"Kamu serius? Kok tiba-tiba banget kepengin begituan? Kamu nggak lagi becandain aku kan? Kok bisa! Ah, Diana! Aku bingung. Aku nggak tahu harus ngomong apa!"Abian malah berguling sambil menutupi wajah malunya. Diajak seperti itu oleh Diana rasanya masih tidak menyangka saja."Mas Abian kenapa kayak gitu? Mas Bian gak ma--""Mau!" potong Abian cepat."Aku mau banget Diana! Cuma aku masih bingung. Aku takut yang aku dengar sekarang cuma mimpi. Gimana kalau beneran mimpi? Nanti aku malah kecewa."Abian bergulang-guling di ranjang seperti orang gila. Diana jadi bingung harus bereaksi apa. Dia sendiri juga malu. Apa yang dia katakan tadi terlalu tabu! Ditambah lagi respon Abian seperti belut disiram garam begitu.Setelah puas menutupi wajahnya, Abian kembali mengambil posisi duduk. Dia menghadapi Diana sembari menatap lekat-lekat wajahnya.Sejenak mereka berdua saling pandang dengan muka sama-sama merona karena malu.“Diana, tapi kamu nawarin aku bukan karena terpaksa kan? Sebenarnya aku
Tepat jam makan malam, Doni datang ke hotel berniat untuk minta maaf pada Diana dan sekalian ingin membicarakan sesuatu pada mereka berdua.Setelah mendengar sendiri bagaimana sikap Raka tadi, Doni rasa Abian dan Diana harus segera mengklasifikasikan hubungan mereka supaya tidak terjadi perselisihan sengit di kemudian lagi. Ia juga kasihan terhadap Raka yang terlanjur mencintai Diana setengah mati. Doni tidak mau pria itu terus berharap sesuatu yang tidak pasti. Apalagi sesuatu itu adalah milik sahabatnya sendiri. Bisa ada perang Baratayuda jika hal ini tidak segera diklarifikasikan."Ayo ...." Abian tampak menarik tangan Diana yang bersembunyi takut-takut di belakang tubuh pria itu. Dari tempat duduknya sekarang, Doni bisa melihat betapa sungkannya Diana bertemu dengan Doni. Itu pasti karena pertengkaran mereka kemarin.Doni sendiri memang merasa dirinya sudah keterlaluan pada Diana. Dia marah sampai tidak ingat kalau Diana hanyalah gadis remaja dengan usia 19 tahun. Pikirannya past
"Oh ya, Don! Gimana dengan Raka? Apa dia tidak curiga saat kamu ke sini? Biasanya dia selalu ngintil kan? Dia tanya tentang aku dan Diana tidak?""Satu-satu pertanyaanmu Bian! Aku bingung mau jawab yang mana! Tadinya Raka memaksa untuk ikut. Tapi aku bilang kalau aku ada perlu di luar.""Terus dia ngomong apa saja?""Raka sudah mulai curiga kalau kamu dan Diana ada hubungan. Maka dari itu selain minta maaf ada hal lain juga yang ingin aku bicarakan dengan kalian!" Doni kembali membenarkan posisi duduknya. Pandangan terlihat serius, beda sekali dengan tadi yang terlihat biasa saja."Mau ngomong apa?" Ini Diana yang menjawab. Mereka semua sudah selesai dengan kegiatan makan malam. Sebenarnya tinggal pulang, tapi Doni sepertinya masih ada yang perlu dibicarakan. Padahal perasaan Abian sudah campur aduk tidak karuan. Dia terus memikirkan adegan anu-anu yang akan dilakukan bersama Diana nanti. Kira-kira Abian harus memulai dari mana supaya Diana merasa nyaman. Dan terlebih mereka tidak g
Raka tersenyum sinis, dia menatap sejenak Kakek Bram kemudian membuang pandangannya ke arah lain.Kakek Bram ini sungguh menyebalkan. Mirip sekali dengan cucunya. Dia ambisius. Apa pun segala keinginannya harus terpenuhi meski cara yang digunakan tidak benar. Mengenal Kakek Bram sejak kecil cukup membuat Raka memahami bagaimana karakternya. Namun meskipun begitu Raka tahu kalau Kakek Bram cukup baik.“Tolong jangan ganggung hubungan Abian dan Diana. Aku harap kamu bisa mengerti walau mungkin ini sulit. Karena bagaimanapun juga Abian dan Diana sudah ditakdirkan bersama.”“Maksudnya takdir yang Anda buat sendiri?” tanya Raka dengan bahasa menyindir. “Apa Anda bisa memastikan Diana bisa bahagia dengan Abian? Anda pasti tidak tahu kan betapa menderitanya Diana selama ini? Raka masih berhubungan dengan pacarnya. Dia mengabaikan Diana. Itu sebabnya Diana bisa sampai dekat denganku!”Senyum tipis mengembang di bibir Kakek Bram. Dia bisa melihat betapa tingginya emosi yang memenuhi Raka. Nam
Diana terbangun di pagi hari dengan perasaan campur aduk. Posisinya saat ini tak mengenakan pakaian sehelai benang pun. Hanya ada selembar selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dada, itu pun masih harus ia bagi dengan Abian yang juga tidak mengenakan sehelai benang pun.Aaaaaaaa .... Pagi ini rasanya Diana ingin menjerit sekeras mungkin kala menyadari apa yang terjadi padanya bukan mimpi. Semalam ia dan Abian sudah melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri normal. Meskipun ini bukan pertama kalinya merek bangun dalam keadaan polos, tetap saja rasanya berbeda karena ada hal yang telah mereka lepaskan secara bersamaan.Semalam adalah momen mereka kehilangan kesucian yang telah mereka jaga selama ini. 19 tahun Diana bertengger pada takhta keperwanan, dan sekarang gadis itu sudah kehilangan segalanya.Tangis Diana perlahan pecah. Buru-buru gadis itu mengusap air mata lalu berbalik badan memunggungi Abian yang masih terlelap."Apa pun yang aku lakukan semalam, itu artinya
Alex pulang ke Jakarta dengan tangan kosong karena tidak bisa gegabah terhadap Diana. Ia tahu Diana banyak yang jaga, tapi setidaknya laki-laki itu membawa berita penting tentang hubungan Abian dan Diana yang selama ini tidak diketahui oleh siapa pun.Tidak perlu tahu dari mana asalnya. Yang jelas Alex pastikan berita yang ia bawa cukup akurat. Dia bertindak hati-hati untuk memastikan semua yang dibawah adalah kebenaran.Sementara Miranda, wanita itu murka bukan main ketika mendapati Alex pulang tanpa membereskan Diana sama sekali."Jadi perempuan jalang itu masih bisa hidup dengan tenang di sekitaran Abian? Apa gunanya aku memberikan semua yang kupunya kalau begini hasilnya?" Prang!!!!prang!!!prang!!!Berbagai macam benda yang ada di hotel itu dibuang ke segala penjuru ruangan. Miranda benar-benar putus asa sampai tidak sadar mengamuk di hotel. Untung hotel yang ditempati mereka sekarang adalah milik keluarga Alex."Tenang dulu Miranda. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa jika mengg
Liburan yang seharusnya dilalui dengan kegembiraan berakhir dengan perpecahan yang sulit diatasi. Karena masih diselimuti rasa kecewa cukup dalam, Raka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sementara Doni ikut pulang juga menemani Raka karena Abian yang menyuruh. Pria itu khawatir Raka kenapa-napa jika dibiarkan sendiri, itu sebabnya Doni dipaksa Abian supaya ikut turun tangan juga.Abian dan Diana sendiri pulang sore harinya dengan menggunakan penerbangan berbeda. Keadaan Diana cukup tertekan. Terbukti gadis itu hanya diam saja sepanjang perjalanan, tapi Abian berusaha mengingatkan berkali-kali kalau semua akan kembali membaik. Diana hanya perlu yakin dan percaya pada Abian seorang.“Apa yang harus aku lakukan sesampainya di Jakarta? Apa sebaiknya aku pulang ke rumah Kakek sampai keadaan kalian lebih kondusif?”“Kalau kamu mau seperti itu aku juga akan pulang ke rumah Kakek. Mulai sekarang di mana pun ada kamu, harus ada aku juga!” ucap Abian posesif. Bersemulah wajah polos Dian
Di saat Diana sedang kepikiran soal Abian, pria itu malah mendatangi Miranda untuk menyelesaiakan urusan mereka yang belum kelar. Memang semua sesuai dugaan Diana. Abian pasti akan menemui Miranda cepat atau lambat. Dan tahu kah apa yang terjadi setelahnya?Drama di babapk baru pun dimulai....“Nggak! Aku nggak mau putus!” Itu adalah suara teriakan Miranda yang menangis histeris saat Abian mengatakan kalau dirinya minta putus. Posisi Abian saat itu benar-benar tersudut sampai dia pusing dan bingung memikirkan bagaimana caranya melepas Miranda. Gadis itu bagai benalu yang terus menempel pada tubuh Abian. Menyebalkan, dan sialnya sulit untuk dilepaskan."Kita udah sering menghadapi masalah seperti ini Bian. Bahkan masalah lebih besar pun pernah. Putus nyambung di hubungan kita udah biasa. Kenapa sekarang kamu berubah?" teriak Miranda lagi.Abian memijit pelipisnya. Teriakan Miranda cukup keras. Ia takut orang lain akan terganggu dan berakhir menghardik mereka."Masalahnya hubungan k