatan itu."Baiklah, Pak," kata Baim, melirik jam tangannya sekilas. "Saya harus segera masuk. Media sudah menunggu.""Silakan," balas Bram dengan anggukan ringan. "Aku tunggu kejutanmu di atas podium."Baim melangkah pergi bersama Laura. Sorot matanya masih tajam, namun kini menyimpan sesuatu yang lain. Bukan keraguan. Tapi rencana.Baim dan Laura melanjutkan langkah mereka menuju ruang jumpa pers. Kamera sudah mengarah ke podium. Lampu sorot menyilaukan. Suara bisik-bisik dari para wartawan memenuhi ruangan. Sorotan publik sedang tertuju pada mereka, dan tak ada tempat untuk bersembunyi

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Separuh Jiwa Telah Pergi

    "Aku menyuruhnya pergi demi kamu, Mas," kata Laura. Suaranya nyaris bergetar. Wajahnya menegang, bukan karena malu, tapi karena amarah yang ia tahan. Tatapannya tajam, menantang Baim untuk membantah."Kalau dia masih tinggal di sini, semua gosip itu akan dianggap benar. Dia menantu Gubernur, Mas. Kita bukan siapa-siapa."Baim menunduk, lalu menggeleng pelan. Pandangannya kosong."Tapi kenapa harus kamu usir, Laura?" suaranya serak. "Aku berutang banyak pada Ayu. Dia yang selamatkan anak-anak kita. Setidaknya, biarkan aku bicara sebelum dia pergi."Ia terdiam sejenak, sebelum menatap Laura tajam. "Lalu anak-anak... bagaimana dengan mereka? Tidakkah kamu memikirkan mereka sebelum bertindak?"Laura menunduk. "Aku tahu, Mas. Aku salah. Aku terlalu emosi... Maafkan aku. Aku janji akan menjadi ibu yang lebih baik. Aku akan mencari ASIP. Kalau perlu, ke seluruh rumah sakit di Jakarta."Baim memejamkan mata. Tangannya mencengkeram pinggiran bathtub. Suhu air hangat yang tadinya menenangkan ki

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Permohonan Yang Tak Diharapkan

    "Laura... Ada yang ingin aku sampaikan." Baim menatap wajah istrinya dalam-dalam, mencoba memahami isi hatinya sebelum ledakan yang tak terhindarkan itu datang."Mas... nanti aja, ya. Ayo tenangkan badan dulu."Laura menggandeng tangan Baim menuju kamar mandi. Baim menurut, langkahnya berat seperti orang yang kehilangan arah.Ia melangkah masuk ke dalam bathtub, membiarkan tubuhnya tenggelam perlahan ke air hangat penuh busa. Uap naik lembut dari permukaan, menenangkan otot-ototnya yang tegang. Untuk sesaat, dunia seolah diam.Di samping bathtub, Laura duduk tenang. Ia menyusun potongan buah di piring kecil, menuang jus ke dalam gelas, lalu meletakkannya di meja mungil di samping mereka. Setiap gerakannya penuh perhatian—nyaris seperti perawat yang menjaga pasien.Baim memandangi wajahnya. Tak ada kemarahan, tak ada ketegangan seperti hari-hari sebelumnya. Hanya ketenangan... dan sesuatu yang menyerupai ketulusan.Namun justru itu yang membuat hati Baim semakin kacau. Ia menelan luda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status