"Ya Allah kok bisa pecah sih?" tanya Nayra cemas karena takut semua orang akan terbangun karena terganggu oleh suara itu.Dan benar saja Kania dan suaminya terkejut dan mengira ada maling yang masuk sehingga dia buru-buru untuk mengeceknya. Nayra buru-buru mengumpulkan pecahan vas bunganya dan Kania pun melihatnya."Nayra? Ngapain kamu di sini? Mama kira apa?" tanya Kania begitu melihat Nayra.Mendengar itu Nayra pun terkejut dan kebingungan."Kok kamu disini? Cakra mana?" tanya Pramudyantoro ikut bertanya pada Nayra."Udah udah ga usah kamu bersihin. Biar bibi aja yang yang beresin," ujar Kania menghentikan Nayra.Kania bingung saat melihat ada bantal dan selimut yang Nayra bawa. Dia menatap Nayra mencoba mencari kebenaran apa yang sedang Nayra sembunyikan."Nayra, ini–" kata Kania sambil menunjuk bantal dan selimutnya. "Oh itu–""Sekarang kamu jelasin sama mama kenapa kamu malam-malam bisa ada di sini bawa bantal sama selimut segala? Kamu mau nonton TV di sini? Tapi di kamar Cakra
Pagi-pagi sekali Nayra sudah bangun untuk sholat subuh dan mencopot tirai pembatas tidurnya karena teringat pada apa yang Cakra katakan semalam.Lagipula Kania juga sudah bilang akan merenovasi kamarnya hari ini, dia takut tiba-tiba Kania datang dan melihat tirai pembatasnya lalu akan bertanya padanya soal itu.Sebenarnya Nayra bisa berkata jujur, tapi dia tidak ingin menambah masalah. Dia ingin supaya tidak terjadi keributan karena hal sepele, ya meskipun dirinya dan Cakra sering berdebat setiap saat."Cakra, bangun! Sholat subuh dulu."Meskipun merasa malas dengan Cakra namun Nayra tetap membangunkan Cakra untuk sholat subuh."Udah siang ah, udah telat," jawabnya."Ya makanya kalau dibangunin tuh jangan susah. Sekarang udah bangun kan? Sholat dulu.""Apaan sih? Kata malaikat pencatat amal baik dia udah tutup buku, percuma saya sholat udah telat ga dapat pahala," kata Cakra beralasan.Laki-laki itu benar-benar susah untuk bangun pagi apalagi untuk sholat. Nayra hingga heran denganny
"Omaa, Kania ngerti ini mungkin terlalu cepat dan mendadak, tapi Oma jangan salahin Nayra juga dong," kata Kania sedih.Selesai sarapan pagi, Oma Dewi, Kania dan Pramudyantoro berbicara bersama membahas masalah pernikahan Cakra."Kamu ini kalau udah ngerti semuanya, udah ngerti perempuan itu maunya menikah sama siapa ya harusnya jangan kamu tahan buat jadi istrinya Cakra dong, itu sama aja kamu ngerebut calon istri orang buat anak kamu. Kok rendahan banget sih kaya nyuri pengantin aja buat anak laki-laki kalian.""Lebih baik sekarang kita cari solusi untuk masalah ini," ujar Oma Dewi lagi. "Akan lebih baik jika kita membantu menemukan calon suami gadis itu dan kita bantu dia buat menikah karena mereka pasti saling mencintai, bukannya malah ditahan buat lanjutin pernikahannya sama Cakra," usul Oma Dewi.Pramudyantoro dan Kania terdiam mendengar penjelasan dari Oma Dewi. Menurut Pram itu tidak perlu dilakukan karena keluarga Nayra sudah menjelaskan semuanya. Di satu sisi mereka juga me
"Pak ini uangnya ya, tapi maaf saya ga jadi naik, soalnya ternyata suami saya udah jemput saya, maaf ya pak," kata Nayra pada sopir taxi yang baru datang untuk menjemputnya.Setelah menjelaskan pada sopir taxi tersebut Nayra lalu masuk ke mobil Cakra.Bukannya menuju ke rumah Nayra, Cakra justru berhenti di taman dan menyuruh Nayra turun. "Mau ngapain?" tanya Nayra setelah turun dari mobil."Mau beli pesawat terbang. Yang namanya di taman ya ngapain lagi? Kamu pikir mau umroh?" jawab Cakra. Laki-laki itu menyuruh Nayra untuk mengikutinya dan duduk dibawah pohon yang rindang. Nayra hanya menurut saja.Setelah mereka duduk, Cakra mulai berbicara dengan Nayra."Kamu tahu kan saya punya pacar?" tanya Cakra."Dan saya juga tahu kamu masih mengharapkan calon suamimu itu," lanjutnya.Nayra menatap Cakra namun tidak berkomentar apa-apa."Dengerin saya baik-baik, kita menikah karena terpaksa, karena orang tua kita sama-sama salah paham jadi mereka menganggap pernikahan ini harus dilanjutkan.
Tubuh Nayra bergetar berharap apa yang ia dengar saat ini salah."Papa udah tahu kenapa laki-laki itu ga datang buat nikahin Nayra karena dia menikahi wanita lain Ma.""Astagfirullah kenapa gitu Pa? Papa tahu darimana?" tanya Maya dengan sedih."Orang tua Ezhra udah bilang semuanya tadi. Hari dimana mereka seharusnya pergi ke rumah kita dan menikahkan anaknya dengan Nayra. Mereka justru datang ke tempat lain.""Tapi Pa? Kalau mereka memang berniat menikahkan Ezhra dengan perempuan lain, kenapa mereka ga bilang sebelumnya? Apa mereka menang berniat untuk mempermalukan keluarga kita?"Maya tidak kuat menahan tangisnya. Dia membayangkan betapa hancurnya hati Nayra jika mengetahui kebenaran ini.Dan benar saja Nayra sungguh tidak percaya pada apa yang ayahnya katakan. Laki-laki yang ia cintai dan berjanji akan menjadikannya wanita satu-satunya yang akan Ezhra cintai, dengan tega laki-laki itu justru menorehkan luka berat padanya tepat di hari pernikahannya. "Papa juga ga tahu Ma. Mereka
Hari sudah malam dan Cakra hendak kembali ke kamarnya untuk istirahat, namun Pram ayahnya Cakra memintanya untuk menemuinya di ruang kerjanya.Cakra hanya mendengus kesal tidak berdaya menolak permintaan ayahnya.Dengan langkah malas laki-laki itu tetap berjalan menuju ruang kerja ayahnya."Papa mau ngomong serius sama kamu," ujar Pram begitu Cakra datang.Pram menatap wajah putra satu-satunya itu sebelum melanjutkan pembicaraanya."Sekarang kamu udah nikah, status kamu sebagai seorang suami dan kamu harus bertanggung jawab sama istri kamu. Menafkahinya, menyayangi dia karena sekarang dia adalah partner hidup kamu."'Buset sejak kapan bokap gue jadi pak ustadz yang biasa ceramahin orang pas nikahan?' batin Cakra.Cakra tersenyum bingung dan ingin menyanggah apa yang Pram katakan.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berkata "Paaa, semua kejadian ini hanya salah paham. Cakra ga mau lanjutin kesalahpahaman ini lebih lama lagi pa, Cakra ga cinta sama dia.""Cinta atau tidak, suka
Nayra dan Oma tidak ikut ke rumah sakit karena Kania menyuruhnya untuk tetap di rumah. Lagipula oma sudah tua dan tidur di rumah sakit akan membuatnya tidak nyaman, jadi dia menyuruh Nayra juga di rumah menemani Oma Dewi. "Oma mau saya bikinin teh hangat Oma?" tanya Nayra pada Oma yang tampak gelisah hingga malam tidak tidur karena memikirkan Pram anaknya."Ga usah sok-sokan mau ambil hati saya kamu," jawabnya tidak suka pada Nayra."Omaa, saya ga ada niat untuk ngelakuin itu, saya cuma melaksanakan tugas saya buat jagain Oma seperti yang mama bilang," jawab Nayra dengan sabar."Ooh gitu ya? Sekarang kamu sudah berani panggil Kania itu mama kamu juga? Kamu itu ga pantes nikah sama Cakra. Kalau kamu memang perempuan baik-baik, calon suami kamu pasti akan tetap nikahin kamu dan kamu ga akan nyusahin cucu saya Cakra. "Mendengar semua itu membuat Nayra terdiam dan merasa dia memang perempuan yang buruk sampai Ezhra justru tega meninggalkannya.Namun sedetik kemudian dia meyakinkan diri
Bi Nur yang tidak sengaja lewat di depan kamar mereka pun melihat Nayra dan Cakra dalam keadaan seperti itu.Menyadari adanya bi Nur yang melihat mereka. Cakra lalu melepaskan Nayra dan terlihat gugup.Bi Nur pun buru-buru pergi dan senyum-senyum sendiri melihat kedua pasangan baru itu.Padahal Cakra merasa kesal setelah menyadari apa yang telah terjadi antara dia dan Nayra."Kamu itu kalau jalan liat-liat, percuma punya mata kalau jalan aja masih nabrak orang," omel Cakra."Loh kok jadi nyalahin saya sih? Kamu juga salah, ngapain masuk ke kamar ga salam dulu? Kan saya ga tahu.""Ya terserah saya lah, kamu lupa kalau ini kamar saya? Kamu tuh cuma tamu di sini, sebentar lagi kamu bersama dengan baju-baju kamu dan jejak-jejak kamu itu harus segera angkat kaki dari rumah saya," ujar Cakra dengan kesal.Nayra tidak merasa takut dengan apa yang Cakra katakan. Meskipun apa yang Cakra ucapkan sebenarnya tidak baik, tapi karena nada dan sifat jail Cakra membuatnya menjadi tidak terkesan jahat