Share

7. Ayah pengganti

Penulis: Damaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 16:46:57

Ghavin mendadak urung membuka pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Ia pilih mengintip Dyra yang masih menggantikan pakaian Megan setelah selesai dimandikan. Mendengar samar-samar suara Dyra menyanyikan lagu anak-anak, tanpa sadar Ghavin menyunggingkan senyum tipis.

Kendati tidak jelas lagu apa yang sedang Dyra senandungkan, tapi rasanya Ghavin masih ingin lebih lama lagi mencuri dengar.

Ghavin hanya masih tidak menyangka, Dyra—-wanita cerdas yang dulu pernah menjadi sekretaris pribadinya itu, sekarang memilih mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga. Benar-benar wanita rumahan yang mengurus putrinya seorang sendiri, tanpa bantuan pengasuh.

Ketika dulu mendengar Ghava sering memuji Dyra, Ghavin menganggap adik yang hanya berbeda lima menit darinya itu terlalu bucin. Sehingga dengan mudah terperdaya oleh wanitanya. Tapi ternyata baru saja sehari tinggal bersama, Ghavin membuktikan sendiri perlakuan Dyra saat melayani bukan hanya dirinya, tapi juga sang ayah beserta putri kecil mereka yang penuh ketulusan membuatnya sadar, semua pujian Ghava memang benar. Dyra memiliki hati yang bersih.

“Kau pasti menyesal, dia tidak serendah yang kau pikirkan.”

Tiba-tiba Ghavin merasa ada benda keras yang menghantam dada kala mengingat perkataan Ghava hari itu. “Kau akan menyesal, Kak. Aku pastikan itu.”

Semakin terngiang jelas kalimat itu di telinga, Ghavin menutup mata guna menetralkan kemarahan atas apa yang sudah ia lakukan dulu. Masih dibutakan cinta pada Marissa, Ghavin sampai tega menuduh seorang wanita telah menggodanya. Wanita itu tak lain Dyra, sekretarisnya sendiri. Padahal seharusnya ia sadar tidak mungkin Dyra bisa bersamanya jika ia tidak meminta ditemani. Sampai akhirnya tepat sebulan sebelum kematian Ghava, sebuah fakta mengejutkan membuatnya merasa benar-benar buruk sebagai laki-laki.

“Maafkan mama harus meninggalkanmu sendiri. Mama janji tidak akan lama. Ini sudah sangat mendesak, Sayang.”

Melihat Dyra buru-buru meninggalkan ranjang Megan, Ghavin mengerutkan alis. “Mau kemana dia?”

Sebenarnya Ghavin hanya ingin mengambil ponselnya yang tertinggal dan segera berangkat ke kantor. Tapi melihat Dyra meninggalkan putrinya sendiri yang juga sedang merengek, ia jadi tidak tega. Tanpa berpikir panjang Ghavin bergegas mendorong pintu, dan masuk. Begitu mendekati ranjang Megan, ia lantas melempar asal jas kerjanya ke punggung sofa.

Siapa sangka, begitu melihat kedatangannya rengekan Megan langsung sirna. Wajah imut menggemaskan itu seketika berubah sumringah. Bayi itu juga menggerakkan tangan serta kakinya aktif, minta segera diangkat.

“Sebentar Sayang! Mama tidak akan lama.”

Ghavin menoleh mendengar seruan Dyra dari dalam kamar mandi.

“Ternyata mamamu sedang berjuang di dalam sana.” Ghavin bicara dengan bayi Megan yang terus bergerak aktif. “Mau papa gendong?” Meski bayi cantik itu belum bisa menjawab, tapi dari ocehan manjanya, Ghavin tahu Megan berharap segera diangkat. “Sambil menunggu mamamu selesai, sebaiknya kita keluar,” ujarnya setelah mengangkat Megan dan menelungkupkan di lengan yang besar.

Megan terlihat nyaman menempelkan pipi di lengan atas Ghavin yang sama sekali tidak peduli, jika lengan kemejanya bisa saja basah oleh air liur bayi tersebut. Pria yang selalu irit bicara dan terlihat dingin pada siapa saja kini bersikap selayaknya ayah yang siaga.

Sambil berjalan keluar, Ghavin mengusap lembut punggung Megan agar semakin nyaman bersamanya. Perlakuan manis yang siapapun pasti akan menganggap Ghavin bukanlah ayah sambung, melainkan ayah kandung bayi Megan.

Hendak pergi ke beranda samping, Martin tiba-tiba berhenti ketika tidak sengaja melihat putra sulungnya keluar kamar membawa serta sang cucu. Hatinya seketika diselimuti rasa haru. Ghavin mulai mendekatkan diri dengan Megan.

Pemandangan manis yang sebenarnya sudah sangat lama dinantikan. Mengingat usia pernikahan Ghavin sudah satu dekade bersama Marissa, tapi tak juga mendapatkan keturunan. Martin juga tahu, Ghavin sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Ghava, memiliki hati yang hangat dan penyayang. Hanya saja, dari sikap Ghavin yang irit bicara, terkesan tak acuh, sehingga kerap dianggap berbanding terbalik dengan kembarannya Ghava.

“Hanya karena ingin melihat ini, aku sampai mengorbankan hati yang lain.” Martin berbicara pelan.

Sebagai orang tua, ia sadar sudah sangat egois dengan meminta Dyra menjadi istri kedua Ghavin. Lebih egoisnya lagi, keinginan itu ia tegaskan bahkan ketika sang menantu baru dalam hitungan bulan kehilangan suami.

“Papa?” Ghavin terkejut melihat Martin tercenung di dekat pintu samping. “Pa.. .”

Terhenyak dengan suara Ghavin yang ternyata sedang berjalan ke arahnya, Martin buru-buru mengusap sudut matanya sebelum bulir bening terjun bebas.

“Papa pikir kamu sudah berangkat, Vin.” Martin menanti kedatangan putra bersama cucu tersayangnya.

"Setelah ini, Pa. Dyra masih di kamar mandi.”

Jawaban singkat Ghavin tak urung semakin menambah keharuan di hati Martin. “Malam ini mungkin aku akan pulang terlambat.” Ghavin memberitahu agar sang ayah bisa tidur lebih awal.

Sebenarnya Ghavin tahu, sejak menikah dengan Dyra, Martin sering menunggu kepulangannya. Hanya saja, ia yang masih menata hati pilih menghilang sementara waktu.

“Kau akan menemui Marissa?” Martin mengira Ghavin berniat lebih dulu pulang ke rumah istri pertamanya.

“Tidak. Hari ini aku akan sangat sibuk. Ada beberapa pertemuan penting yang tidak bisa aku tinggalkan.”

“Ingat. Kamu harus bisa membagi waktu, Nak.” Martin kembali mengingatkan tidak hanya perusahaan dan Marissa, Ghavin juga memiliki tanggung jawab yang sama pada Dyra beserta Megan.

“Aku sudah membuat keputusan, Pa.” Tidak ingin dianggap plin-plan, Ghavin bicara pelan tapi penuh penegasan.

“Papa tahu, kamu tidak akan mengecewakan papa lagi. Sekarang papa serahkan semuanya padamu karena papa yakin kamu bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan.”

Mendapat kembali kepercayaan sang ayah yang dulu pernah dikecewakan, Ghavin hanya mengangguk pelan.

******

“Apa! Kenapa tidak ada yang memberitahuku?!” Marissa marah sesaat mendengar apa yang dijelaskan pelayan padanya. “Apa dia mencariku?” Seketika wajahnya berubah pucat mencemaskan apa yang ada di dalam benaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   100.

    Di basement, mereka sempat bertemu Ghava yang ternyata akan pergi bersama Bella. Ghava hanya melambaikan tangan sebelum memasuki mobilnya, sedangkan Bella melempar senyum kecil pada Ghavin. “Kita tidak menggunakan supir, Pak?” Dyra sedikit terkejut saat tahu Ghavin membuka pintu samping kemudi. “Tidak. Kita akan pulang terlambat.” Dyra akhirnya hanya mengangguk patuh. Tidak merasa curiga sedikitpun dengan pertemuan yang sudah Romi rencanakan. Tapi hatinya tetap merasakan ketidaknyamanan, hanya saja ia berusaha mengabaikan itu. Kurang lebih satu jam melajukan banteng besinya di jalan raya yang ramai lancar, mereka telah tiba di restoran hotel xxx. Benar saja, Romi sudah menunggu di sana, dan langsung berdiri menyambut begitu melihat kedatangan Ghavin bersama Dyra. “Duduklah dulu. Mungkin dia sedang dalam perjalanan.” Dyra merasa janggal dengan kata ‘mungkin’ yang Romi ucapan. Tapi mengingat pria itu memiliki hubungan baik dengan atasannya, ia pilih tidak berkomentar, dan segera ik

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   99.

    Ghavin membuka pintu kamarnya perlahan, tetapi begitu mendapati ranjang kosong ia berubah panik, dan buru-buru mencari Dyra ke kamar mandi.“Ada apa?” Dyra terkejut bercampur heran, Ghavin tiba-tiba menerobos pintu toilet. Bahkan tidak langsung pergi saat tahu ia sedang duduk di atas kloset. “Maaf. Teruskan saja.” Ghavin langsung menutup pintu.Dyra yang memang sudah selesai dengan urusannya segera menyusul keluar, ternyata Ghavin menunggu dengan duduk di tepi ranjang.“Apa kau sudah merasa lebih baik?” “Aku hanya butuh istirahat.”“Hmm. Tidurlah.” Ghavin akan bangkit, tapi Dyra menahannya.“Kalian gagal menangkapnya?” Tidak menemukan kepuasan di wajah Ghavin seperti telah berhasil melakukan sesuatu yang paling diinginkan, Dyra menebak cemas.“Romi sudah diamankan. Kita berharap saja dia tidak berniat melarikan diri sebelum Surya kembali.” Mendengar itu Dyra menghela nafas lega, tapi detik berikutnya berubah tegang.“Bagaimana dengan Bella dan putranya?” Ghavin bangkit, lalu maju s

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   98.

    “Jangan bergerak! Anda kami tangkap!” Tiga pria berseragam sipil sigap masuk dan langsung menyergap Romi. “Kalian pikir bisa menghentikanku dengan cara seperti ini?” Romi tersenyum tipis saat tangannya dibelenggu ke belakang. “Setidaknya aku masih punya nurani dengan membiarkanmu tetap hidup.” Roni terhenyak dengan suara itu. Ghavin muncul. “Aku sempat ingin melakukannya dengan tanganku sendiri, tapi perselingkuhanmu dengan Marissa membuatku tahu segalanya tentang dia. Aku berterima kasih untuk itu.” “Cih! Setelah mendapatkan Jalang itu kau bisa mengatakan ini padaku,” cibir Romi sinis tapi tiba-tiba meringai licik. “Seharusnya kau tahu, dia lebih licik dari Marissa. Bagaimana dia telah merebut Ghava dari Bella, dan merebutmu dari Marissa!” Tidak ada yang ikut bicara, karena tahu permasalah itu hanya Ghavin dan Romi. “Tidak ada yang istriku rebut. Bahkan sekalipun aku dari Bella.” Ghavin sempat melirik Bella singkat sebelum akhirnya lanjut bicara. “Selama ini aku menyayangi Be

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   97.

    Bella duduk di tepi ranjang, memandangi putranya yang tertidur lelap di box bayi. Wajahnya masih sedikit pucat, tapi kondisinya sudah jauh lebih baik. Ketukan pelan terdengar, ia pun menoleh. "Masuk," ucapnya lembut.Pintu terbuka, dan sosok yang tidak ia duga muncul dengan seikat bunga lily putih di tangan."Hai, adik kecil," sapa pria itu dengan senyum hangat.Bella terbelalak. "Kakak?"Romi melangkah masuk dan menutup pintu perlahan. "Kau terlihat sehat. Syukurlah.""Bagaimana kau bisa disini? Kukira kau...""Mati?" Romi tersenyum tipis. "Kabar kematianku terlalu dilebih-lebihkan."Bella menatapnya bingung. Ada sesuatu yang berbeda dari Romi yang ia kenal. Pria di hadapannya ini tampak lebih tenang, lebih... manusiawi."Aku dengar kau sudah melahirkan," Romi meletakkan bunga di atas meja samping tempat tidur dan mendekat ke box bayi. "Dia tampan, seperti ayahnya.""Apa yang kau inginkan, Kak?" Bella memang belum mengetahui apapun. Penculikan Dyra, dan ketegangan di gudang tempat Dy

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   96.

    Ledakan dahsyat mengguncang area itu. Gelombang kejutnya menghempaskan mereka ke depan. Ghavin memeluk Dyra, melindunginya dengan tubuhnya sendiri saat mereka terjatuh ke tanah.Puing-puing kayu dan debu beterbangan ke segala arah. Gudang yang tadinya berdiri kokoh kini sebagian besar hancur oleh ledakan.Setelah beberapa saat, Ghavin mengangkat kepalanya. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya pada Dyra.Dyra mengangguk lemah, tubuhnya masih gemetar hebat. "Kau menyelamatkanku..."Ghavin membantu Dyra berdiri. Janur dan pria misterius itu juga mulai bangkit."Terima kasih," ucap Ghavin pada keduanya. "Tanpa kalian, aku tidak mungkin bisa menyelamatkan istriku.""Tapi saya tidak berhasil menangkap Romi, Tuan. Saya kehilangan jejak di persimpangan."Ghavin mengangguk. Yakin Romi masih menyiapkan rencana lain untuk keluarganya. "Siapa kau sebenarnya?" Beralih, Ghavin bertanya pada pria misterius itu."Saya Surya, Tuan." jawab pria itu. "Saya mantan anak buah Romi. Saya tidak bisa mengikuti dia l

  • Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku   95.

    Ghavin melangkah masuk ke dalam gudang dengan waspada. Debu-debu beterbangan tertiup angin yang masuk melalui celah-celah dinding kayu yang lapuk. Samar-samar ia bisa mendengar suara isakan dari dalam kegelapan gudang yang luas itu."Dyra?" panggil Ghavin hati-hati.Tak ada jawaban, hanya suara isakan yang semakin jelas. Ghavin mengambil ponsel dari sakunya, mengaktifkan senter dan mengarahkannya ke sumber suara. Seketika jantungnya seolah berhenti berdetak.Di tengah gudang, Dyra duduk di sebuah kursi kayu usang. Matanya sembab oleh air mata. “Sayang.” Dyra terkejut dengan suara Ghavin. “Jangan mendekat Mas!” teriaknya frustasi. Ghavin membeku seketika. Meyakini ada yang tidak beres dengan istrinya.“Ada apa, Sayang?”“Tertanam bom di bawah kursi Nyonya Dyra, Tuan.” Seorang pria bertubuh jangkung muncul dari kegelapan. Wajahnya tidak Ghavin kenal, tapi dari gesturnya, Ghavin tahu ia bukan orang biasa. "Nyonya tidak bisa meninggal kursi, atau bomnya akan meledak.” pria itu memperinga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status