Telapak tangan Dyra basah oleh keringat dingin. Jantungnya berdentum kencang di balik tulang rusuk, memekakkan telinganya sendiri. Ia mengira momen penantian ini akan terasa seperti kebebasan, tetapi justru mencekiknya. Segala harapan untuk bisa lepas dari belenggu rumah Pramana kini tergantung pada satu anggukan dari Martin—ayah mertuanya. Kecemasan Dyra semakin menjadi-jadi dengan kehadiran Ghavin—kakak iparnya. Pria itu duduk di sisi Martin, menatapnya dengan tatapan tajam yang tak terbaca. Dyra tahu, Martin pasti akan melarangnya membawa Megan pergi. Hening mencekam. Setiap detik terasa seperti jarum yang menusuk kulit. Sampai akhirnya, suara Martin memecah kesunyian, rendah dan penuh pertimbangan. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Nak?” Bagi Dyra, suara itu adalah pelampung di tengah badai. Dia mengangguk mantap, tidak peduli betapa gemetar tubuhnya saat ini. Wajahnya memancarkan tekad bulat, sebuah janji pada dirinya sendiri bahwa dia akan pergi. Akan memulai hidup baru, jauh d
Last Updated : 2024-11-01 Read more