08. Diamnya Alexa

Pagi ini, sunyi menyapa rumah besar Caspian. Tak ada satu pun suara, bahkan suara kecil dari helaan napas seseorang.

Caspian berdiri di ambang pintu, menyandarkan diri pada kusen. Matanya sibuk memerhatikan Alexa yang tengah duduk di sofa dengan selimut tipis menutupi kakinya. Tatapannya kosong ke arah tv yang bahkan tidak menyala.

Caspian menghela napas panjang, selama ini ia selalu bisa menahan amarah seseorang, bahkan teriakan sekali pun. Tapi diamnya Alexa, terasa begitu menyiksa.

Alexa bahkan enggan untuk duduk sarapan bersamanya. Caspian hanya bisa terus memerhatikannya dari jauh, namun ia tak bisa menahannya lagi. Diamnya Alexa, adalah hal yang paling berat dari apa yang pernah ia rasakan sebelumnya.

“Alexa..” panggilnya pelan, sambil berjalan untuk meraih punggung sofa.

Alexa tidak menoleh, tidak menjawab, bahkan tidak bergerak. Caspian menutup matanya sejenak, dadanya bergemuruh.

“Aku tak suka kamu seperti ini. Setidaknya kamu bisa marah, teriak, atau bentak aku. Jangan seperti ini!”

Tapi lagi, Alexa tetap diam. Gadis itu hanya memainkan ujung selimutnya, tanpa suara. Diam memang sebuah hukuman yang paling menyakitkan.

Caspian beralih ke depan Alexa, berjongkok sambil meraih tangan gadis itu.

“Aku minta maaf, Alexa. Kemarin aku tak bisa mengendalikan diriku, aku sama sekali tak bermaksud untuk menyakitimu.” nada suaranya pelan, seolah tak ingin membuat gelas kaca retak.

Bagi Caspian, Alexa adalah badai yang menyejukkan. Ia berisik, tapi hidup. Keras kepala, tapi hangat. Ia terbiasa dengan Alexa yang membalas dengan cepat, Alexa yang membantah dan Alexa yang senang menggerutu.

Alexa yang diam, membuatnya merasa seperti kehilangan seseorang yang belum sempat ia genggam sepenuhnya.

Dan Alexa masih tetap diam, ia bahkan tak menatap sedikitpun pada Caspian. Ia hanya menarik napas pelan-pelan, napas yang terasa berat, seperti tengah memikul sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

“Aku mohon, jangan acuhkan aku.”

Alexa menelan salivanya, mendadak ia merasa tegang. Sikap Caspian saat ini, kenapa membuatnya merasa serba salah? Yang terjadi kemarin, sudah jelas sangat menyakiti dirinya. Tapi tatapan ini, membuat Alexa goyah.

“Aku hanya merasa lelah.” ucap Alexa pada akhirnya.

Caspian menatapnya lama, jawaban itu terdengar sangat jujur. Tapi Caspian sudah terlalu mencintainya, ia tahu apa yang sebenarnya Alexa rasakan.

Dan itu membuatnya semakin merasa frustasi.

***

Alexa meringkuk di atas ranjang dengan sehelai kain tipis menutupi tubuhnya. Sejak pagi, ia kehilangan semangat untuk melakukan apapun. Kejadian kemarin masih terus membayang-bayangi pikirannya. Alexa sebenarnya tak tahu pasti apa yang ia rasakan.

Ia merasa sedih, marah dan kecewa pada Caspian. Tapi satu sisi dirinya selalu ingin memerhatikan Caspian, ia tak ingin Caspian juga menjauh. Mungkin, Alexa sudah mulai memiliki rasa untuk Caspian.

Tapi Alexa terus menyangkalnya.

“Itu karena dia baik padaku,”

‘Drrt drttt’

Ponselnya Alexa tiba-tiba bergetar di atas meja nakas. Alexa sedikit terkejut, lalu bangkit untuk mengambil ponselnya. Tapi ia kembali terkejut begitu melihat Caspian yang tengah duduk di ujung ranjang.

Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, sepersekian detik Alexa merasa sesuatu berdesir di dalam dadanya.

Alexa buru-buru mengalihkan pandang, tangannya dengan cepat mengambil ponsel yang sejak tadi berbunyi.

Ayah.

Satu nama yang sudah bersusah payah Alexa lupakan muncul di layar. Alexa terdiam sejenak, kemudian mematikan ponsel tanpa menjawab panggilan.

Tapi ponselnya berdering lagi, tangan Alexa mulai gemetar. Ia membiarkan ponsel itu berdering, tak mematikannya tapi tak juga menjawabnya.

“Siapa?” tanya Caspian bingung, ia mengerutkan kening.

Alexa tidak menjawab, mengapa disaat seperti ini? Nama itu, seakan kembali menusuk dirinya dalam-dalam. Semua yang ia dengar di malam itu, masih terekam jelas di memorinya.

Alexa beranjak dari duduknya, sementara ponselnya masih terus berbunyi. Caspian yang tak sabar, ikut berdiri dan langsung menyambar tubuh Alexa, menyeretnya ke dinding dan mengangkat kedua tangan Alexa ke atas agar gadis itu tak bisa berontak.

“Jangan mengabaikanku lagi, Alexa.” tegasnya, yang sontak membuat jantung Alexa berdebar hebat.

Satu tangan Caspian kemudian mengambil ponsel Alexa yang tak jauh darinya. Pupil matanya melebar begitu melihat nama yang terpampang di layar ponsel gadisnya.

“Ayahmu?”

Alexa memalingkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan Caspian.

“Brengsek!”

Bersambung...