Eliza sampai di bandara Soekarno-Hatta. Dalam pikirannya ia akan berangkat ke Swiss memakai pesawat penumpang. Namun ternyata, salah. Hermawan dan Mawar menyiapkan jet pribadi. Begitu sampai di depan pintu pesawat, ia langsung di sambut kapten pilot serta pramugari. Hal seperti ini jauh dari mimpi Eliza. Dulu ia hidup dalam kemiskinan. Bisa makan lezat saja sudah membuat hatinya bahagia. Tidak pernah terfikir sekalipun untuk bisa ke luar negeri dengan jet pribadi seperti ini. Eliza tidak menyangka bahwa hidupnya akan begitu sangat sempurna Setelah berpisah dari mantan suaminya. Jika mengingat yang dulu, rasanya begitu sangat menyakitkan. Sekarang dia berkumpul dengan orang-orang yang sangat menyayanginya. Ah, untuk apa juga Eliza teringat dengan mantan suaminya itu. "Kapten Jef, Saya percayakan menantu saya kepada anda." Hermawan berkata ketika mengantar Eliza naik pesawat."Siap pak," kata kapten pilot. Eliza berpamitan dengan Mawar dan juga Hermawan. Sebenarnya ia ingin sekali
Jantung Sherly berdebar dengan cepat ketika melihat sosok tampan yang sedang duduk di sofa, tepatnya di sebuah restoran yang berada di hotel. Dewi Fortuna sungguh berpihak dengannya. Sherly tidak menyangka akan bertemu Nathan di Swiss. Albert tersenyum miring ketika melihat cara Sherly menatap Nathan."Apa kamu ingin ikut, bertemu dengan rekan bisnisku?" Sherly tidak menjawab. Dia terlalu fokus dengan Nathan. Ingin sekali ia berlari dan kemudian memeluk pria tersebut. Jika mereka sudah bertemu, bisa dipastikan hubungan mereka akan berakhir di atas tempat tidur."Sayang, apa kamu ingin ikut bersamaku, menemui rekan bisnisku?" Albert berkata sambil memandang Sherly. Wanita itu sangat fokus dengan mantan suaminya, sampai tidak menyadari bahwa Albert sudah mengepalkan tangannya. Wajah pria itu juga merah padam memandangnya. Sherly tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Aku juga sangat lelah dan ingin istirahat." Ia hanya memandang Alber
Otaknya seakan berhenti berpikir. Dengan bodynya wanita itu menempel kartunya di pintu kamar Nathan, namun sistem menolak."Aku yakin pasti bisa." Sherly tidak akan menyerah dengan mudahnya. Ia kembali menempatkan kartunya. Lagi-lagi sistem menolak dan mengatakan kartu tidak terdeteksi. "Sialan, mengapa kartu bodoh ini tidak bisa digunakan?" Katanya dengan geram. Mengapa cerita nyata tidak sama di dalam film drama pendek. Didalam adegan, si perempuan dengan mudahnya membuka pintu kamar si laki-laki. Padahal si wanita itu salah kamar. Selanjutnya si toko wanita dan pria akan berakhir mandi keringat diatas tempat tidur. "Kali ini pasti bisa." Dengan jantung berdebar cepat, ia kembali mencoba. Namun hasilnya tetap sama.Tanpa mau menyerah, wanita itu kembali mencoba dan mencoba lagi. Hingga ia lelah dan menyerah. Jika kartu ini tidak bisa membuka pintu, ia harus mencari jalan lain. Pasti ada cara untuk membuka pintu kamar Nathan.Sherly kembali ke restoran. Lagi-lagi dia memilih untuk
"Tuan Niko, jam berapa biasanya suamiku pulang?" Eliza berkata ketika Niko memberhentikan mobilnya tepat di basement hotel. "Maaf nyonya, Saya tidak bisa memastikan. Tuan Nathan pulang sore jam 5. Namun sering juga malam. Tuan sangat fokus dengan pekerjaannya. Dia ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaan di sini agar bisa segera pulang ke Indonesia." Pria berkulit putih itu menjelaskan secara detail."Apa tuan Niko selalu mendampingi suami saya?" "Ya nyonya."Eliza melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jika Nathan pulang malam, itu artinya ia menunggu sangat lama. Jika mengatakan bahwa ia sudah berada di kamar hotel, itu artinya gak jadi kejutan dong. Jika Nathan tidak tahu keberadaannya, itu artinya Eliza harus menunggu sampai malam. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Eliza harus memikirkan bagaimana cara agar suaminya itu bisa pulang ke hotel detik ini juga. "Apa anda membutuhkan bantuan saya untuk menghubungi taun Nathan?" Niko menawarkan jasa. Eliza menggelengkan
Nathan diam memandang wanita cantik di depannya. Namun hal itu hanya terjadi beberapa detik saja. Detik selanjutnya pria itu justru mengucek matanya. Seakan ingin memastikan bahwa yang dilihatnya memnag nyata.Setelah mengucek mata sosok wanita cantik itu tidak menghilang. Bahkan semakin berjalan mendekat ke arahnya. Mungkin rasa rindu yang terlalu besar terhadap istrinya membuat Nathan sampai berhalusinasi seperti ini. Baiklah jika ini halusinasi maka dia akan memanfaatkannya sebaik mungkin. "Hubby." Eliza berkata sambil menyapa suaminya. Respon yang diberikan Nathan berbeda dengan apa yang dia bayangkan. Sebelumnya Eliza membayangkan Nathan akan langsung berlari dan memeluknya. Namun ternyata suaminya itu hanya dia memandang saja. "Iya," jawab Nathan tanpa mengedipkan matanya. "Katanya rindu Liza, tapi kenapa nggak meluk." Eliza berkata sambil mengembangkan tangannya. Nathan masih beranggapan bahwa ini hanyalah khayalan. Namun dia tetap menuruti perintah sang istri. Pria itu m
"Kalian tidak menerima uangku?" katanya dengan sangat marah. Wajah Sherly merah. Bahkan urat-urat di sekitar kening serta matanya menonjol.Padahal dia sudah memberikan uang untuk resepsionis, tapi mengapa mereka tidak mau membukakan pintu untuknya. "Atau uang ini kurang?" Walaupun dalam keadaan yang sangat marah, wanita itu tetap mencoba bersikap ramah dan membujuk kedua resepsionis tersebut. Jika mereka keberatan karena uang yang diberikannya masih tidak cukup, maka dia akan menambahnya lagi. Wanita yang berdiri di resepsionis itu menggelengkan kepalanya. Hukum Swiss sangat ketat. Mereka yang bekerja di hotel, bisa terkena tindak pidana jika membiarkan orang asing masuk ke dalam kamar tamu, tanpa persetujuan terlebih dahulu. Karena itu hotel di Swiss terkenal paling aman. Tidak ada kasus ciduk terhadap tamu mereka. Apa lagi wanita yang berdiri di depannya, terlihat sangat mencurigakan. Jika memang istri sha, seharusnya bisa memberitahu suaminya. Bukan menyogok petugas hotel seper
Air yang masuk lewat hidung hingga ke paru-paru terasa begitu sangat menyakitkan. Air masuk bukan hanya dari hidung namun juga mulut. Mata Sherly memerah menahan rasa sakit dan juga sesak. Sepertinya Albert tidak akan mengampuninya lagi. Ya semuanya memang kesalahan dirinya sendiri. Pria itu sudah begitu baik dengannya. Selama beberapa bulan ini Albert memperlakukannya dengan sangat baik, tanpa ada kekerasan fisik sama sekali. Bahkan pria itu tidak marah ketika Sherly menolak berhubungan badan dengannya. Bukan hanya sikap saja yang berubah manis, perlakukan pun berubah manis dan menghargai. Albert tidak takut mengajak Sherly bertemu dengan orang-orang penting. Namun dirinya sendiri yang tidak tahu diri. Tidak, ini bukan salahnya. Kesalahan sebesar apapun tidak harus dihukum separah ini. Sherly terlalu egois mengakui kesalahannya sendiri.Berbagai pikiran buruk, kini bertempur di otaknya. Mungkin semua ini hanyalah pikiran-pikiran menjelang kematiannya. Di saat Sherly yakin bahwa
"Uty, atu mau mommy." Noah berkata sambil merengek. "Mommy lagi jemput Daddy. Noah sama Aunty dan uncle dulu ya. Kita bobok sambil peluk adek dalam perut." Kiara berkata sambil meletakkan tangan kecil Noah di atas perut buncitnya."Uty, atu mau adek bayi." "Nanti mommy pulang pasti sudah ada adek bayinya. Yang penting sekarang Noah harus nurut dan gak boleh suruh mommy dan Daddy cepat pulang. Biar adek bayi ready dan siap launching." Kiara berkata dengan tersenyum. "O." Mulut Noah membulat mendengar perkataan dari Kiara. "Sekarang kita tidur." Kiara memeluk sambil mencium pipi bulat bulat Noah yang mengemaskan."Tapi atu mau celita kucing." Noah yang sudah terbiasa mendengar cerita hasil karangan mommy nya, tidak akan bisa tidur jika tidak mendengar dongeng. Karena itu ia meminta Kiara yang menceritakan nya."Oke, mau cerita kucing apa?" Kiara bertanya sambil mengangkat jempolnya. "Si oyen," kata Noah dengan penuh semangat."Oh kucing yang orange itu ya." Kiara menganggukkan kepa
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah