Disha dan Marc sama-sama duduk manis dengan air muka tegang di sopa. Mereka sudah sampai di rumah Disha, di mana sekarang Damon sedang membongkar isi belanjaan mereka. "Odol anak kecil yang banyak. Marc hanya dua hari dalam seminggu di sini," ucap Damon, menaikkan salah satu alis sembari menatap datar ke arah Disha– menuntut untuk mendapatkan penjelasan dari istrinya tersebut. Stok? Tak sebanyak ini juga, bukan? "Mommy juga memakai odol yang sama dengan Marc, Daddy. Jadi-- itu odol bersama Mommy dan Marc," jelas Marc dengan air muka cemberut, menekuk alis sembari menatap kesal ke arah Daddynya. Damon menaikkan kedua alis, menatap cukup terkejut pada Disha yang sudah menundukkan kepala. Hanya pura-pura terkejut, sebab dia tahu! "Jajanan tidak sehat lagi," ucap Damon, menyingkirkan banyak cemilan ke bawah meja. Diam-diam dia menahan senyuman, terhibur melihat raut muka istri dan anaknya– sama-sama muram dan menekuk wajah saat Damon menyingkirkan jajanan yang menurutnya tak layak di
"Mommy?" Disha yang tengah menyiapkan makan malam– menata meja makan, menoleh ke arah putranya. "Ada apa, Sayang?" tanya Disha dengan lembut, tersenyum manis ke arah putranya sembari menatap lembut juga. "Makan malamnya sudah selesai?" tanya Marc, berlari kecil ke meja makan dan langsung mengambil tempat di sana– duduk sembari memandangi menu makanan yang telah Mommynya masak dan sajikan. "Kue beras Marc mana?" tanya Marc ketika tak melihat kue beras yang Mommynya janjikan padanya. "Aduh, Sayang. Mommy tidak berani masak kue beras. Daddy masih di sini dan Mommy takut kena marah. Tadi saja-- pas Daddy marahin kita, jantung Mommy masih berdebar kencang," ucap Disha dengan meringis. "Tapi Daddy sedang tidur. Ayo, masak kue beras untuk Marc, Mommy. Kita jangan bangunkan Daddy dan kita makan sama-sama. Setelah kue berasnya selesai, baru kita bangunkan Daddy."Disha menatap tak percaya ke arah anaknya tersebut. Idenya jahat sekali! Marc mengajak Disha makan diam-diam, memanfaatkan Damo
"Tuan Damon tidak pulang?" tanya Disha, saat sudah jam tengah sebelas malam dan dia mendapati Damon masih di ruang tengah– sedang sibuk dengan handphone mahalnya. Damon menoleh ke arah Disha. "Aku menginap di sini," ucapnya singkat, langsung membuang muka dan fokus pada layar handphonenya. 'Dia tidur di sini?' batin Disha dengan perasaan campur aduk. Dia gugup, canggung dan juga tak percaya dengan hal ini. Namun, tak bisa dipungkiri Disha juga merasa senang dan bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya suaminya mau menginap di rumahnya! Itu sebuah hal yang membahagiakan bagi Disha. Dengan semangat, Disha langsung beranjak dari sana. Perasaannya riang dan bahagia. Dia masuk ke kamar tamu di rumah ini, menyiapkan kasur– memasang sprei dan bantal. Serta, Disha juga membersihkan ruangan tersebut– memasang wewangian juga agar Damon nyaman. Setelah merasa kamar tersebut bersih dan rapi, Disha buru-buru menemui Damon. "Tuan, kamarnya sudah …-" Namun, ketika dia sampai di lantai bawah, Dam
"Senin depan adalah ulang tahun pernikahan kita. Kamu tidak lupakan, Sayang?" ucap Kinja, berbaring di ranjang sembari memeluk tubuh suaminya yang tak berbalut sehelai benangpun. Hanya selimut yang menutupi tubuh polos keduanya. "Humm. Tentu aku tidak lupa," jawab Damon, menggeser tubuh Kinja lalu mengambil posisi duduk. "Karena itu aku harus menyelesaikan pekerjaanku sekarang agar aku bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita Senin ini." Damon meraih piyama kimono yang ia letakkan di atas meja nakas, menggunakannya kemudian beranjak dari sana– berjalan ke arah kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan tubuhnya. Shit! Bercinta dengan Kinja seperti suatu hal yang memberatkan bagi Damon, dia tidak merasakan kesenangan seperti awal pernikahannya dengan perempuan itu. Jika bukan karena tidak membayangkan wajah Disha, mungkin hasrat Damon tak akan tersalurkan. Entahlah! Mungkin karena perselingkuhan yang Kinja lakukan sebelumnya, Damon jadi terbayang-bayang pada pengkhianatan Kinj
"Nanti malam di rumahku akan ada pesta ulang tahun pernikahan Kak Damon dan si Kinja," ucap Stella, sedang di pantry kantor dan tengah sarapan bersama Sera dan Disha. Stella semalam menginap di rumah Sera, alasannya selain karena ingin fokus menyelesaikan pekerjaan, juga karena dia lebih suka nebeng hidup dengan Sera. Padahal Sera hanya tinggal di kontrakan sederhana, dan mungkin sangat kecil bagi Stella. Namun, Stella memang sangat suka dengan yang namanya kesederhanaan. "Fungsinya kamu ngasih tahu kami untuk apa?" Sera berucap datar, menatap sinis dan tak suka pada Stella. Perempuan tomboy tersebut cukup tersinggung dengan informasi yang Stella bagi pada mereka. Bagaimanapun Disha istri kedua Damon dan mungkin Disha sakit hati mendengarnya, "hargai Disha, Kampret!" tambah Sera dengan nada ketus. "Ehh, nggak apa-apa, Sera." Disha membelalak dan menggeleng cepat ke arah Sera, takut kedua sahabatnya ini bertengkar hanya karena info yang Stella beri tahu tadi. "Ih, kamu jangan sala
Ketika mendongak dan menatap ke arah ranjangnya, mata Disha langsung membelalak. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya menegang kaku. "Terlalu cepat untuk Cinderella pulang. Ini belum tengah malam, Darling." Damon berucap serak, menatap Disha yang berdiri kaku di ambang pintu sembari menyunggingkan devil smirk yang terlihat jelas tercetak di bibir Damon. "Tu--Tuan Damon kenapa di sini?" ucap Disha sembari celingak-celinguk, berpikir jika putranya juga ikut kemari. Namun, sayangnya Disha tak menemukan siapapun di sini. Kecuali dia dan Damon. Disha kembali menatap Damon, meneguk saliva secara kasar kemudian buru-buru membuka pintu untuk kabur dari kamar tersebut. Entah apa yang Disha pikirkan, tetapi dia merasa jika kedatangan Damon kemari untuk melakukan sesuatu padanya. Sesuatu yang berbahaya jelasnya! Ceklek' BrukKetika Disha akan keluar dari kamar tersebut, pintu lebih dulu tutup kembali oleh seseorang yang sudah berada tepat di belakang Disha. Tak lain orang tersebut adala
"Apa masih sakit?" tanya Damon pada Disha, mengacak lembut pucuk kepala istrinya yang saat ini tengah duduk di pinggir ranjang. Kepala Disha tertunduk, dan tangannya ia letakkan di atas pangkuan. Bukan hanya tadi malam yang membuatnya malu menatap Damon, tetapi sikap manis Damon pagi ini– di mana Damon memandikannya dan juga membantunya memakai pakaian. "Tidak, Pak," jawab Disha, masih tak berani menatap Damon. "Jangan Pak. Itu tak ada bedanya saat kau memanggilku Tuan." Damon meraih sebuah lipstik di depan meja rias Disha. Kemudian dia kembali mendekati Disha, menaikkan dagu Disha lalu memasang lipstik di bibir istrinya tersebut. Namun, karena menurut Damon lipstik tersebut terlalu berlebihan, Damon menghapusnya– dengan bibirnya sendiri, membuat Disha kembali terpana dan salah tingkah.Sikap Damon yang seperti ini, membuat hati Disha bergetar dan menghangat. Jika terus begini, Disha bisa berharap dsn berakhir jatuh cinta pada Damon. Tidak ada yang salah. Hanya saja, Disha hany
"A--ada Big bos dan dua dewa penjaganya," bisik Sera, mendekatkan wajahnya ke arah Disha. Disha menaikkan kedua alis, menatap Sera dengan aneh kemudian menoleh ke belakangnya. Buru-buru Disha mengalihkan pandangan. Benar! Damon dan dua tangan kanan kepercayaannya ada di sana. 'Pak--Tuan ah Mas Damon kenapa ke sini?' batin Disha dengan raut muka pias dan tegang. Dia tahu jika sekalipun dia dan Damon bersitatap, Damon tak akan menggubrisnya. Hanya, tetap saja Disha canggung dan merasa tak enak. Terlebih sekarang Stella maupun Sera tahu jika Damon adalah suaminya. "Selamat siang, Pak Damon."Diam-diam Disha menatap ke arah Damon, di mana suaminya tersebut sedang berjabat tangan dengan seorang pria ber-jas mahal– tak jauh dari meja Disha. Pria tersebut juga membawa dua orang bersamanya, hanya saja salah satu dari mereka ada yang perempuan. "Ouh, Kak Damon lagi meeting dengan Direktur perusahaan M.Cosmetik," ujar Stella yang ikut memperhatikan Kakak sepupunya tersebut. "Di--di sini?"