Share

Bab 5 - Senyuman

last update Last Updated: 2023-09-05 18:03:54

“Kak, menurutku itu tidak perlu.”

“Hanya untuk jaga-jaga. Kita tidak pernah tahu pernikahanmu ke depannya akan seperti apa. Ini juga untuk kebaikanmu.” Rindang mencoba menjelaskan.

Sebagai wanita yang sudah menikah, Rindang lebih paham tentang hal itu. Apalagi jika menjadi istri yang tidak memiliki penghasilan, sertifikat rumah seperti itu akan menguntungkan. 

Walaupun Embun memiliki penghasilan sendiri, tetapi setidaknya kehidupannya bisa terjamin dengan baik jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Kurasa aku tidak akan meminta hal itu pada suamiku, Kak.” Embun berusaha menolak permintaan Rindang.

“Baiklah kalau kamu tidak mau, tapi kalau begitu kakak juga tidak jadi memberikan restu untuk pernikahanmu.”

Embun menatap Rindang tidak percaya, lalu detik berikutnya menghela napas. “Baiklah Kak, aku akan coba bicarakan dengan Kaisar.” Embun bisa melihat Rindang tersenyum senang atas ucapannya.

Ada perasaan bersalah di hati Embun melihat Rindang tersenyum seperti itu, karena sebenarnya Embun hanya berpura-pura mengiyakan permintaan Rindang. Ia lakukan karena tidak ingin membuat Rindang khawatir dan bisa secepatnya mengizinkan Embun pergi dari rumah kakak iparnya.

Embun tidak akan mengikuti saran Rindang untuk meminta memasukkan namanya pada sertifikat rumah Kaisar. Kaisar sudah mau memberikan tempat tinggal dan memberinya nafkah adalah suatu hal yang bagus, dan ia tidak ingin meminta lebih daripada itu.

Namun, jika nantinya Kaisar sendiri yang menambahkan namanya di sertifikat rumah, ia juga tidak akan menolak. Karena meskipun ini pernikahan tanpa cinta, mereka tetap adalah suami-istri yang akan tinggal bersama seumur hidup.

“Kapan kamu akan mengenalkan suamimu pada Kakak?” Rindang tiba-tiba bertanya saat Embun selesai berkemas.

“Aku belum bisa pastikan, Kak. Suamiku ini sangat sibuk, hari ini saja dia ada perjalanan bisnis ke luar kota,” kilah Embun. Embun hanya belum siap mengenalkan Kaisar pada siapa pun, lagipula belum tentu Kaisar mau bertemu dengan keluarganya.

Daripada memberikan janji yang sulit ia tepati, lebih aman menjawab seperti itu, pun Kaisar sepertinya memang sibuk.

“Suamimu sudah pergi dinas ke luar kota di hari pernikahannya?” 

Rindang tidak percaya, suami Embun sepertinya tidak perhatian pada adiknya sendiri. Bisa-bisanya lebih memilih pekerjaan dibanding istrinya sendiri?

“Dia juga terpaksa, Kak. Lagi pula, dia berjanji akan pulang secepatnya. Nanti, setelah sudah pulang, aku akan pertemukan dia dengan Kakak ya.”

Walau tidak rela, tapi Rindang hanya bisa memercayai adiknya. 

Setelah berpamitan pada Rindang, Embun pun pergi menuju tempat tinggal Kaisar.

Siang itu jalanan tidak terlalu ramai, tetapi Embun membutuhkan waktu satu jam untuk tiba di komplek apartemen Kaisar. 

Embun bisa melihat komplek apartemen ini adalah komplek apartemen mewah, dan ketika melihat sekeliling, Embun sadar ia belum tahu di lantai dan unit berapa apartemen Kaisar.

Embun berhenti di dalam lobi lalu duduk di sofa. Ia mengeluarkan ponsel dan mencoba untuk menghubungi Kaisar.

Kaisar melihat ponselnya di atas meja menyala.

[Embun Prajaya]

Melihat nama Embun, pria itu menjulurkan tangan dan sempat berniat untuk mengangkatnya. Namun, teringat dirinya sedang menghadiri rapat, Kaisar pun berakhir menolak panggilan itu.

Sudah menjadi kesepakatan bersama di perusahaan itu bahwa ketika rapat sedang berlangsung, siapa pun yang menghadirinya tidak boleh melakukan panggilan untuk urusan pribadi. Demi menghormati peraturan rapat itu, maka Kaisar pun tidak mengangkat telepon Embun. 

Akan tetapi, tak lama ponsel Kaisar kembali menyala. Lantas alih-alih menerima panggilan itu, Kaisar langsung mengirimkan pesan.

Ting!

Satu pesan dari Kaisar masuk ke ponsel Embun.

[Ada apa?]

Tanpa menunggu jeda, Embun membalas pesan dari Kaisar.

[Saya sudah di lobi apartemenmu. Tapi saya tidak tahu nomor unit dan di lantai berapa.] 

Ting! Pesan baru kembali masuk.

[Penthouse. Lt. 50].

Setelah tahu unit dan lantai apartemen suaminya, Embun gegas berdiri dari duduknya. Dia membawa semua barang-barangnya menuju lift khusus yang menghubungkannya ke unit apartemen Kaisar.

Ketika Embun sudah berada di depan pintu apartemen, dia pun menggunakan kartu akses dan kode sandi dari Kaisar untuk membuka pintu. 

Ting! 

[Sudah bisa masuk?]

Satu pesan dari Kaisar kembali masuk ke dalam ponsel Embun. 

[Sudah.]

Tidak lama pesan dari Embun dibalas kembali oleh Kaisar.

[Perlu bantuan?]

Sudut bibir senyum agak terangkat melihat tawaran Kaisar.

[Tidak apa-apa. Lagipula jika saya butuh bantuanmu sekarang, memangnya kamu bisa langsung pulang secepatnya?] 

Tidak lama berselang sebuah notifikasi pesan masuk kembali ke ponsel Embun.

[Tidak.]

Embun tertawa kecil membaca balasan pesan dari Kaisar. Embun sama sekali tidak merasa tersinggung dengan jawaban suaminya itu. 

Merasa tidak perlu membalas pesan pria itu lagi, Embun pun hanya membalas dengan emoji tertawa sekaligus menangis dan sebuah jempol. 

Kaisar menatap layar ponselnya. Lelaki itu tanpa sadar tersenyum tipis saat melihat dua buah emoji yang dikirimkan Embun. Belum pernah ada yang berani membalas pesannya hanya dengan emoji, dan wanita itu melakukannya, jadi ini membuatnya merasa aneh.

Tahu dirinya tidak perlu membalas lagi pesan dari Embun,  Kaisar pun menutup ponselnya.

Pria itu belum mengenal Embun dengan baik. Dia hanya mengetahui Embun sebatas dari cerita sang ayah setiap ayahnya kembali dari kafe langganannya, yang mana kemudian Kaisar tahu kafe itu adalah milik Embun.

Kaisar hanya berharap agar Embun tidak merepotkannya. Karena dia tidak akan memiliki waktu untuk meladeni Embun.

Kaisar meletakkan kembali ponselnya ke atas meja dan hendak lanjut mendengarkan rapat yang sempat ditinggalkannya sesaat tadi. 

Namun, ketika Ķaisar mendongak, semua orang di ruangan meeting itu sedang menatapnya dengan tatapan penasaran yang tinggi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Malam Senja
seruu bangett KK bikin oenasaran
goodnovel comment avatar
Cetya
suka sekali
goodnovel comment avatar
Andar Dadan
menarik ceritanya buat penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status