Share

Bab 0005

Sangga terlihat sedang sibuk di depan laptopnya. Sebenarnya pria berusia kepala empat itu sedang terdiam dengan pikiran yang melanglang buana. Tangan kirinya mengusap lembut pipi yang mendapat kecupan dari Dania, sedangkan tangan kanannya memegang selembar foto lawas. Foto sepasang remaja berseragam putih abu-abu yang terlihat tertawa lebar.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Sangga, hingga dengan terburu-buru langsung menyimpan foto tersebut ke dalam laci meja kerjanya.

“Masuk!”

“Pak Selo Ardi ingin bertemu dengan Bapak,” ucap Yola, sekretaris Sangga sesaat setelah memasuki ruangan.

“Suruh masuk!”

“Baik Pak!”

Setelah Yola keluar, tidak lama kemudian sosok yang bernama Selo Ardi memasuki ruang kerja Sangga. Sebelum duduk pria itu menyerahkan sebuah amplop besar kepada Sangga.

Meskipun sudah menyerahkan kasus tabrak lari yang menimpa Dania kepada pihak kepolisian, tetapi Sangga masih tetap mencari informasi sendiri dengan mengerahkan orang kepercayaan. Dan saat ini Sangga sedang menerima laporan dari orang kepercayaannya tersebut.

“Pelaku menggunakan mobil rental. Awalnya pemilik mobil tidak bersedia mengungkap identitas penyewa, tetapi setelah melihat rekaman CCTV akhirnya dia mau bekerja sama.”

“Apa maksudnya ini?” tanya Sangga yang tidak percaya dengan hasil penyelidikan. “Jadi …?” Sangga tidak melanjutkan kalimatnya karena panik saat melihat satu per satu foto di tangannya.

“Foto yang didapat dari media sosial cukup menjelaskan hubungan mereka.”

“Berarti saat ini Dania tidak aman. Kirim beberapa orangmu untuk terus mengawasi Dania! Aku tidak ingin ada hal buruk yang menimpanya.” Sangga langsung memberi perintah kepada orang kepercayaannya tersebut.

“Baik Pak!” Tanpa banyak bicara pria itu bergegas keluar untuk menjalankan perintah dari Sangga.

Setelah orang kepercayaannya pergi, Sangga terlihat tidak tenang. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah keselamatan Dania. Sangga segera meraih ponselnya, dengan lincah jemarinya menarinya di layar.

“Kamu dimana?” tanya Sangga setelah panggilannya mendapat respon.

“Ada apa, Om?” Terdengar suara Dania di ponsel Sangga.

“Ada hal penting yang harus kita bicarakan.”

“Aku ….”

“Dimana?” sergah Sangga seperti kehilangan kesabarannya. “Apa yang akan aku ini sangat penting dan tidak bisa ditunda lagi,” sambung Sangga dengan tegas.

Akhirnya Dania mengatakan posisinya saat ini. Tidak ingin membuang-buang waktu Sangga meraih kunci mobil lalu bergegas meninggalkan ruang kerjanya untuk menemui Dania.

“Yola, tolong batalkan semua janji hari ini dan langsung atur ulang pertemuan berikutnya,” ucap Sangga dengan terburu-buru tanpa memberi kesempatan kepada sekretarisnya untuk bicara sedikitpun.

Dengan terpaksa Sangga membatalkan janjinya dengan beberapa klien penting. Bagi Sangga keselamatan Dania lebih penting dari apa pun, dia tidak ingin kehilangan lagi gadis yang sudah lima belas tahun dicarinya.

***

Di tempat yang berbeda, di sebuah kafe, Dania duduk sendiri menikmati jus lemon. Tampaknya gadis itu sedang menunggu seseorang. Benar saja, tidak lama kemudian Dion datang menghampiri Dania. Wajahnya terlihat sumringah dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

“Maaf, aku baru tahu kalau kau mengalami kecelakaan.” ucap Dion sesaat setelah menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada paling dekat dengan Dania. “Mengapa kau tidak segera menghubungiku?” sambungnya sambil meraih tangan Dania untuk menunjukkan perhatiannya.

“HP-ku rusak,” jawab Dania apa adanya.

“Nanti kakak belikan HP baru,” ucap Dion sambil mengusap rambut Dania dengan lembut.

Tanpa sadar Dania meneteskan air mata kala melihat tatapan mata dan senyum Dion. Tatapan mata dan senyum yang selama ini membuatnya mempercayai jika itu adalah cinta, tatapan mata dan senyum yang membuatnya merasa nyaman berada di samping Dion, tetapi ternyata semuanya hanyalah sebuah kebohongan.

“Kenapa menangis? Ada yang sakit?” cecar Dion penuh perhatian untuk menyempurnakan sandiwara.

“Aku hanya terharu dengan segala perhatian Kak Dion.” Dania menyeka air matanya.

Terpaksa Dania berbohong, sebenarnya dia sedang menangisi kebodohannya yang baru mengetahui kebohongan Dion setelah dia merasa begitu mencintainya. Meskipun terasa berat, Dania berusaha untuk membunuh rasa cinta itu dari hatinya, karena dia yakin sebuah hubungan yang diawali dengan kebohongan tidak akan berakhir baik di kemudian hari.

“Kak Dion tidak perlu membelikan aku HP baru, karena aku sudah dapat gantinya.”

Tatapan mata Dion tertuju pada ponsel yang berada di hadapan Dania. Sebuah ponsel canggih keluaran terbaru yang dia ketahui harganya sangat mahal. Tidak ingin membuang waktu untuk berbasa-basi membahas ponsel baru Dania, Dion pun berusaha kembali fokus pada tujuannya bertemu dengan Dania.

“Nia!” panggil Dion sambil meraih tangan Dania.

Suasana hening tercipta saat tatap mata Dania dan Dion bertemu. Berulang kali Dion menghela napas dalam-dalam, seolah berat untuk mulai berbicara. Dan Dania memilih diam menunggu Dion berucap.

“Menikahlah denganku!”

“Kak Dion melamarku?”

Pertanyaan Dania terdengar sangat naïf, tetapi itu semua bukan tanpa alasan. Dania bisa merasa jika Dion sangat tertekan saat melamarnya. Bukan gugup, tetapi gelagat yang diperlihatkan oleh Dion jelas menggambarkan sebuah keterpaksaan.

“Sebentar lagi kau lulus kuliah, aku yakin kau tidak ingin selamanya menjadi beban om dan tantemu. Jadi … ijinkan aku mengambil tanggung jawab atas dirimu, menjadi pria yang yang menjagamu, melindungimu.” Lagi dan lagi Dion menghela napas dalam-dalam, otaknya butuh pasokan oksigen lebih banyak untuk membuat kebohongan terasa nyata. “Aku ingin menjadi suamimu.”

Dania terdiam berpikir keras. Bukan untuk memutuskan menerima atau tidak lamaran Dion, karena Dania sudah memutuskan akan segera mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, tetapi sampai saat ini Dania belum menemukan alasan yang tepat.

“Dania … apa jawabanmu?” Dion terlihat sangat tidak sabar menantikan jawaban dari Dania.

“Aku belum bisa menjawab.”

Dion terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Dania. Sungguh di luar dugaan, karena sebelumnya Dion sangat yakin Dania akan sangat senang dan antusias dengan lamarannya.

“Kenapa? Sudah dua tahun lebih kita menjalin hubungan, kita sudah saling mengenal luar dan dalam, lalu apa yang membuatmu ragu? Kau tidak mencintaiku?” cecar Dion sambil menatap tajam mata Dania. Bukan hanya tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Dania, tetapi Dion juga takut jika rencananya bersama Ari akan gagal.

“Bukan itu, Kak. Tapi aku ….” Dania tidak bisa melanjutkan kalimatnya, dia terlihat begitu gugup karena merasa belum menemukan alasan yang tepat untuk menolak lamaran Dion.

Belum saatnya bagi Dania untuk mengatakan alasan yang sebenarnya. Gadis yatim piatu itu belum memiliki keberanian untuk menghadapi Dion dan keluarga Ari sendiri. Dia harus memiliki rencana yang matang, paling tidak dia harus berhati-hati dalam melangkah.

“Atau kau mencintai pria lain?” Suara Dion terdengar lirih dan nelangsa. Saat ini Dion tidak bisa memahami apa yang sedang dirasakan. Selama ini dia menganggap cinta kepada Dania hanyalah sebuah sandiwara, tetapi saat membayangkan Dania bersama lelaki lain hatinya terasa perih.

“Ya, karena Dania akan menikah denganku.”

Hampir bersamaan Dania dan Dion mengalihkan pandangan ke sumber suara yang berasal dari belakang mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sunar To
bagaimana cara dapatkan koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status