LOGINMau Up 3 bab, yang 1 bab nyusul ya 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kekacauan di Museum Kecantikan Victor kini berubah menjadi kegaduhan publik.Ratusan polisi berseragam menyeret keluar anak buah Victor satu per satu dengan tangan terborgol. Yang paling menyayat hati adalah saat evakuasi para wanita dari dalam gedung.Beberapa dari mereka keluar dengan tatapan kosong, berjalan terseret-seret seolah jiwa mereka tertinggal di dalam bingkai kaca. Mereka bahkan lupa siapa diri mereka.Ada beberapa wanita yang justru memberontak saat hendak diselamatkan. Mereka berteriak memuja nama Victor, menangis memohon agar tidak dipisahkan dari keindahan semu yang ditawarkan sang psikopat. Sebagian wanita malah dalam keadaan kritis. Dan ada yang ... sudah tak bernyawa. Miris sekali!Ambulans menderu, membawa mereka yang dalam kondisi kritis ke rumah sakit besar terdekat, sementara para jurnalis mulai melaporkan berita utama.Hanya saja! Ada perintah khusus. Berita yang disiarkan terbatas dan tidak boleh menyebut beberapa nama.Breaking News [Penggerebekan besar-be
"Bajingan itu sedang menunggu kita. Dia sengaja menjatuhkan kita ke sini agar bisa melihat prestasi gilanya. Dan tentunya ingin melenyapkan kita." David mendecih. Reyvan mendengkus pendek. "Hish! Dia butuh audiens untuk kegilaannya. Pria narsistik yang merasa dirinya paling berkuasa."Di sana. Sebuah dinding bergeser pelan dan di balik dinding itu ada ruangan yang terang. Reyvan dan David saling tatap dan mengangguk."Jangan jauh-jauh dariku!" David memastikan Irish menempel padanya.Begitu mereka melangkah masuk, ternyata ruangan itu kosong."Sial, permainan apa lagi dari si gila itu!" desis David."Tak pernah punya kebahagiaan. Tak ada orang tulus di sekitarnya. Dan pernah merasakan kasih sayang. Sepertinya orang gila seperti Victor ini, hanya ingin mengulang permainan masa kecilnya." Reyvan terkekeh.Lalu, dua pria itu mengedar setiap sisi ruang.David dan Reyvan segera menangkap keberadaan dua kamera pengawas yang terpasang di sudut atas dinding. Tanpa rasa takut, kedua pria itu
"Arggghh! Dewi Dewi kecantikan abadiku! Akkhhh! Keindahan yang bertahun-tahun aku kumpulkan!! TIDAK!!" teriak Victor, saat melihat kekacauan markasnya."Bos, kita pergi dari sini dulu." Gery menarik tangan Victor agak mau bergerak.Satu dua langkah Victor begitu berat dan kaku."Tunggu!"Victor berhenti sejenak, menatap sebuah lukisan klasik yang miring, lalu menoleh pada para penjaganya dengan mata merah padam."Cepat selamatkan koleksi di gudang timur! Aku tidak peduli berapa banyak nyawa yang hilang, tapi jangan biarkan satu inci pun goresan mengenai peti-peti itu! Bawa mereka ke jalur evakuasi bawah tanah sekarang!" teriak Victor, suaranya melengking seperti pria gila yang elegan."Tapi, Bos. Kita sudah kuwalahan menghadapi mereka karena jumlahnya juga sangat banyak! Orang kita pun banyak yang tumbang," lapor salah satu pengawal dengan napas memburu."Bodoh! Kalian semua tidak berguna!" Victor menghempaskan tangannya ke udara, lalu mencengkram kerah pria itu. "Rebut kembali Irish!
'Vid! Maafkan aku. Sepertinya aku akan ingkar janji. Aku tidak bisa menemanimu sampai tua. Tidak bisa menghiburmu saat kamu kalut. Aku milikmu, dan milikmu ini nggak boleh disentuh pria lain. Apalagi iblis semacam Victor!' jerit batin Irish. Victor terus mendekat pelan. Dalam hati, dia yakin Irish tak punya keberanian untuk melompat. Apalagi, bawahannya sudah siaga di bawah. Jika wanita itu sungguh melompat, maka tetap akan selamat. "Kubilang jangan mendekat! Jangannn .... JANGANNN!!" teriak Irish dengan suara seraknya. Tangannya gemetar menekan pecahan kaca itu ke lehernya hingga benar-benar tergores. "Auwhh! Irish jangan. Jangan kamu lukai lagi keindahanmu itu. Hatiku sungguh sakit ...." Justru Victor yang teriak ngeri saat leher Irish tergores. Bibir Irish gemetar dengan tawa miris. Dia menambah lagi goresan itu di titik lainnya. "Auwhhh! Akhhh!" teriak Victor tak rela, keindahan abadinya hancur. Lalu, Victor sudah tak bisa menahan diri lagi. Satu tangannya tergerak di
"Apa itu?! APA ITU?! Irish!" Reyvan juga tak tenang, tapi tetap harus berusaha tampak tenang. "Fokus. Itu belum tentu Irish." Lalu, David nanar pada monitor dengan tangan gemetar dan dada bergejolak hampir meledak. "Irish-ku. Irish-ku .... Mana dia ... Di mana dia .... Kenapa aku belum bisa menemukannya. Kenapa mereka pake drone jelek seperti ini?! Cuma bisa lihat bagian luar! Argggghhh!" David tak tahan lagi mau melihat istrinya. "Irish-mu pasti di dalam! Aku yakin dia baik-baik saja. Tenangkan dirimu, kita pasti akan temukan Irish tepat waktu. Dan buka matamu. Kalau drone sedikit ke bawah saja pasti terciduk, dan gagal semua rencana kita!" "Hish! Bagaimana aku bisa tenang! Victor psikopat. Dan kalau sampai telat sebentar saja, apa yang akan dilakukan Victor pada istriku!" David menggebrak sandaran kursi kesal. Lalu, mengusap wajahnya. Reyvan sudah membuka mulutnya ingin bicara, tapi akhirnya hanya mendesah dan membuang napasnya dari mulut. "Sudahlah. Buat apa aku repot menjel
"Kubilang jangan sentuh aku!" teriak Irish mencoba melepaskan diri dari pegangan kuat dua wanita kekar. Di dalam ruangan yang berbau parfum mawar menyengat. Irish terus meronta saat tangan-tangan kuat para wanita kekar itu berusaha memaksanya duduk di depan meja rias berlapis emas. "Arggg! Sakit!" teriak Irish. Pegangan sedikit kendur karena Victor berpesan jangan sampai menyakiti wanita itu. Dengan gerakan yang tak terduga, Irish menyambar botol parfum kristal dan menghantamkannya ke cermin besar di depannya. Prang! Kaca itu hancur berkeping-keping. Serpihan tajam berserakan di atas meja. "Nyonya, apa yang Anda lakukan?" Dengan cepat Irish menyambar satu pecahan kaca yang besar dan panjang. "Nyonya, Jangan!" "Nyonya, Anda terluka!" "Mundur! Jangan mendekat! Kalau ada yang berani mendekat, kalian akan melihat mayatku!" Mata Irish nyalang pada mereka. Tak ada yang berani bergerak. Hanya saling menatap dan salah satunya melapor pada Victor. Irish mundur dengan napas tersengal







