"Senin depan adalah ulang tahun pernikahan kita. Kamu tidak lupakan, Sayang?" ucap Kinja, berbaring di ranjang sembari memeluk tubuh suaminya yang tak berbalut sehelai benangpun. Hanya selimut yang menutupi tubuh polos keduanya. "Humm. Tentu aku tidak lupa," jawab Damon, menggeser tubuh Kinja lalu mengambil posisi duduk. "Karena itu aku harus menyelesaikan pekerjaanku sekarang agar aku bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita Senin ini." Damon meraih piyama kimono yang ia letakkan di atas meja nakas, menggunakannya kemudian beranjak dari sana– berjalan ke arah kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan tubuhnya. Shit! Bercinta dengan Kinja seperti suatu hal yang memberatkan bagi Damon, dia tidak merasakan kesenangan seperti awal pernikahannya dengan perempuan itu. Jika bukan karena tidak membayangkan wajah Disha, mungkin hasrat Damon tak akan tersalurkan. Entahlah! Mungkin karena perselingkuhan yang Kinja lakukan sebelumnya, Damon jadi terbayang-bayang pada pengkhianatan Kinj
"Nanti malam di rumahku akan ada pesta ulang tahun pernikahan Kak Damon dan si Kinja," ucap Stella, sedang di pantry kantor dan tengah sarapan bersama Sera dan Disha. Stella semalam menginap di rumah Sera, alasannya selain karena ingin fokus menyelesaikan pekerjaan, juga karena dia lebih suka nebeng hidup dengan Sera. Padahal Sera hanya tinggal di kontrakan sederhana, dan mungkin sangat kecil bagi Stella. Namun, Stella memang sangat suka dengan yang namanya kesederhanaan. "Fungsinya kamu ngasih tahu kami untuk apa?" Sera berucap datar, menatap sinis dan tak suka pada Stella. Perempuan tomboy tersebut cukup tersinggung dengan informasi yang Stella bagi pada mereka. Bagaimanapun Disha istri kedua Damon dan mungkin Disha sakit hati mendengarnya, "hargai Disha, Kampret!" tambah Sera dengan nada ketus. "Ehh, nggak apa-apa, Sera." Disha membelalak dan menggeleng cepat ke arah Sera, takut kedua sahabatnya ini bertengkar hanya karena info yang Stella beri tahu tadi. "Ih, kamu jangan sala
Ketika mendongak dan menatap ke arah ranjangnya, mata Disha langsung membelalak. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya menegang kaku. "Terlalu cepat untuk Cinderella pulang. Ini belum tengah malam, Darling." Damon berucap serak, menatap Disha yang berdiri kaku di ambang pintu sembari menyunggingkan devil smirk yang terlihat jelas tercetak di bibir Damon. "Tu--Tuan Damon kenapa di sini?" ucap Disha sembari celingak-celinguk, berpikir jika putranya juga ikut kemari. Namun, sayangnya Disha tak menemukan siapapun di sini. Kecuali dia dan Damon. Disha kembali menatap Damon, meneguk saliva secara kasar kemudian buru-buru membuka pintu untuk kabur dari kamar tersebut. Entah apa yang Disha pikirkan, tetapi dia merasa jika kedatangan Damon kemari untuk melakukan sesuatu padanya. Sesuatu yang berbahaya jelasnya! Ceklek' BrukKetika Disha akan keluar dari kamar tersebut, pintu lebih dulu tutup kembali oleh seseorang yang sudah berada tepat di belakang Disha. Tak lain orang tersebut adala
"Apa masih sakit?" tanya Damon pada Disha, mengacak lembut pucuk kepala istrinya yang saat ini tengah duduk di pinggir ranjang. Kepala Disha tertunduk, dan tangannya ia letakkan di atas pangkuan. Bukan hanya tadi malam yang membuatnya malu menatap Damon, tetapi sikap manis Damon pagi ini– di mana Damon memandikannya dan juga membantunya memakai pakaian. "Tidak, Pak," jawab Disha, masih tak berani menatap Damon. "Jangan Pak. Itu tak ada bedanya saat kau memanggilku Tuan." Damon meraih sebuah lipstik di depan meja rias Disha. Kemudian dia kembali mendekati Disha, menaikkan dagu Disha lalu memasang lipstik di bibir istrinya tersebut. Namun, karena menurut Damon lipstik tersebut terlalu berlebihan, Damon menghapusnya– dengan bibirnya sendiri, membuat Disha kembali terpana dan salah tingkah.Sikap Damon yang seperti ini, membuat hati Disha bergetar dan menghangat. Jika terus begini, Disha bisa berharap dsn berakhir jatuh cinta pada Damon. Tidak ada yang salah. Hanya saja, Disha hany
"A--ada Big bos dan dua dewa penjaganya," bisik Sera, mendekatkan wajahnya ke arah Disha. Disha menaikkan kedua alis, menatap Sera dengan aneh kemudian menoleh ke belakangnya. Buru-buru Disha mengalihkan pandangan. Benar! Damon dan dua tangan kanan kepercayaannya ada di sana. 'Pak--Tuan ah Mas Damon kenapa ke sini?' batin Disha dengan raut muka pias dan tegang. Dia tahu jika sekalipun dia dan Damon bersitatap, Damon tak akan menggubrisnya. Hanya, tetap saja Disha canggung dan merasa tak enak. Terlebih sekarang Stella maupun Sera tahu jika Damon adalah suaminya. "Selamat siang, Pak Damon."Diam-diam Disha menatap ke arah Damon, di mana suaminya tersebut sedang berjabat tangan dengan seorang pria ber-jas mahal– tak jauh dari meja Disha. Pria tersebut juga membawa dua orang bersamanya, hanya saja salah satu dari mereka ada yang perempuan. "Ouh, Kak Damon lagi meeting dengan Direktur perusahaan M.Cosmetik," ujar Stella yang ikut memperhatikan Kakak sepupunya tersebut. "Di--di sini?"
"Apa sih?" Disha seketika itu juga memasang wajah muram bercampur kaku. "Jorok banget sih bahasan kalian. Seperti nggak ada pembahasan lain saja."Stella dan Sera sontak saling bersitatap. Ouh, yang sudah menikah seperti risih membahasnya. Tetapi mereka yang belum menikah malah seperti pemain. Astaga! Stella dan Sera jadi malu sendiri. "I--iya, Ibu guru. Kita nggak akan bahas begituan lagi." Stella berucap hati-hati, "tapi tasnya jadi kan?""Nggak bisa." Disha menolak cepat. "Si monyet! Apa aku harus make toa di sini yah biar kamu paham kalau aku nggak ada uang segitu. Sialan lu! Gue jualan diri ajah belum tentu ada yang mau. Trus uangnya aku dapat dari mana? Kredit? Ya kali sekelas DSL bisa kredit kayak motor!" ketus Sera. "Tenang saja. Kalau bayarin kamu, aku bisa, Sayang." Stella mencolek dagu Sera. Kemudian dia menoleh ke arah Disha yang sudah menganga– merasa Stella tak adil padanya. "tapi kalau Disha mah aku nggak bisa. Dia kan punya suami tajir. Ya kali dia nggak punya uang
Seorang pria menyeringai dan masuk ke dalam, melepas satu per satu kantung kemeja dengan terus memperhatikan Disha yang masih tak sadar jika ada orang lain dalam kamar mandinya. "Ekhmm." Disha yang tengah sibuk bermain gelembung sabun, sontak menoleh panik dan terkejut ke arah suara deheman tersebut. Jantungnya berdebar dengan kencang serta matanya yang membulat dan membelalak lebar. Beberapa saat, Disha tak bisa berpaling, menatap seorang pria yang berada di dalam kamar mandirnya dengan raut cemas bercampur takut. Tubuhnya menegang hebat, terasa panas dingin serta lehernya yang mendadak kaku untuk memaling dari sana. "Pa--Pak Damon?" cicit Disha dengan suara pelan, reflek menekuk kaki dan memeluk lutut. Saat sadar jika Damon hampir naked, Disha sontak memalingkan wajah. Pipinya memerah, bersemu malu-malu dan terasa panas dari dalam. "Apa bedamu dengan Marc, Humm?" tanya Damon setelah masuk dalam bath up, duduk di belakang Disha dengan sengaja menempelkan dada bidangnya pada pung
"Aku ingin ke apartemenmu, Georgi Sayang. Aku ingin menghabiskan waktu yang panas denganmu," ucap Kinja, sedang melakukan pemotretan sembari berbisik-bisik pada fotografer-nya. Dia masih di perusahaan Damon, dan dia sedang melakukan pemotretan untuk sebuah iklan brand blazer wanita terbaru. Yah, Kinja selingkuh dengan fotografernya sendiri. Pria panas yang suka berkata manis padanya dan selalu memanjakannya. Tak seperti Damon yang kaku, mementingkan pekerjaan dan sering kali berkata pedas pada Kinja. Bukan! Bukan pria ini selingkuhan pertamanya. Dulu Kinja selingkuh dengan manager-nya sendiri. Karena lebih sering kemana-mana dengan pria itu; di mana pria itu juga suka bersikap lembut serta pandai merayu, Kinja yang haus belaian tertarik untuk berpacaran dengan managernya tersebut. Tetapi Damon memergoki mereka keluar dari kamar hotel, dan sejak saat itu Kinja putus dengan selingkuhan pertamanya. Namun, dia berhasil membujuk Damon dan pria itu kembali menampungnya. Georgi adalah la