Share

BAB 100

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-04-05 08:01:25

Rumah itu sunyi saat Egar pulang. Jam di dinding menunjukkan pukul dua siang. Yumi dan Gana, buah hati mereka, sedang tidur siang, membuat suasana rumah begitu tenang.

Egar meletakkan tasnya di meja dekat pintu lalu berseru, "Sayang, aku pulang."

Ilona, yang sedang membaca di perpustakaan kecil mereka, segera menutup bukunya dan turun menemui sang suami. Senyum lembutnya menyambut kepulangan pria yang selalu menjadi tempatnya bersandar.

"Kamu sudah makan?" tanyanya sambil mendekat.

Egar mengangguk. "Sudah tadi sekalian makan dengan penanggung jawab supermarket. Maaf ya gak kabarin kamu kalau makan di luar."

Ilona tersenyum kecil. "Gapapa, kalau belum makan, aku bisa ambilkan nasi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 101

    Suasana rumah tetap sunyi setelah panggilan telepon itu berakhir secara tiba-tiba. Ilona menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Dan itu pastinya akan membuat Ilona merasa kesal."Kok mati?" gumamnya, merasa heran.Wanita itu yang meneleponnya lebih dulu, tetapi justru sekarang memutuskan sambungan begitu saja. Ilona masih penasaran dengan kata-kata terakhir yang diucapkan wanita itu, terutama mengenai "sebelum terlambat." Ada sesuatu dalam nada suaranya yang terdengar begitu mendesak, seolah ada hal yang harus dikatakan secepatnya. Tapi, kenapa malah dimatikan?Egar, yang sedari tadi memperhatikan ekspresi istrinya, mendekat dan menyarankan, "Telepon balik saja."Namun, Ilona menggeleng cepat. Ada gengsi yang masih menguasai dirinya. Untuk apa aku menelepon balik?

    Last Updated : 2025-04-06
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 102

    Ilona masih menatap layar ponselnya yang kini kembali diam. Sesaat setelah memberikan alamat rumahnya kepada wanita itu—seseorang yang mengaku sebagai ibu kandungnya—hati Ilona terasa campur aduk. Ragu, takut, penasaran, dan marah bercampur menjadi satu.Ia tidak tahu apakah ini keputusan yang benar atau justru sebuah kesalahan besar. Dia tacit, memberikan alamat rumahnya, itu artinya membiarkan orang lain masuk ke dalam rumah mereka.Egar, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan raut wajah istrinya dengan penuh pengertian. Ia tahu, Ilona pasti tengah bergelut dengan perasaannya sendiri.“Tidak, ini adalah keputusan yang tepat,” ucap Egar sambil tersenyum.Ilona menoleh padanya, menatapnya dengan mata penuh keraguan. "Kenapa?" tanyanya pelan.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 103

    Egar mengangkat tangan ke udara dengan penuh semangat. “Kita akan beli es krim!” serunya dengan nada riang, membuat Yumi bersorak gembira.“Horee…”“Terima kasih, Papa.”Ilona tertawa kecil melihat suaminya yang tampak begitu bahagia. Begitu pula Yumi, putri kecil mereka yang hampir berusia empat tahun, melompat-lompat kegirangan di sampingnya.Hari ini benar-benar menyenangkan. Bermain di taman, menikmati makanan sederhana di pinggir jalan, tertawa bersama tanpa beban.Di tengah perjalanan pulang, mereka bernyanyi bersama di atas motor. Suara kecil Yumi yang ceria bercampur dengan suara Egar yang sengaja dibuat lucu untuk menghibur putri mereka. Ilona yang duduk di belakang ikut ter

    Last Updated : 2025-04-07
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 104

    Tepat pukul sepuluh pagi…Suara deru mesin mobil memenuhi halaman rumah Egar dan Ilona. Sebuah mobil mewah hitam perlahan memasuki halaman itu, kontras dengan suasana sederhana di sekitarnya. Ilona yang tengah menggendong Gana, menghentikan langkahnya, menatap kendaraan itu dengan kening berkerut.Egar yang baru saja keluar dari dapur pun ikut berhenti di ambang pintu, matanya memperhatikan mobil tersebut dengan penuh selidik. Karena, selama ini tidak pernah ada mobil mewah yang bertandang ke rumah mereka, kecuali Nyonya Bira.“Apakah itu dia?” tanya Ilona, suaranya terdengar ragu dan penuh emosi yang tertahan.Egar menggeleng samar. “Gak tahu. Tapi, kan beda kota. Kalau memang beliau,berarti tiba disini langsung sewa mobil. Kirain dari bandara k

    Last Updated : 2025-04-07
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 105

    Udara pagi terasa hangat, namun Ilona merasa dadanya semakin dingin. Di hadapannya, berdiri seorang wanita yang seharusnya memiliki ikatan kuat dengannya, namun nyatanya, ia hanyalah seorang asing.Dari dalam mobil mewah yang terparkir di halaman, seorang pria tampak menurunkan beberapa kardus besar. Ilona bisa menebak, itu pasti berisi barang-barang mahal, mungkin hadiah dari seorang ibu yang datang terlambat untuk anaknya, dan dia tidak membutuhkannya."Mama tahu, mungkin Mama tidak pantas mendapat panggilan yang begitu istimewa darimu," suara Anita terdengar berat, mengandung penyesalan yang mendalam."Kamu tidak perlu memanggilku Mama. Kamu boleh memanggilku apa saja yang kamu inginkan, Ilona."Ilona tidak merespons. Ia tetap berdiri kaku disamping Egar, tangannya me

    Last Updated : 2025-04-08
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 106

    Anita kembali menatap Egar yang kini sudah duduk di sebelah Ilona. Dia juga bisa mendengar suara anak-anak dari dalam.Akhirnya sebelum melanjutkan penjelasannya, Anita bertanya. “Sebelumnya, mama belum kenalan. Apakah ini suami Ilona?” tanya nya kepada Egar.Egar mengangguk. “Iya, Bu. Saya suaminya Ilona, Egar. Kami sudah menikah dan memiliki anak. Anak-anak sedang bermain di dalam. Nanti boleh kenalan dengan mereka setelah semuanya selesai,” jawab Egar.“Terima kasih, Egar. Terimakasih sudah mencintai Ilona dengan tulus.”Ilona menghela nafas berat. “Kau hanya melihat yang tampak saat ini. kau tidak melihat apa yang telah aku dapatkan selama hidupku.”“Maafkan, Mama. Mam

    Last Updated : 2025-04-08
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 107

    “Semuanya seperti sebuah karangan yang terstruktur. Dan sangat sulit membedakan cerita ini nyata atau hanyalah fiksi,” gumam Ilona pelan, nyaris tidak terdengar.Anita tampak terus memandang Ilona, seolah ingin mengingat setiap inchi wajah anaknya, buah hati dari orang yang dicintainya. Yang kini, juga hilang kabar entah kemana. Bukan kekasihnya yang menghilang, sebenarnya dialah yang menghilang."Ketika Mama dikirim ke luar negeri, mama benar-benar merasa hancur. Mama tak bisa kembali, tak bisa mencari tahu bagaimana keadaanmu. Mama terus mencoba menghubungi orang-orang yang mungkin bisa memberiku informasi, tapi keluargaku mengawasi setiap gerak-gerikku,” ujar Anita kembali bercerita, seolah cerita itu tidak ada habisnya.Ruangan itu dipenuhi keheningan yang menyesakkan. Mata Ilona menatap Anita

    Last Updated : 2025-04-09
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 108

    Ruangan itu dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Ilona duduk tegak, berusaha menahan getaran di dadanya. Ia menatap Anita yang duduk di hadapannya, wanita yang telah melahirkannya, namun sekaligus wanita yang meninggalkannya.Ada banyak pertanyaan di benaknya, tapi yang paling mendesak akhirnya meluncur dari bibirnya dengan suara yang tertahan, “Siapa ayah kandungku?”Ia baru sadar, dengan kehadiran Anita di hadapannya, berarti ia juga memiliki seorang ayah kandung. Seorang pria yang mungkin tidak pernah tahu keberadaannya. Seorang pria yang seharusnya bisa menjadi pelindungnya jika saja takdir berkata lain.Tapi, mungkin juga seorang lelaki yang juga tidak menginginkan kehadirannya di dunia ini. Dia tidak pernah tahu.Hatinya terasa berat. Jika b

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status