Share

Bab 4 - Sertifikat Rumah

last update Last Updated: 2023-09-05 17:25:28

Embun menghela napasnya pelan. Dia tidak akan banyak bertanya pada Kaisar tentang pekerjaan pria tersebut. Pria itu bukan hanya sudah berbaik hati menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami, tapi Kaisar juga mengizinkan Embun untuk tinggal di kediamannya. Demikian, rasanya kurang sopan bagi Embun jika menyelidiki Kaisar lebih jauh lagi.

Setelah menyelesaikan transaksinya, Embun bergegas memesan taksi online yang akan mengantarkannya ke rumah sang kakak. Hari ini juga dia akan berpamitan dengan Rindang.

Rumah Rindang terlihat sepi saat Embun tiba. Ibu mertua sang kakak sepertinya sedang tidak ada di rumah.

Embun menarik tangan kakaknya ke dalam kamar. Mereka duduk berdampingan di tepi ranjang.

"Kak, aku hanya mau bilang bahwa hari ini aku mau pindah. Aku sudah menikah tadi pagi dan suamiku memintaku untuk tinggal bersamanya." 

Kalimat Embun itu sukses membuat mulut kakaknya terbuka.

“Bisa-bisanya kamu menikah tanpa memberitahu kakak terlebih dahulu!?”

Kalau bukan karena akta nikah yang Embun tunjukkan sebagai bukti, mungkin sang kakak akan mengira Embun sedang bercanda!

Rindang betul-betul terkejut dengan semua yang terjadi. Kenapa adiknya itu menikah secara tiba-tiba dan tanpa memberitahunya terlebih dahulu? Bukan hanya itu, Embun sampai memutuskan pindah dari rumahnya hari itu juga? Apakah ini semua karena omongan ibu  mertua Rindang?

Namun, menepiskan hal tersebut, Rindang lebih khawatir mengenai siapa pria yang adiknya itu nikahi secara mendadak! 

“Siapa suamimu?! Kamu tidak mengenalkan suamimu pada kakak?!” Mata Rindang berkaca-kaca. Dia marah sekaligus kecewa pada adik semata wayangnya itu. “Kapan juga kamu dapat pacar!?”

Rindang takut jika Embun menikah dengan pria jahat dan brengsek yang hanya akan merusak hidup adiknya. Apalagi selama ini Rindang juga tidak pernah mengetahui siapa saja pria yang dekat dengan adiknya itu lantaran terlalu sibuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Embun tersenyum tak berdaya. “Kak, tenang saja. Suamiku, Kaisar, sangat baik,” tegas Embun.

Dengan mahir, Embun mengarang cerita dan mengatakan bahwa dia telah menjalin hubungan cukup lama dengan Kaisar. Dan karena keduanya memang sudah di usia yang cocok, akhirnya mereka pun memutuskan untuk menikah.

Embun tahu harusnya dia tak boleh berbohong pada kakak semata wayangnya itu. Tetapi, ini adalah satu-satunya cara agar membuat kakaknya tenang dan tidak mengkhawatirkannya lagi. 

“Maaf ya Kak kalau pernikahanku terkesan mendadak,” lanjut Embun. Dipandanginya wajah sang kakak di hadapan.

Rindang adalah satu-satunya saudara kandung yang dimiliki Embun. Kedua orang tua mereka telah meninggal saat mereka masih sekolah. 

Meskipun Embun dan Rindang mendapatkan uang santunan dari kecelakaan orang tua mereka, tetapi keluarga dari pihak ibu mengambil bagian sebagai ganti atas perawatan yang mereka berikan pada keduanya. 

Di sisi lain, Rindang dan Embun tidak tahu banyak tentang keluarga ayahnya. 

Dengan uang santunan kecelakaan yang tersisa setelah diambil keluarga sang ibu, Rindang dan Embun pun susah payah bertahan hidup. Mereka harus menghemat agar bisa membiayai sekolah hingga lulus. Sampai akhirnya, Rindang pun menikah dan mereka tinggal di rumah suami Rindang. 

Beruntung, Embun adalah gadis pandai berkemampuan tinggi yang bisa menyisihkan dan mengelola uangnya. Sehingga di usianya yang tergolong muda, dia bisa mendirikan kafe sendiri dengan uang pribadinya.

“Lihat, Kak. Bagus tidak?” pamer Embun menunjukkan cincin kawinnya pada sang Kakak. Wajahnya dibuat seceria dan sebahagia mungkin.

Rindang mengamati cincin dengan berlian mungil yang melingkar di jari manis adiknya itu. Terlihat sederhana, namun cantik dan sangat elegan. 

“Iya. Bagus,” balas Rindang dengan senyuman tipis.

Melihat cincin mahal yang tersemat di jari adiknya, Rindang mulai percaya jika Embun telah menikah dengan pria yang tepat. Dia berharap adiknya itu akan hidup bahagia dengan keluarga barunya.

Tetapi, perasaan bersalah pada Embun masih menggelayuti hati Rindang. Jelas bukan kebetulan Embun pergi dengan tiba-tiba setelah ibu mertuanya mempermasalahkan gadis itu. 

Rindang mendekati adiknya. Dipeluknya sayang adik semata wayangnya itu. Senyum haru tersemat di bibirnya. Matanya berkaca-kaca mengingat perjuangan mereka berdua untuk bertahan hidup selama ini.

“Kakak bisa apa lagi sekarang selain melepasmu dan merelakanmu pindah ke rumah suamimu,” isak Rindang di sela pelukannya pada Embun.

Embun membalas erat pelukan sang kakak. Air mata pun turun dari kedua matanya. 

Seakan teringat sesuatu, Rindang melepas pelukannya dan menatap Embun. "Embun, kamu juga harus meminta jaminan pada suamimu untuk jaga-jaga kalau dia jahat sama kamu.”

Embun mengernyitkan dahinya. “Jaminan? Maksud Kakak jaminan apa?” tanya Embun bingung.

“Jika suamimu sudah punya rumah, mintalah sertifikat rumah atas namamu. Jika sewaktu-waktu dia menyakitimu, kamu masih punya rumah setidaknya bisa untuk bekalmu nanti. Itu yang namanya jaminan, Dek!” terang Rindang.

“Bukan berharap terjadi hal-hal yang tidak baik. Hanya untuk berjaga-jaga saja,” lanjut Rindang sambil menyunggingkan senyumnya.

Mata Embun sontak terbelalak. Sertifikat rumah?! Yang benar saja!?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (18)
goodnovel comment avatar
Cetya
suka sekali
goodnovel comment avatar
Desi Iansaa19
suka banget..
goodnovel comment avatar
Saizah Ida
sy suka lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status