Share

BAB 42

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 11:37:38

“Kamu sangat tidak yakin kepadaku?”

Suara Egar terdengar begitu tenang, namun Ilona bisa merasakan ketegangan di balik pertanyaannya.

Ilona terdiam, lidahnya kelu. Dia tidak berpikir begitu—tidak pernah. Hanya saja, perasaan bersalah terus menghantui dirinya. Semua ini terjadi karena dia. Egar meninggalkan kehidupannya yang serba berkecukupan demi ikut bersamanya ke kota asing ini.

Dan kini, mereka terjebak di dalam kamar penginapan sempit. Bahkan demi menghemat uang, mereka hanya menyewa satu kamar. Ilona tahu, bagi Egar, ini bukanlah sesuatu yang biasa. Selama ini, Egar pasti tidak pernah tinggal di tempat seperti ini.

“Bukan seperti itu,” akhirnya Ilona bersuara. “Sekarang, semua tidak lagi sama dengan kehidupanmu yang dulu.”

Egar menatapnya dengan mata tajam. “Aku tahu. Kamu pasti tidak percaya aku bisa melewati semuanya. Kamu takut aku dan Yumi hanya akan menjadi penghalang langkahmu, kan?”

Ilona menggeleng cepat. “Tidak sama sekali. Hanya saja, perjalanan di depan belum pasti. K
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 43

    Ilona dan Egar tampak tergagap mendengar ucapan Bu Sari."Ah, maaf. Ibu hanya memastikan. Padahal sudah jelas kalian satu keluarga," wanita paruh baya itu tersenyum ramah, tapi ucapannya justru membuat Ilona merasa semakin tidak nyaman.Ilona menghela napas berat sebelum akhirnya berkata, "Kami memang bukan suami istri, Bu."Sejenak, wajah Bu Sari berubah kaget. Matanya melebar sebelum kemudian dia menggeleng pelan. "Kalau begitu tidak bisa. Ibu tidak bisa menyewakan rumah ini kepada kalian. Ibu tidak mau mendapatkan masalah. Karena kalau ada apa-apa, ibu sebagai pemilik rumah yang akan bertanggung jawab."Jantung Ilona berdegup kencang. Dia menoleh ke arah Egar, yang juga tampak terkejut. Wajah mereka sama-sama memucat. Apa yang dikatakan Bu Sari memang benar. Jika mereka tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan, masyarakat akan menganggap mereka sebagai pasangan kumpul kebo. Meskipun mereka tidak melakukan hal yang melanggar, tetap saja orang lain tidak akan tahu apa yang sebenarnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 44

    Keesokan harinya…Ilona dan Egar resmi pindah ke rumah sewaan mereka. Rumah itu cukup luas dengan halaman yang dipenuhi rumput liar dan semak-semak yang tumbuh tak terurus. Udara pagi masih terasa dingin ketika Bu Sari, pemilik rumah, datang menghampiri mereka yang tengah sibuk menurunkan barang-barang dari taksi. Tidak banyak barang, hanya dua koper."Kalau kalian butuh tukang kebun, Ibu bisa bantu panggilkan," ujar Bu Sari ramah, melihat bagaimana halaman rumah itu tampak sangat membutuhkan perawatan.Ilona tersenyum kecil, menyeka keringat di dahinya. "Tidak perlu, Bu. Kami akan pelan-pelan membersihkannya sendiri."“Kalian bisa?”“Bisa, bu.”Bu Sari mengangguk mengerti. Rumahnya sendiri berada tepat di sebelah rumah sewaan itu. Ia kemudian bercerita bahwa awalnya rumah ini dibangun untuk anaknya, tetapi anaknya lebih memilih ikut suaminya merantau ke kota lain. Sejak saat itu, rumah ini dibiarkan kosong bertahun-tahun.“Apa selama ini tidak ada yang menyewanya, Bu?” tanya Ilona.“

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 45

    Hujan gerimis diluar sana membasahi jendela rumah kecil itu. Suara rintiknya berpadu dengan keheningan malam, membawa ketenangan bagi mereka yang mendengarnya.Di ruang tamu yang hanya diterangi lampu meja, Egar menatap Ilona dengan lembut, sorot matanya penuh kasih yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Jangan panggil aku begitu," ujar Ilona dengan wajah bersemu merah, menghindari tatapan Egar yang begitu dalam.Egar tersenyum tipis. "Kenapa? Kamu istriku."Ilona menggigit bibir bawahnya, hatinya bergejolak hebat. Ia ingin menyangkal, ingin tetap mempertahankan tembok yang selama ini ia bangun. Namun, semakin lama, semakin sulit baginya untuk berpura-pura bahwa hatinya tidak goyah oleh segala ketulusan dan pengorbanan Egar."Sudahlah, sebaiknya kamu istirahat," ucapnya akhirnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain.Egar masih menatapnya, tetapi ia tidak memaksa. Ia tahu, Ilona butuh waktu. Ia sudah berjanji, tidak akan menuntut lebih sebelum Ilona benar-benar siap menerima dia me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 46

    Satu bulan kemudian…Hujan rintik-rintik membasahi atap rumah kecil mereka. Udara terasa dingin, tetapi Ilona tetap duduk di meja makan, matanya menatap kosong ke arah dapur yang nyaris kosong. Persediaan makanan mereka semakin menipis, dan di tengah keterbatasan ini, hanya ada satu hal yang terus memenuhi pikirannya: Yumi.Gadis kecil itu butuh makanan bergizi untuk tumbuh. Ia tidak boleh kekurangan nutrisi. Namun, sampai kapan mereka bisa bertahan dengan keadaan seperti ini?Yumi baru saja mulai tumbuh dengan baik. Tapi, apakah mereka bisa terus memberikan makanan yang terbaik untuk Yumi."Aku juga harus bekerja," ujar Ilona, suaranya tegas namun penuh beban.Egar, yang duduk di kursi di seberangnya, terdiam. Matanya menatap meja, seolah mencari jawaban yang selama ini sulit ia temukan.Sudah satu bulan mereka tinggal di tempat ini, dan hingga kini, Egar masih belum mendapatkan pekerjaan. Uang yang mereka miliki—yang berasal dari pemberian Riko—sudah hampir habis. Jika bulan ini mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 47

    Pagi itu, seperti biasa, Egar dan Ilona sudah sibuk menata dagangan mereka di depan rumah. Udara masih sejuk, embun belum sepenuhnya hilang dari dedaunan, tetapi tangan mereka sudah bekerja tanpa henti. Ilona menggoreng berbagai gorengan yang akan dijajakan, sementara Egar menata makanan di atas meja, memastikan semuanya terlihat rapi dan menarik bagi pembeli.Namun, dibalik rutinitas itu, ada kegundahan yang sulit ditepis dari benak Egar."Aku jadi merasa tidak berguna," gumamnya pelan, tanpa sadar tangannya berhenti menyusun makanan.Ilona yang sedang sibuk mengangkat gorengan menoleh ke arahnya. Ia bisa melihat ekspresi suaminya yang tampak lelah, bukan karena pekerjaan, tetapi karena harga dirinya yang terasa terguncang.Bagaimana tidak? Dia yang selama ini hanya tahu tinggal makan, semua ada pembantu yang menyediakan. Kini, dia malah menata dagangan, yang mungkin dulunya dianggap makanan murah di matanya. Tapi, nyatanya kini dari sini mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 48

    Tanpa terasa, setahun sudah Ilona dan Egar menjalani kehidupan di kota ini. Perlahan, segala kesulitan yang pernah mereka hadapi mulai berubah menjadi keberkahan. Bisnis yang Egar jalani berkembang pesat. Ia tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga membantu banyak nelayan yang selama ini kesulitan menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang layak.Kini, Egar bahkan tengah membangun sebuah gudang penyimpanan hasil laut yang lebih besar. Ia juga berencana untuk merambah pasar di kota-kota lain, terutama kota yang jauh dari laut, di mana ikan segar lebih sulit didapatkan.Tak hanya bisnis, hubungan mereka pun semakin baik. Kini mereka benar-benar menjadi suami istri yang saling melengkapi dalam berbagai hal, saling mendukung, dan saling menguatkan.Pagi itu, Egar tengah bersiap lebih awal dari biasanya. Ia duduk di meja makan, menikmati sarapan yang disiapkan Ilona."Sayang, aku hari ini harus pergi pagi-pagi. Maaf nggak bisa bantu kamu jualan," ujar Egar dengan nada meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 49

    "Kamu serius?" Ilona menatap suaminya dengan mata membulat, masih sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Egar mengangguk pelan. "Iya. Bahkan sampai meninggal, Papa nggak pernah bisa bertemu lagi dengan anak dan istrinya yang lain. Karena Mama membatasi semua gerak-geriknya. Tekanan semakin tinggi, tuntutan semakin besar, dan akhirnya dia meninggal dalam keadaan terpisah dari mereka, mungkin juga tanpa kejelasan apapun. Bahkan bisa jadi mereka hanya melihat berita kematian papa dari layar kaca.”Ilona menghela nafas panjang. Ia menggenggam tangan Egar, berusaha memberikan ketenangan, meskipun dalam situasi ini, ia tak tahu harus berkata apa. Baginya, menilai siapa yang benar dan salah bukanlah hal yang mudah."Mereka nggak pernah nyariin Papa?" tanya Ilona akhirnya, mencoba memahami lebih dalam.Egar tersenyum miris. "Nggak ada yang bisa lolos dari pantauan Mama. Bahkan kita yang waktu itu ngumpet di hotel bisa ditemukan. Aku kadang kepikiran, entah gimana nasib ibu dan ana

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 50

    Tik! Tik!Suara rintik hujan menjadi alunan melodi merdu di rumah sederhana yang ditempati Egar dan Ilona. Musim hujan tampaknya masih lama, setiap hari selalu hujan.Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Di dapur, Ilona tengah sibuk menyiapkan makan malam ketika Egar yang duduk di meja makan menikmati kopi menunggu makan malam, tiba-tiba menggumam dengan nada gelisah."Tapi, kenapa feelingku mengatakan lain ya…"Ilona menghentikan gerakan tangannya, menatap suaminya dengan kening berkerut. "Ada apa?"Egar mendesah, melepas jaketnya lalu berjalan mendekati Ilona. "Lokasi yang Mama pilih ternyata tidak jauh dari sini. Seolah-olah itu memang sudah Mama rencanakan sejak awal. Kita selama ini tidak menyadari kalau kita diawasi.""Mungkinkan semua gangguan yang kita dapat juga rekayasa dari mama?" tanya Egar lagi, seperti bertanya pada dirinya sendiri.Ilona membelalakkan mata. "Di mana?""Di daerah perkampungan sebelah. Ada tanah luas kosong di sana, ternyata sudah dibeli oleh Amigos G

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 153 - TAMAT

    Hujan sore itu turun perlahan, seperti ingin menyelaraskan suasana hati Ilona yang masih berkecamuk. Meskipun tubuhnya duduk diam di ruang tamu, jiwanya masih berputar antara amarah, harapan, dan kebingungan. Di hadapannya, duduk seorang pria sederhana yang mengaku sebagai ayah kandungnya—Rudy Prasetyo.Ia tak pernah membayangkan pertemuan ini akan terjadi. Selama ini, Ilona hanya mengenal gelapnya rahasia tentang asal-usul dirinya. Ia tumbuh tanpa tahu siapa orang tua kandungnya. Sekarang, tiba-tiba muncul lelaki dengan mata berkaca-kaca yang memanggilnya "Nak" dengan suara bergetar.Ilona ingin mempercayai, namun hatinya masih membeku. Luka-luka masa lalu seperti belum memberi izin untuk sembuh.Tiba-tiba, suara lembut yang tak asing memecah keheningan."Mama di sini, Ilona."Ilona langsung menoleh. Suara itu—ya Tuhan—itu suara yang sangat ia kenal. Tapi tidak… itu tidak mungkin.Namun kenyataan menamparnya manis saat sosok Anita, perempuan yang lebih dulu mengakui sebagai ibu kandu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 152

    Ilona berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegang, matanya sembab. Pikirannya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang membuat dadanya sesak. Semua terlalu mendadak, terlalu asing… dan terlalu menyakitkan.Seseorang dari masa lalu—dari awal mula kehidupannya—akan datang menemuinya. Seseorang yang katanya adalah ayah kandungnya sendiri. Seseorang yang tak pernah ada saat ia terluka, lapar, atau bahkan sekadar ingin digendong.Ia menoleh pada Egar yang sejak tadi menemaninya dalam diam."Suruh masuk saja, Mas," ucap Ilona akhirnya, suaranya pelan namun tegas.Egar hanya mengangguk. Ia melangkah keluar dan memberi isyarat pada Dion dan Roy untuk mengantarkan tamu yang telah ditunggu. Tak lama, seorang lelaki paruh baya memasuki ruang tamu itu. Wajahnya sederhana, pakaiannya pun jauh dari bayangan seorang CEO besar. Tidak ada jas mewah, tidak ada jam tangan mahal, hanya kemeja lengan panjang dan celana kain biasa. Tapi ada keteduhan yang aneh di wajahnya. Sesuatu yang sulit dijel

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 151

    Ruangan itu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan nafas mereka yang saling bersahutan dalam diam. Ilona masih terduduk di sofa, jemarinya saling meremas, wajahnya penuh tanya, dada sesak oleh pertarungan emosi yang tak ia mengerti."Jadi… aku harus menemuinya?" tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh kenyataan.Egar yang duduk di sampingnya tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona, mengusap punggungnya dengan lembut. Mata pria itu menatap dalam ke mata istrinya, mencoba mengirimkan ketenangan dalam badai yang tak ia bisa hentikan."Tidak harus," jawab Egar lirih. "Tapi… apa salah dia?"Ilona menoleh perlahan. Matanya merah, namun tidak penuh amarah—justru penuh kebingungan. "Karena dia… aku lahir ke dunia."Egar menatapnya, kali ini lebih serius. "Kamu menyesal terlahir?" tanyanya, pelan namun tajam.Ilona menggeleng cepat. "Aku tidak menyesal terlahir. Karena… aku bertemu denganmu. Karena aku lahir, ada anak-anak kita. Ada keluarga ini," jawa

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 150

    "Sayang..." panggil Egar saat melangkah masuk ke dalam rumah, suaranya rendah namun penuh beban. Suasana di ruang tamu terasa lebih hening dari biasanya, seolah rumah itu tahu bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi di depan gerbangnya.Ilona segera berdiri dari kursi dan mendekat. "Siapa, Mas?" tanyanya, nada khawatir menyusup di balik suaranya. Wajah Egar terlihat berkabut, seolah menyembunyikan badai yang belum sempat reda.Egar tak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Ilona dan mengajaknya duduk. "Kita duduk dulu. Aku nggak mau kamu kaget," katanya lembut, namun tetap terasa ada sesuatu yang berat dalam ucapannya.Ilona mengikuti, walau dadanya mulai tak tenang. Instingnya berkata ada yang tak biasa dari kedatangan tamu itu. Bukan hanya tentang orang asing yang tak menyebutkan tujuannya, tapi tentang bagaimana Egar memandangnya sekarang—ada luka, ada keraguan, dan ada perlindungan yang lebih tebal dari biasanya."Apa kamu mau menemuinya?" tanya Egar akhirnya, menatap mata i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 149

    Hari itu, cuaca terasa lebih panas dari biasanya. Meski matahari hanya menggantung malu-malu di balik awan, udara di sekitar rumah Ilona dan Egar seperti dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak keamanan rumah mereka diperketat, setiap suara, setiap gerakan, menjadi sesuatu yang mencurigakan. Begitu juga siang itu—suara keributan di depan rumah membuat Ilona dan Egar saling berpandangan."Siapa itu?" gumam Ilona, menegakkan tubuh dari sandarannya."Apakah Mama?" tanya Egar, meski ragu. "Tapi, Dion dan Roy kan kenal sama Mama. Nggak mungkin mereka sampai teriak-teriak begitu."Ilona menggeleng, menajamkan telinga. "Itu bukan suara Mama. Itu suara laki-laki."Egar berdiri, menyambar kaus yang tergantung di kursi. "Kamu di sini saja, Sayang. Aku akan lihat siapa itu."Ilona hendak membantah, tapi tatapannya langsung redup. Ia terlalu lelah untuk berdebat hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman justru terasa seperti penjara, dan kini ditambah dengan kedatangan ta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 148

    Pagi baru saja menyapa ketika Ilona menarik gorden jendela ruang keluarga dan menatap ke luar. Cahaya mentari yang hangat menyinari halaman, namun ada yang berbeda. Matanya menyipit ketika melihat empat sosok asing berdiri di halaman rumahnya. Mereka tidak mengenakan seragam resmi, tetapi gestur mereka jelas menunjukkan sikap profesional—berdiri tegak, mata terus bergerak memantau sekitar, tangan menyentuh alat komunikasi di telinga."Loh, itu siapa? Kenapa ada beberapa orang yang tidak dikenal? Ada apa ini?" tanya Ilona heran.Egar, yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua cangkir kopi, berhenti sejenak. Ia menatap keluar melalui pintu kaca besar yang menghadap halaman depan. Wajahnya tenang, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Itu tim pengamanan tambahan dari Jojo," jawabnya sambil menyerahkan kopi pada Ilona. "Tapi mereka tidak menginap seperti Dion dan Roy. Mereka seperti satpam, berjaga secara bergantian, sistem shift."Ilona tidak langsung menjawab. Ia m

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 147

    Bunyi dentuman keras beberapa menit yang lalu masih terngiang di telinga Egar. Suasana dalam mobil terasa hening dan tegang. Yumi yang tadi menangis sudah berhenti nangisnya, dia hanya terkejut, sementara Gana meringkuk di dalam pelukaj Ilona, sesekali merengek kecil. Ilona memeluk keduanya erat, seolah ketakutan itu masih mengejarnya.Mobil kini berhenti di pinggir jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Dion, salah satu pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Anita —sedang berbicara serius dengan Roy di luar mobil."Saya akan keluar," ujar Egar akhirnya, merasa perlu ikut mengecek kondisi mobil dan situasi sekitar.Namun Dion segera menoleh dan berkata dengan tenang tapi tegas, “Tidak, biar Roy saja, Tuan. Tetap di dalam. Ini bisa jadi belum aman.”Egar mengernyit, tak biasa dikendalikan begitu, tapi dia tahu Dion dan Roy adalah orang-orang pilihan. Mereka bukan sekadar sopir atau pengawal biasa, mereka adalah bekas anggota pasukan khusus yang kini bekerja penuh untuk menjaga keluarga i

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 146

    Pagi itu terasa istimewa di rumah kecil milik Egar dan Ilona. Matahari baru saja muncul malu-malu di balik awan tipis, namun Yumi sudah duduk manis di meja makan, mengenakan seragam TK barunya yang berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam tebal dikepang dua rapi oleh Ilona, dihiasi pita mungil yang membuatnya tampak seperti boneka hidup.Akhirnya, hari yang dinanti-nantikan itu tiba. Yumi akan mulai masuk sekolah hari ini. "Nanti, Yumi akan banyak teman, kan, Ma?" tanya Yumi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut mungilnya. Matanya berbinar penuh harap.Dia bangun paling pagi dan langsung mandi. Dia begitu bersemangat untuk memulai pengalaman barunya menjadi seorang siswi."Tentu, Sayang. Banyak sekali teman-teman yang menunggu Yumi," jawab Ilona sambil tersenyum lembut."Hore! Yumi bisa main sama teman!" seru Yumi sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan.Egar tertawa kecil melihat tingkah anak gadisnya. "Iya, Nak. Yumi pasti cepat berteman, karena Yumi anak yang baik.""Iya,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan   BAB 145

    Angin sore itu berembus lembut dari jendela mobil yang sengaja dibuka, membawa aroma asin dari laut yang masih membekas di tubuh mereka. Ilona menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, memejamkan mata sejenak, menikmati ketenangan setelah seharian bermain bersama keluarga. Tapi jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit diabaikan.Pikiran dalam kepalanya terasa saling bertabrakan. Begitu banyak hal yang melintas di kepalanya."Tapi, entah mengapa aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi," gumam Ilona, suaranya hampir tertelan angin.Suaranya sangat lirih dan lemah.Egar, yang duduk di sebelahnya meraih tangan Ilona dan menggenggamnya dengan lembut, melirik sekilas ke arah istrinya. Ia merasakan tekanan yang sama, kekhawatiran yang membayangi kebahagiaan singkat mereka hari ini. Dia juga tidak yakin semua akan berakhir di hari ini. Apalagi hingga saat ini keluarga Ilma belum ada yang menemui Ilona. Egar merasa masih ada bayang-bayang yang akan mengancam."Sebe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status