공유

Bab 85

작가: Cancer Girl
last update 최신 업데이트: 2025-06-30 11:32:38

Pagi itu, matahari mulai naik tinggi di atas perbukitan. Udara masih segar, meski sinar mentari mulai terasa hangat di kulit. Di sisi jalan tanah yang sepi dan dikelilingi kebun liar, dua bocah kembar, Asrul dan Arkaf, berjalan perlahan dengan langkah kecil yang mulai lelah. Baju mereka lusuh, debu menempel di celana pendek yang mereka kenakan, dan wajah mereka tampak kusam karena belum mandi dan menangis sepanjang malam.

Langkah mereka terhenti ketika suara mesin mobil terdengar dari kejauhan. Mereka refleks menoleh ke belakang. Sebuah mobil silver melaju pelan, lalu berhenti tepat beberapa meter di depan mereka. Kaca jendela mobil sedikit diturunkan, dan seorang pria berjas abu-abu turun dari dalam.

Pria itu terlihat rapi. Jasnya disetrika dengan licin, sepatu kulitnya mengkilap, dan rambutnya tersisir ke belakang. Ia melangkah hati-hati mendekati dua bocah kecil yang memandangnya dengan tatapan penuh waspada.

"Anak-anak," sapanya lembut. Suaranya tenang dan penuh perhatian. "Kalian
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 91

    Pagi itu langit cerah namun hati Ernita tetap mendung. Setelah Taufik berangkat ke kantor dengan tergesa karena ada rapat penting, Ernita masuk ke rumah dengan langkah berat. Tia yang tengah menyapu halaman depan melirik majikannya dengan sorot prihatin."Mau ke mana, Nyonya?" tanya Tia lembut sambil menyandarkan gagang sapu.Ernita menoleh sejenak lalu menghela napas panjang. "Aku mau ke kantor polisi lagi, Tia. Aku sudah nggak bisa duduk diam saja. Aku harus bertindak.""Tapi Nyonya, Tuan Taufik bilang masih mau nyelidikin sendiri."Ernita menunduk, menahan emosi yang selama ini terus dipendam. "Aku tahu maksud Mas Taufik baik, tapi aku nggak tahan lagi, Tia. Aku seorang ibu, walau mereka bukan anak kandungku, aku nggak bisa tenang sebelum mereka pulang."Tia mengangguk. Ia memahami perasaan tuannya. Asrul dan Arkaf sudah seperti darah daging bagi Ernita. Tia tahu betapa besarnya kasih sayang yang ditumpahkan Ernita selama ini.Setelah bersiap, Ernita pun keluar rumah. Ia mengenakan

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 90

    Sore hari menjelang senja, langit mulai berubah warna, dari biru cerah menjadi jingga keemasan. Reza membuka pintu rumahnya dengan kantong makanan di tangan. Aroma ayam goreng hangat yang ia bawa langsung memenuhi udara."Halo, anak-anak. Ini makan dulu, Om belikan nasi ayam goreng. Tadi Om mampir di rumah makan. Sebenarnya Om tadi mau ajak kalian, tapi tadi Om ada urusan kerjaan, jadi nggak bisa bawa anak kecil," ujarnya sambil tersenyum ke arah dua bocah yang tengah bermain lego di karpet ruang tamu.Asrul dan Arkaf langsung menoleh, mata mereka berbinar."Wah, ayam goreng, Rul!" seru Arkaf sambil berdiri dan menghampiri Reza."Ayo kita makan, Ar," sahut Asrul antusias, menyusul kembarannya dan langsung menghambur ke pangkuan Reza.Reza tertawa kecil, meletakkan kantong makanan ke meja dan mulai membuka bungkusan satu per satu. Dua kotak nasi ayam, dua botol air mineral, dan dua sendok plastik yang tergulung rapi dalam tisu. Dia menyerahkan masing-masing kepada si kembar dengan penu

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 89

    Suasana rumah makan siang itu cukup ramai, deru obrolan dan denting sendok garpu berpadu menjadi irama latar. Taufik dan Ernita masih berbicara dengan Helen, berusaha menyembunyikan kegelisahan mereka atas pertanyaan soal si kembar. Saat suasana mulai mencair, tiba-tiba terdengar derit kursi ditarik tak jauh dari meja mereka.Seorang pria berjas abu duduk di kursi pojok, dan tak lama kemudian seorang pelayan datang menghampiri membawa sepiring makanan. Aroma khas nasi goreng seafood langsung menyebar. Taufik yang semula sedang mengaduk teh manisnya, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Matanya menatap lurus ke arah pria itu, dahi Taufik mengernyit."Reza!" serunya, setengah berdiri dari kursinya.Ernita dan Helen langsung menoleh ke arah yang sama. Si pria, Reza, pun menoleh dengan raut terkejut yang berubah menjadi sumringah. Ia berdiri, berjalan mendekati meja Taufik."Hei, Taufik! Wah, ini beneran kamu?" ujar Reza sembari menjabat tangan Taufik erat. Tawa bahagia mengiringi pertemuan

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 88

    "Sudah, kalian pergilah! Aku muak melihat kalian!" bentak Gudel sambil menunjuk ke arah pintu dengan kasar. Suara meja yang ia tendang nyaris membuat tumpukan berkas berhamburan ke lantai.Namun Ernita tetap berdiri tegak. Tangan Taufik menggenggam erat pergelangan tangannya, mencoba menahan emosi istrinya agar tidak semakin meledak. Tapi Ernita tak bisa dibendung lagi. Matanya merah, suaranya penuh amarah yang ditahan selama ini."Heh, Del! Kembalikan dulu anak-anakku!" serunya dengan suara lantang.Gudel tertawa sinis, berdiri dari kursinya, lalu berjalan mendekat perlahan seperti seekor ular yang hendak menerkam mangsanya. "Anakmu? Hah! Sejak kapan kau punya anak, Nita? Bukankah kau melahirkan anakmu langsung mati, kau juga nggak bisa punya anak? Jangan munafik!"Ernita memelototinya. "Aku memang tidak melahirkan mereka, tapi mereka anak-anakku! Mereka yang menumbuhkan kasih sayangku, bukan kamu yang bahkan nggak pernah paham arti keluarga!"Taufik maju satu langkah. "Jangan pikir

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 87

    Pagi itu, suasana kantor masih lengang ketika sebuah suara keras membuyarkan keheningan."BRAKKK!"Sebuah gebrakan keras menghantam meja kerja Gudel. Pria itu tersentak kaget, matanya langsung menatap tajam ke arah sumber suara. Di hadapannya berdiri seorang perempuan dengan tatapan menyala, wajahnya pucat namun penuh keberanian. Ernita."Nita?" suara Gudel parau, terkejut sekaligus tak percaya melihat wanita itu berdiri di hadapannya dengan ekspresi mengancam."Mana anak-anakku, Del?!" teriak Ernita, suaranya bergetar namun tegas. Tangannya mengepal di sisi tubuh, mencoba menahan gemuruh amarah yang nyaris meledak.Gudel perlahan berdiri dari kursinya. Ia tertawa pelan, geli mendengar pertanyaan itu."Anak-anakmu? Bukannya kamu nggak punya anak, Nita? Bukannya kamu sendiri yang bilang kamu keguguran waktu itu? Atau jangan-jangan ... kamu halu?" ujarnya dengan nada sinis."Cukup, Del! Jangan putar balik kenyataan. Kamu tahu betul Asrul dan Arkaf adalah anakku. Kamu tahu mereka masih h

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 86

    Suara bentakan Gudel menggema keras di dalam bangunan tua yang kini terasa lebih pengap dari biasanya."Jawab, Nad! Ke mana anak-anak?!" gebrakannya membuat meja reyot di hadapannya berguncang hebat, gelas plastik yang ada di atasnya terjatuh dan tumpah.Nadya tersentak. Tubuhnya menegang dan mulutnya terbuka setengah. Butuh beberapa detik sebelum akhirnya ia mampu bicara."Aku ... aku mau ke mall, Del," suaranya pelan dan bergetar. "Mau beli kebutuhan mereka, buat makan juga. Aku sempat masak telur buat mereka sebelum pergi.""Terus?!" bentak Gudel."Terus pas aku sudah di halaman rumah, baru ingat kontak mobilku ketinggalan. Aku balik lagi ke dalam buat ngambil itu. Aku buru-buru, Del. Nggak nyangka mereka bisa keluar diam-diam. Pas aku pulang dari mall, anak-anak udah nggak ada, aku panik, aku cari ke sekeliling, tapi nggak ada jejak sama sekali."Gudel mencengkeram rambutnya dengan kedua tangan. Kepalanya tertunduk beberapa saat, lalu ia mendongak dengan tatapan tajam menusuk."Pa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status