Share

BAB 38

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2025-03-12 16:27:59

"Kita akan tinggal disini sementara," ujar Egar kepada Ilona setelah tiba di sebuah apartemen.

"Tempat siapa?"

"Temanku. Tenang saja, kita akan aman disini. Tidak sembarangan orang bisa masuk," jawab Egar.

"Tapi, kita bisa masuk."

"Karena aku sering kesini. Penjaga sudah kenal."

Iya, dini hari itu Egar akhirnya membawa Ilona dan Yumi dari hotel pergi ke apartemen ini. Salah satu sahabat kepercayaannya.

Egar bersandar di sofa apartemen Riko, tangannya terlipat di dada, matanya menatap kosong ke arah jendela. Ia pikir setelah meninggalkan rumah, semuanya akan menjadi lebih baik. Tapi ternyata, ibunya tidak akan membiarkan mereka pergi dengan mudah.

Ilona duduk di lantai, sibuk menemani Yumi bermain sambil makan. Tawa kecil bocah itu menjadi satu-satunya suara yang menghangatkan ruangan. Setidaknya, untuk sementara, mereka merasa aman di tempat ini.

Di dapur, Riko menatap Egar dengan alis terangkat. "Jadi, lo seriusan kabur dari nyokap lo? Sudah gede gini masih kaburan."

"Iya," jawab Ega
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 39

    Suasana kantor Nyonya Bira begitu hening, hanya suara jam dinding yang berdetak pelan di ruangan luas itu. Egar berdiri tegak di depan meja ibunya, sorot matanya tajam, penuh kemarahan yang ditahan.Akhirnya, dia memutuskan menemui wanita paruh baya itu, berharap masih ada sedikit saja rasa sayang seorang ibu kepadanya. Berharap Nyonya Bira masih peduli pada cucunya."Ma, apa maksud Mama?" tanyanya, mencoba menahan emosinya.Wanita paruh baya itu meletakkan kacamatanya di atas meja, lalu tersenyum.Senyum yang bukan penuh kasih sayang, melainkan senyum penuh kemenangan. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Seperti catur yang sudah ia mainkan sejak awal, akhirnya Egar kembali ke hadapannya."Akhirnya kau tahu jalan pulang," jawabnya tenang, mengabaikan pertanyaan Egar.Egar mengepalkan tangannya. Ia bukan kembali untuk menyerah, tapi untuk menyelesaikan semuanya.Ibunya, kini telah menunjukkan siapa dia sebenarnya. Ibunya telah menjadi monster yang bahkan tidak punya hati terhadap an

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 40

    Langit malam membentang luas di atas kota, gemerlap lampu jalanan seperti lautan cahaya yang berpendar di kejauhan. Di dalam apartemen kecil milik Riko, Ilona duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Egar berdiri di hadapannya, wajahnya penuh dengan keteguhan yang sulit dibaca.“Kenapa kamu mengambil keputusan seperti ini?” suara Ilona pelan, nyaris berbisik.Egar tidak menjawab seketika. Ia menatap Ilona dalam-dalam, seolah berusaha meyakinkannya hanya dengan sorot matanya. “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi lagi,” jawabnya akhirnya.Hati Ilona mencelos. Dia tidak pernah meminta Egar untuk ikut. Tidak pernah sekalipun ia meminta siapa pun menemaninya dalam perjalanan yang bahkan belum jelas tujuannya.“Aku bukan siapa-siapa, Gar. Kalaupun aku pergi, semuanya akan seperti biasa saja. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang dirugikan. Kalau seperti ini, semuanya malah kacau,” Ilona berusaha menekan perasaannya, mencari celah agar Egar mengerti.“Aku tidak peduli.”Jawaban itu membu

    Last Updated : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 41

    Egar menatap layar ponselnya yang baru saja aktif. Beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya langsung memenuhi layar. Ada juga sebuah pesan singkat dari Nyonya Bira.‘[Egar, pulanglah. Mama akan menuruti semua keinginanmu.]’Egar mendengus sinis. Tawaran itu terdengar manis, tapi dia tahu lebih baik daripada percaya begitu saja. Ibunya tidak pernah memberi sesuatu tanpa meminta balasan yang lebih besar. Dan ibunya selalu penuh manipulasi, pastinya apa yang dia tuliskan bukanlah berasal dari hatinya.Ibunya terbiasa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, tidak heran bahkan ayahnya tidak panjang umur, karena selalu tertekan dengan ambisi sang istri. Akhirnya, saat Egar kuliah semester dua ayahnya meninggal karena serangan jantung. Ibunya menjadi orang tua tunggal, kekuasaan dan ambisinya semakin menjadi-jadi."Ma, aku tidak akan terjebak. Tidak mungkin Mama berubah dalam semalam, sudah pasti ini hanyalah sebagai pemikat saja, maaf aku tidak akan kembali, Ma," gumamnya lirih sebe

    Last Updated : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 42

    “Kamu sangat tidak yakin kepadaku?”Suara Egar terdengar begitu tenang, namun Ilona bisa merasakan ketegangan di balik pertanyaannya.Ilona terdiam, lidahnya kelu. Dia tidak berpikir begitu—tidak pernah. Hanya saja, perasaan bersalah terus menghantui dirinya. Semua ini terjadi karena dia. Egar meninggalkan kehidupannya yang serba berkecukupan demi ikut bersamanya ke kota asing ini.Dan kini, mereka terjebak di dalam kamar penginapan sempit. Bahkan demi menghemat uang, mereka hanya menyewa satu kamar. Ilona tahu, bagi Egar, ini bukanlah sesuatu yang biasa. Selama ini, Egar pasti tidak pernah tinggal di tempat seperti ini.“Bukan seperti itu,” akhirnya Ilona bersuara. “Sekarang, semua tidak lagi sama dengan kehidupanmu yang dulu.”Egar menatapnya dengan mata tajam. “Aku tahu. Kamu pasti tidak percaya aku bisa melewati semuanya. Kamu takut aku dan Yumi hanya akan menjadi penghalang langkahmu, kan?”Ilona menggeleng cepat. “Tidak sama sekali. Hanya saja, perjalanan di depan belum pasti. K

    Last Updated : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 43

    Ilona dan Egar tampak tergagap mendengar ucapan Bu Sari."Ah, maaf. Ibu hanya memastikan. Padahal sudah jelas kalian satu keluarga," wanita paruh baya itu tersenyum ramah, tapi ucapannya justru membuat Ilona merasa semakin tidak nyaman.Ilona menghela napas berat sebelum akhirnya berkata, "Kami memang bukan suami istri, Bu."Sejenak, wajah Bu Sari berubah kaget. Matanya melebar sebelum kemudian dia menggeleng pelan. "Kalau begitu tidak bisa. Ibu tidak bisa menyewakan rumah ini kepada kalian. Ibu tidak mau mendapatkan masalah. Karena kalau ada apa-apa, ibu sebagai pemilik rumah yang akan bertanggung jawab."Jantung Ilona berdegup kencang. Dia menoleh ke arah Egar, yang juga tampak terkejut. Wajah mereka sama-sama memucat. Apa yang dikatakan Bu Sari memang benar. Jika mereka tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan, masyarakat akan menganggap mereka sebagai pasangan kumpul kebo. Meskipun mereka tidak melakukan hal yang melanggar, tetap saja orang lain tidak akan tahu apa yang sebenarnya

    Last Updated : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 44

    Keesokan harinya…Ilona dan Egar resmi pindah ke rumah sewaan mereka. Rumah itu cukup luas dengan halaman yang dipenuhi rumput liar dan semak-semak yang tumbuh tak terurus. Udara pagi masih terasa dingin ketika Bu Sari, pemilik rumah, datang menghampiri mereka yang tengah sibuk menurunkan barang-barang dari taksi. Tidak banyak barang, hanya dua koper."Kalau kalian butuh tukang kebun, Ibu bisa bantu panggilkan," ujar Bu Sari ramah, melihat bagaimana halaman rumah itu tampak sangat membutuhkan perawatan.Ilona tersenyum kecil, menyeka keringat di dahinya. "Tidak perlu, Bu. Kami akan pelan-pelan membersihkannya sendiri."“Kalian bisa?”“Bisa, bu.”Bu Sari mengangguk mengerti. Rumahnya sendiri berada tepat di sebelah rumah sewaan itu. Ia kemudian bercerita bahwa awalnya rumah ini dibangun untuk anaknya, tetapi anaknya lebih memilih ikut suaminya merantau ke kota lain. Sejak saat itu, rumah ini dibiarkan kosong bertahun-tahun.“Apa selama ini tidak ada yang menyewanya, Bu?” tanya Ilona.“

    Last Updated : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 45

    Hujan gerimis diluar sana membasahi jendela rumah kecil itu. Suara rintiknya berpadu dengan keheningan malam, membawa ketenangan bagi mereka yang mendengarnya.Di ruang tamu yang hanya diterangi lampu meja, Egar menatap Ilona dengan lembut, sorot matanya penuh kasih yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Jangan panggil aku begitu," ujar Ilona dengan wajah bersemu merah, menghindari tatapan Egar yang begitu dalam.Egar tersenyum tipis. "Kenapa? Kamu istriku."Ilona menggigit bibir bawahnya, hatinya bergejolak hebat. Ia ingin menyangkal, ingin tetap mempertahankan tembok yang selama ini ia bangun. Namun, semakin lama, semakin sulit baginya untuk berpura-pura bahwa hatinya tidak goyah oleh segala ketulusan dan pengorbanan Egar."Sudahlah, sebaiknya kamu istirahat," ucapnya akhirnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain.Egar masih menatapnya, tetapi ia tidak memaksa. Ia tahu, Ilona butuh waktu. Ia sudah berjanji, tidak akan menuntut lebih sebelum Ilona benar-benar siap menerima dia me

    Last Updated : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 46

    Satu bulan kemudian…Hujan rintik-rintik membasahi atap rumah kecil mereka. Udara terasa dingin, tetapi Ilona tetap duduk di meja makan, matanya menatap kosong ke arah dapur yang nyaris kosong. Persediaan makanan mereka semakin menipis, dan di tengah keterbatasan ini, hanya ada satu hal yang terus memenuhi pikirannya: Yumi.Gadis kecil itu butuh makanan bergizi untuk tumbuh. Ia tidak boleh kekurangan nutrisi. Namun, sampai kapan mereka bisa bertahan dengan keadaan seperti ini?Yumi baru saja mulai tumbuh dengan baik. Tapi, apakah mereka bisa terus memberikan makanan yang terbaik untuk Yumi."Aku juga harus bekerja," ujar Ilona, suaranya tegas namun penuh beban.Egar, yang duduk di kursi di seberangnya, terdiam. Matanya menatap meja, seolah mencari jawaban yang selama ini sulit ia temukan.Sudah satu bulan mereka tinggal di tempat ini, dan hingga kini, Egar masih belum mendapatkan pekerjaan. Uang yang mereka miliki—yang berasal dari pemberian Riko—sudah hampir habis. Jika bulan ini mer

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 144

    Mobil melaju meninggalkan bandara, setelah hari ini, entah kapan mereka akan bertemu lagi. Semuanya tidak bisa di prediksi."Apakah Kezio pernah main tangan kepada Mamanya?" tanya Ilona pelan, tapi jelas pertanyaan itu tertuju kepada Dion dan Roy. Ternyata di dalam hatinya, dia mengkhawatirkan Anita. "Selama kami ikut Nyonya Anita, tidka pernah. Paling hanya berdebat seperti kemarin aja," jawab Dion."Syukurlah."Egar menayap Ilona lembut, sekarang dia paham apa yang mengganggu pikiran Ilona. Dia mengusap lembut punggung istrinya. "Bagaimana kalau kita ke gudang? Kamu belum pernah kan melihat gudang kita?" usulnya dengan suara hangat.Ilona menoleh, menatap wajah suaminya yang penuh perhatian. Sebuah tawaran sederhana, namun cukup untuk membuat dadanya terasa lebih ringan. Ia tahu, Egar ingin menghiburnya, mengajaknya menghirup udara segar jauh dari bayang-bayang kelam yang sempat menyelimutinya."Boleh," jawab Ilona sambil tersenyum kecil. "Iya, aku juga ingin sekali kesana. Tapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status