Share

Bab 6 - Pernikahan Dadakan

“Lihat itu, Pak Kaisar tersenyum.”

“Aku tidak pernah melihat Pak Kaisar tersenyum seperti itu. Apa jangan-jangan Pak Kaisar punya kekasih, ya?”

Para peserta rapat saling berbisik sejak melihat Kaisar menggunakan ponselnya dan tersenyum.

Kaisar berdeham untuk meredakan bisik-bisik di ruang rapat. Dia menyadari rapat siang ini menjadi tidak kondusif karena dirinya. 

“Lanjutkan rapatnya,” kata Kaisar acuh tak acuh.

Nicholas, anak dari kakak pertama Kaisar yang duduk paling dekat dengannya mencondongkan kepala ke arah sang paman.

“Paman, apa betul Paman baru saja menikah dengan gadis pilihan Kakek?” bisik Nicholas pelan.

Kaisar hanya menjawab pertanyaan keponakannya itu dengan helaan napas tanpa melirik sedikit pun ke arah Nicholas.

“Jadi, sungguh Paman sudah menikah?” bisik Nicholas lagi.

Kali ini Kaisar menatap tajam keponakannya itu. Dia tidak mengatakan apa pun, tetapi tatapan matanya jelas mengisyaratkan keponakannya itu untuk segera menutup mulutnya.

Nicholas tersenyum canggung dan menjauhkan tubuhnya dari Kaisar. Keengganan Kaisar untuk menolak membuat pria itu mengambil kesimpulan bahwa benar, pamannya itu memang sudah menikah.

Sebenarnya Nicholas merasa kasihan dengan pamannya itu. Di zaman modern seperti ini dia masih harus mengalami perjodohan. Akan tetapi, sejauh yang Nicholas tahu, Kaisar memang tidak pernah memiliki kisah asmara. 

Sepanjang hidup Kaisar, paman Nicholas itu mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan, sampai-sampai Nicholas merasa bahwa mungkin pamannya ini lupa jika usianya sudah terlewat cukup untuk menikah. Oleh karena itu, Nicholas pikir pilihan kakeknya untuk menjodohkan Kaisar ada benarnya juga.

Semoga Paman bisa bahagia dengan istri barunya,’ pikir Nicholas seraya berusaha kembali fokus dengan rapat di depan mata.

Di saat yang bersamaan, Embun memasuki apartemen Kaisar. Pandangannya memerhatikan sekeliling apartemen. 

Apartemen ini seolah menggambarkan kepribadian maskulin sang pemilik. Terlihat sangat rapi, bersih dan terawat.

Interior ruangannya dicat warna monokrom dan kebanyakan furniturenya berwarna hitam. Terasa dingin dan kaku, seperti sifat Kaisar.

Di ruang tamu berdinding abu-abu itu, terdapat satu set sofa hitam berbahan kulit beserta mejanya. Sebuah lukisan bergambar abstrak dengan ukuran cukup besar, tergantung di dindingnya. 

Di ruang keluarga terdapat sofa bed abu-abu dan lemari hitam yang berisi buku-buku tebal di sudut ruangan, serta sebingkai foto keluarga besar Kaisar yang digantung di dindingnya. 

Embun menggeser pintu kaca yang dia yakini tempat balkon berada. Pemandangan kota terpampang dari balkon yang terdapat dua kursi yang dipisahkan oleh sebuah meja kecil di tengahnya.

Embun kembali melangkahkan kakinya ke dalam apartemen. Dilihatnya ada tiga kamar di ruangan itu. Gadis itu melangkahkan kakinya ke salah satu kamar yang ukurannya tampak lebih kecil dibanding satu kamar di sebelahnya.

Ini pasti kamarnya.

Diseret Embun koper miliknya ke kamar tersebut. 

Setelah meletakkan kopernya, Embun meninggalkan kamar dan menuju dapur. Sepertinya Kaisar jarang makan di rumah. Tak ada satu pun peralatan masak terdapat di sana.

Embun berpikir mulai saat ini dia harus memasak untuk Kaisar. Bagaimanapun juga, Embun telah menjadi istri Kaisar dan secara tidak langsung menumpang di rumah Kaisar, jadi dia harus melayani pria itu. 

Alhasil, gadis itu pun memutuskan untuk pergi berbelanja kebutuhan rumah.

Embun beranjak ke kamarnya, mengambil ponsel dan menghubungi Friska, teman baiknya, untuk menemaninya berbelanja.

“Hari ini kamu tidak ke kafe?” tanya Friska ketika mereka sudah bersama dan berjalan di supermarket untuk memilih bahan-bahan belanjaan.

“Tidak, aku baru saja menikah hari ini.”

"Apa? Menikah? Dengan siapa? Kamu gila, ya?!” teriak Friska yang membuat Embun buru-buru membekap mulut gadis di sampingnya itu. Suaranya yang cukup nyaring membuat beberapa orang di sekitar melirik ke arah mereka.

Embun tahu tidak bisa merahasiakan hal ini dari Friska, maka ia menceritakan semuanya dengan jujur pada sahabatnya itu. Dimulai dari ibu mertua kakaknya yang menyindir Embun, lalu tanpa sengaja Embun ditawari menikah dengan anak dari pelanggan setianya di kafe, dan pernikahannya dengan Kaisar yang langsung terjadi pagi tadi.

“Kamu sungguh sudah gila, ya, Embun? Menikah dengan pria yang tidak jelas. Kamu belum mengenalnya ataupun tahu latar belakang lelaki itu seperti apa!” Friska sedikit meninggikan suaranya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa Embun berani mengambil keputusan penting seperti itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Athinriasathinrias
ak suka ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status